Sembunyinya Keinginan

Rendi Datriansyah
Chapter #23

Chapter 23 - Curi Dengar

Mereka hendak membunuhku? Hendak membunuh Adinda? Mereka gila!

 “Keberadaan Puan Putri yang tiba-tiba kembali mengacaukan pemerintahan internal Istana Erune. Yang Mulia Puan Permaisuri jadi galau untuk bertindak keras pada konflik tambang di perbatasan Lusmuni,” pak tua berjanggut putih tampak berbicara dengan angkuh. Caranya mengangkat dagu mengingatkanku akan senior lemah sok kuat.

“Apa anda senang kalau negara kita perang, pak Algoransi?” balas pak tua berjanggut hitam. . Pak tua ini… alisnya tebal dan tampak seperti selalu cemberut.

“Tidak. Tapi Yang Mulia Puan Permaisuri bisa berkata tegas sewaktu Puan Putri menghilang. Harga diri kita tidak diinjak dalam meja negosiasi. Setelah kehadiran Puan Putri, beliau kembali galau akan keputusannya,” ia terdiam sebentar, kulihat alisnya naik dan ia menyeringai lebar “Bisa jadi, pak Opakko Raga… Puan Putri adalah bidak yang telah disiapkan Lusmuni.”

“LANCANG!”

Amarah pak tua berjanggut hitam sungguh mengerikan. Aku melihat udara di sekitar meja tampak sampai meliuk. Lilin yang ada di belakang mereka sampai berkobar. Udara di depannya bahkan sekilas menghitam.

 Aku berdeguk. Aku dengar Maha Patih adalah manusia yang mampu menguasai rangka aturan dunia dan menghempaskan aturan pada bawahannya. Guru pernah bilang Maha Patih agak mirip dengan Vizmasta yang berurusan dengan Keinginan. Bedanya Vizmasta pada diri sendiri atau ekstensinya sementara Maha Patih mengekstensikan keinginan atau aturan itu pada dunia sekitarnya. Sebagai pengampu Argumen dan Hukum, aku berharap pertengkaran mereka tidak sampai menghancurkan ruang ini.

 Ah, untunglah pak Opakko itu tidak sampai bergelut.

“Saya merasa lebih baik kita membicarakan apa yang sebaiknya kita lakukan terhadap kedatangan kembali Puan Putri. Mungkin beberapa dari anda lupa apabila beliau kembali menghilang, bisa jadi kepala kita yang selanjutnya hilang. Yang Mulia Puan Permaisuri sudah menyatakan kegagalan Maha Patih dan para Kesatria menjaga Puan Putri saat ia mengunjungi kota,”

“Ck, itu bukan ulahku,” uh, kugatal ingin menghapus senyum norak pak Algoransi.

“Yang dituding adalah Maha Patih, termasuk anda, jadi kuharap tuduhan tidak sopan itu juga sudah siap dengan konsekuensi kepala melayang.”

 Sekarang ganti pak Algoransi yang menaikkan dagunya. Udara di hadapannya kulihat seperti taifun kecil yang siap menyerang bila dihembus. Geli juga melihat bapak-bapak tua ini seperti anak kecil… yang membawa peledak siap dilempar.

 Aku menarik sedikit Rapierku. Kalau-kalau mereka benar menyerang, minimal aku sudah siap loncat kabur.

 “Berarti apa yang Arche lakukan sudah benar.”

Aku melihat mereka menengok ke arah sumber suara. Salah satu Maha Patih bertubuh ceking berjanggut melintir tampak cemberut sedang memainkan kumisnya.

“Kita baru bisa bergerak begitu tahu ia palsu atau asli. Kita semua sedari tadi berdebat untuk mencari justifikasi untuk menyingkirkan halangan baru. Tapi semua itu takkan bisa terjadi bila kita tidak tahu dia asli atau tidak, karenanya opini dia sisipan Lusmuni muncul.”

Pak Opakko dan Algoransi sama-sama saling pandang. Keduanya menghembuskan napas pendek serentak. Udara hitam dan taifun di udara itu lenyap. Benar kata guru ya, Maha Patih mirip Vizmasta.

Lihat selengkapnya