Sembunyinya Keinginan

Rendi Datriansyah
Chapter #18

Chapter 18 - Belajar Bela Diri


“Puan Putriiii!!”

Benar dugaanku, keduanya akan sangat tidak setuju. Aku menutup kupingku. Aku tahu keduanya akan segera menasihatiku.

Aku hanya tersenyum saja saat mereka selesai mengganti bajuku. Kali ini gaun yang kukenakan berwarna coklat. Sangat cocok untuk berkotor-kotor dengan tanah. Kebetulan pula gaun ini tidak ketat sehingga aku rasanya bisa melangkah cukup cepat. Bahkan, rasanya gaun ini bisa menutupi gerakan kakiku.

“Apa kata Yang Mulia nanti kalau Puan Putri lecet?! Kami mohon, kami tidak mau melihat Puan Putri bermain Rapier. Puan boleh mencoba bermain mantra atau belajar bersama Mentalist. Kami juga akan minta ijin Puan Tabib untuk belajar pengobatan. Tapi kami sangat-sangat-sangat keberatan bila Puan Putri berdekatan dengan senjata tajam.”

Komentar Puti terasa halus memang, tapi jelas ia tampak tidak suka. Meski begitu, gerakannya menyisir rambutku sama sekali tidak terganggu oleh suara emosi kekesalannya padaku. Bahkan kalau mau jujur, jadi lebih halus.

Puri yang sedang merapihkan sabuk gaunku juga tampak semakin telaten dan teliti. Tapi kulihat Puti mendekati Puri yang berada di depanku. Mereka tampaknya ingin melihat ekspresiku membalas problema ini.

“Mantra juga bisa jadi senjata, Puti, Puri. Sama dengan Rapier yang bisa digunakan sebagai teman berdansa.”

Puri dan Puti saling pandang. Mereka pasti butuh alasan bukan retorika.

“Kalian tahu saat aku menghilang…” keduanya membelalakkan mata. Suara emosi keduanya berdentum penuh harap bahkan sampai menghentikan tindakan mereka. “Aku merasakan diriku begitu tidak berdaya. Kalian tahu, aku tidak bisa melawan atau bahkan lari dari apapun. Tuppai hutan lebih cepat dariku.”

Keduanya terdiam. Apakah informasi ini terlalu berbeda dari Adinda umumnya? Tenggorokanku mulai tercekat. Sebentar lagi akan terdengar aku berdeguk.

Aku lantas memegang rambutku. Perlahan kupintal sehingga Puti kembali menyisir rambutku. Puri pun kembali menyelesaikan tugasnya. Setelah keduanya selesai barulah keduanya berlutut dan menatap mataku. Tampaknya aku harus menceritakan sedikit pengalamanku masih kecil saat belajar menjadi Vizmasta.  

“Aku berpikir kalau setidaknya aku bisa belajar menggunakan… ranting kayu mungkin aku bisa… menangkap Tuppai itu dan…” aku melihat mata keduanya semakin melebar dengan suara hati yang semakin penasaran “Dan berteman dengannya.”

Keduanya lantas keheranan lalu berkomentar “Ini baru Puan Putri yang kami kenal. Kalau Puan Putri sudah berubah, kami tadinya menyangka Tuppai itu akan dimasak.”

Aku lantas bersimpuh dan menjulurkan kedua tanganku pada kedua dayang tersayang ini.

“Kalau dijadikan teman kan aku bisa meminta kacang atau makanan darinya,” jawabku polos. Inilah Adinda yang kukenal.

Lihat selengkapnya