Kantin sekolah, siang hari.
"EWW..." Rendjana, Bella dan Mita berteriak geli secara bersamaan setelah mendengar Acha bercerita tentang kencannya dengan pria aneh bin ajaib semalam. Tanpa disadari, rupanya suara teriakkan mereka mengundang perhatian pengunjung kantin lain untuk menengok dan mencari tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tanpa terkecuali bang Zul, salah satu penjaga kantin yang selalu sulit, selulit dan sengit pada mereka berempat.
"Woy! Acha ketua geng, berisik bener geng lo." Bang Zul tiba - tiba berteriak dari balik kedainya.
"Nyamber mulu lo, bang, kaya geledek." sahut Acha setengah berteriak.
"Tau nih, ganggu aja. Makanan lo enggak gue bayar, nangis, lo, bang." Timpal Bella tak mau kalah.
"Caper dia sama lo, bel." Rendjana menggoda Bella."Lumayan kalau lo jadian sama dia, kita bisa jajan gratis di kantin tiap hari." Tambahnya.
"Haduh! Buat lo bertiga aja, deh, ikhlas gue." Bella bergidik geli.
"Mending mana sama bang Jimmy?" Cetus Mita polos.
Langsung terbayang sosok bang Jimmy, penjaga toko photokopi sekolah yang mempunyai perawakan pendek agak tambun, perut buncit dengan gaya rambut undercut berwarna merah seperti ayam jago.
"ENGGA DUA - DUANYA!!" Bella berteriak geli, kemudian mereka semua tergelak.
Rendjana, Acha, Bella dan Mita sudah bersahabat selama hampir tiga tahun. Mereka berkenalan pada hari pertama MPLS di SMA Proklamasi, sebuah SMA swasta yang terletak di jalan KH. Sholeh Iskandar. Saat ini mereka duduk di kelas dua belas semester akhir, hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan beberapa hari mendatang. Ujian-ujian yang menjadi syarat wajib kelulusan sudah berakhir dua hari yang lalu. Kini, semua siswa-siswi kelas dua belas menghabiskan waktu di sekolah hanya untuk mengurus nilai yang harus diremedial.
"Berisik banget, sih, kampung!" Tiba-tiba terdengar suara sumbang menyindir dari arah samping meja Rendjana dan teman - temannya. Suara Risa, musuh bebuyutan Rendjana dan teman-temannya. Acha memberi julukan "Daki" pada perempuan yang selalu memakai bando di kepalanya itu.
"Hadeh...!!! Besok - besok Daki lo gosok tuh, bel, biar enggak banyak omong!" Acha menyahut dengan nada menyidir.
"Gaya-gayaan, lo, cha, nyuruh gue gosok daki. Liat kaki, lo, tuh! Itu kaki atau ubi bakar?" Bella menjawab sembari melirik jengah pada kaki Risa, mereka berempat kembali tergelak.
"Braaakkk!!!" Risa menggebrak meja Rendjana dan teman-temannya, hampir-hampir mangkok bakso Mita yang sedang disantapnya tumpah.
"Maksud lo apa? Nyari ribut lo sama gue?" Risa berteriak dengan penuh emosi.
"Jiah! Ada yang kesindir," Acha menyahut.
"Lah? Kalau lo marah, berarti lo sadar kaki lo kaya ubi bakar?" Bella menjawab santai.
"Apa lo bilang?!" Kini Risa menarik kerah seragam Bella. Bella hanya tertawa melihat tangan Risa yang sudah mengepal kuat kerah seragamnya.
"Lo sama geng lo yang norak ini, kalau punya mulut dijaga! Berani lo sama gue, hah?!" Risa meneruskan bicaranya dengan emosi, kemudian melepaskan kepalan tangannya.
"Segitu doang?" Tantang Bella.
Risa mendekatkan wajahnya pada Bella, "Terus lo mau apa? Mau rahasia keluarga lo gue bongkar disini?"