Aku ingin mengutuk mulutku yang suka selip. Sekarang nasibku bergantung pula pada bagaimana mulutku mencari alasan.
Aku menghela napas panjang. Kulihat Puti dan Puri menunggu.
“Aku tidak tahu apa masa lalu kami, yang kutahu komandan Arche mengamatiku menggunakan bulu unggas. Aku takut. Aku tidak tahu apa pikirannya.”
Kecurigaan Puti dan Puri berkurang. Setidaknya suara curiganya tidak lagi kencang. “Apa jangan-jangan komandan naksir yang mulia Puan Putri?” seru keduanya bersamaan. Astaga, kalau urusan gosip langsung mata mereka berbinar begini.
“Mungkin. Tapi aku tidak tahu bunda akan bilang apa kalau beliau tahu.”
Lantas keduanya tersenyum lebar. “Aaih, cinta terlarang! Benar-benar mendebarkan ya!”
Keduanya lalu menari riang gembira. Kelakuan aneh keduanya mungkin bisa kumaklumi sekarang. Kemarin aku tidak tahu bagaimana meresponnya.
Ah, sekarang keduanya berhenti menari dan melirik pada jam pasir. Oh, suara panik seperti dentang lonceng sekarang terdengar. Aku lupa kalau mereka harus buru-buru. Dengan segera aku melangkah maju sebelum keduanya terpaku di tempat.
“Ayo! Ibunda pasti sudah menunggu kita!” ajakku.
Dengan segera keduanya melantunkan Mantra dalam satu harmoni nada yang gembira sembari berdiri di depan pintu.
“Tuntun Putri Langit dari Kahyangan
Bebaskan putihnya pada Dunia
Tuntun pembawa angin kembali berangan”
Sylph Titian Angin
Aku yakin inilah alasan mengapa lantai ini tidak memiliki tangga. Kedua dayang inilah yang menuntunku turun atau naik perlahan dengan mantra angin mereka. Yang kutahu, mantra ini harusnya hanya berlaku bagi dua pelantunnya saja. Tapi kedua dayang ini mampu menjadikan angin yang tersisa dari langkah mereka menjadi pijakanku. Orang yang melihat dari bawah rasanya akan melihat kami turun selayaknya menuruni tangga melingkar yang menempel pada dinding menara.
Di lantai paling bawah terdapat pola mantra yang digoreskan di lantai sampai pojok ruangan. Yang kudengar, kalau aku berhasil keluar lewat pintu depan dan mendekati pola ini maka mantra penidur dan peredam kerusakan akan segera aktif. Kudengar lantainya akan mementalkanku kembali ke atas dengan rasa sakit setara ditusuk tombak. Entah benar atau tidak yang pasti mereka siap dengan segala macam kemungkinan penghuninya siap kabur. Hanya Bunda yang bisa berpikir seperti ini…
Untuk keluar dari lantai ini juga membutuhkan plakat kayu yang dibawa oleh kedua dayang. Aku mendengar suara dua Kesatria penjaga gerbang ini dari balik gerbang kayu.