Sembunyinya Keinginan

Rendi Datriansyah
Chapter #6

Chapter 6 - Pengumuman Kesaksian

Aku menatap tak percaya pada Puan Tabib utama.

“Puan Putri akan beradu kesaksian dengan Komandan Arche.”

Apa?

“Dan karenanya, selama seminggu, Komandan Arche dan satuannya diijinkan untuk memata-matai tindak tanduk Yang Mulia Puan Putri.”

Apa?!

“Kalau begitu… mereka diijinkan masuk ke kamarku?” Awas saja kalau sampai diijinkan.

Untung saja Puan Tabib menggeleng “Lebih tepatnya, Yang Mulia Permaisuri mengijinkan Puan Putri untuk keluar kamar setiap hari dengan diawasi oleh para Kesatria zirah putih pimpinan Arche.”

Seharian bersama Kesatria barbar tukang intip? Bisa kutolak tidak?

“Tidak bersama Puti dan Puri?” tanyaku lagi. Aku tak tahu mukaku saat mengucap ini. Yang pasti aku berusaha keras menjaga suara agar Puan Tabib tidak menyadari kesanku pada komandan brengsek itu.

“Bersama dengan kami,” Ah, beruntunglah Puri dan Puti menjawab ini.

“Benar, Puan Permaisuri hanya mengijinkan pengawasan apabila Puan Putri ditemani oleh kedua dayang. Tanpa keduanya, Puan Putri harus kembali ke menara teratas.” 

Ah, apakah ini cara bunda agar Puti dan Puri bisa bersama denganku lebih lama? Ah, tidak mungkin. Tapi… beliau masih menjaga privasiku. Ah, ralat… privasi Adinda. Tapi untuk itu, Puti dan Puri harus bisa bersamaku.

“Tapi kalian sekarang dalam kondisi begini,” keluhku.

Aku menoleh pada Puan Tabib.

“Puan Tabib, bolehkah dinda belajar Mantra Penyembuhan?”

Beliau menggeleng. Tentu saja. Ia pasti butuh ijin dari bunda. Padahal kalau diijinkan, aku mungkin bisa mencoba untuk menyembuhkan dua dayang.

“Tria, Tira. Sembuhkan dua dayang ini.”

Puan Tabib tampaknya menyadari keresahanku. 

Keduanya mengangguk lalu menutup tempat tidur dengan korden. Mungkin supaya aku tidak melihat?

“Panas!! Panas!!”

 Astaga apa yang mereka lakukan? Puri dan Puti sampai teriak begitu?!

“Puti! Puri?!”

Tanganku dicengkram oleh Puan Tabib “Puan Putri tenang saja. Memang begitu caranya Tabib Mentalist Api menyembuhkan.”

Lalu hening.

Setelahnya korden disibak. Kulihat Puri dan Puti duduk di pinggir ranjang. Tampak kelelahan dan penuh keringat. Wajah keduanya memerah bahkan sampai kulit tangan mereka memerah. Jelas pula kudengar suara asap mendesis.

Kupikir kondisi mereka parah sampai kulihat dua dayang Puan Tabib… di masing-masing telapak tangan kanan mereka tertancap sebuah es hitam. Darah di telapak tangan keduanya tampak membeku. Mengapa es itu bisa ada di tangan dua dayang Puan Tabib?

Makin kulihat jelas-jelas keduanya lebih parah dari Puri dan Puti. Bibir keduanya membiru. Jelas-jelas terlihat keduanya menggigil sampai-sampai gigi bergemeletuk. Bila Puri dan Puti bisa segar kembali dengan meminum air hangat, keduanya masih menggigil. Padahal keduanya adalah Mentalist Api yang notabene lebih mampu menundukkan panas.

“Bungkus es itu dengan air!” titah Puan Tabib, terdengar sangat serius.

Lihat selengkapnya