Pukul 14.30
Satu pesan ucapan selamat ulang tahun untuk Mama Aryo sudah berhasil dikirim, tak butuh waktu lama untuk menerima balasan yang sangat manis darinya. Senang sekali rasanya hati Rendjana diperlakukan dengan baik oleh ibu dari pacarnya itu. Aryo dan Rendjana memang sudah mengenal baik keluarga mereka masing-masing, menurut mereka berdua mempunyai hubungan baik tidak seharusnya disembunyikan dari keluarga sendiri.
"Djan?"
"Hey!"
"Rendjana?"
"RENDJANA ANGGIANI..!!" Acha berteriak dengan tangan kanannya menepuk bahu Rendjana yang sedari tadi asik melamun.
"Eh, iya, kenapa? Sorry sorry." Rendjana sedikit tersentak kemudian buru - buru meletakkan handphone pada meja.
"Lo kenapa sih? Kesambet? Senyam senyum sendiri."
Rendjana membalas dengan tertawa tipis. Acha melanjutkan, "Menurut lo kaya gini bagus, enggak?" Acha menunjukkan layar laptopnya pada Rendjana untuk memperlihatkan hasil editan fotonya. Acha ini memang satu - satunya sahabat Renjana yang menyukai dunia photography. Hasil karyanya bagus - bagus pula, diluar jam sekolah pun ia suka mengambil job foto untuk prewedding, wisuda atau bahkan foto untuk acara resepsi pernikahan. Rendjana selalu kagum pada sahabatnya itu, masih usia muda tetapi sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari hasil hobinya.
Rendjana berdecak kagum, "Wih! Keren bener editan lo, cha."
"Iya, dong. Hasil dari tangan gue, enggak mungkin deh ada yang gagal." Acha membetulkan peniti pada jilbabnya.
"Mode besar kepalanya keluar!"
"Ha ha ha! Bercindi."
Bang Zul yang sedari tadi melirik - lirik ke arah meja Rendjana dan Acha tiba - tiba berbicara dengan lantang, "Eh, anggota lo yang dua lagi kemana?"
"Lagi meeting di kantor kedutaan Swedia." Rendjana menjawab asal.
"Alah, paling lagi ngebucin di pinggir lapangan."
"Yaiyalah. Anak muda. Emang lo bang, jomblo?" Acha yang mendegar ucapan spontan Rendjana itu langsung tergelak.
"Sialan, lo!" Bang Zul menjawab ketus melihat Rendjana dan Acha tergelak kesenangan.
Bang Zul terkenal dengan ciri khasnya sebagai "Manusia sok asik" di sekolah. Tak heran bila banyak siswa-siswi akrab dengannya. Menyebalkan sekaligus asik juga bagi Rendjana dan teman-tmenannya bila kepala mereka sedang pusing dengan tugas sekolah.
Di waktu yang bersamaan seorang siswi adik kelas datang menghampiri meja Rendjana untuk memberitahu bahwa bu Mel sedang menunggunya di lobby sekolah.
"Kak Djana, maaf, kakak ditunggu bu Mel di lobby." Katanya dengan sopan.
Rendjana lantas menengok ke arah kanannya. "Bu Mel? Ada apa, ya?"
"Waduh, aku enggak tau, kak."
"Yaudah, deh. Makasih ya." Pungkas Rendjana, kemudian adik kelas itu pergi.
"Cha, gue ke lobby dulu, ya? Kalo lo mau balik, duluan aja." ujar Rendjana pada Acha sembari memberesi laptop dan barang - barang yang lain ke dalam ranselnya yang berwarna hitam itu.
"Okeee." Acha mengacungkan jempolnya dengan mata yang masih terpaku pada layar laptop.
Sambil menggendong ransel, Rendjana berteriak kecil pada Bang Zul yang sedang sibuk menekan - nekan sebuah speaker bluetooth dari balik kedai sosis gorengnya. "Bang, jagain temen gue, ya? Kalo sampe gue liat dia lecet, sosis goreng lo bakalan gue goreng lagi!"
Belum sempat bang Zul menjawab, Acha tiba - tiba berteriak "DJANAAAAA!" Mendengar teriakkan Acha, Rendjana sontak berlari meninggalkan kantin sembari tertawa kesenangan. Terlihat sekali air muka kesal pada wajah Acha.