Semoga tebakanku benar.
Sebuah balok es mendadak muncul di belakangku. Aku menoleh dan mendapati jalan kaburku sudah terpotong. Balok es itu tidak berwarna biru muda belaka tapi terdapat semacam rona kuning menyala di tengah-tengahnya, seperti memiliki inti kehidupan yang terus berdenyut. Aku berdeguk, ini Es Penyekap milik Vizmasta. Hanya beberapa yang kutahu memilih kemampuan ini… dan yang kutahu, hanya guru yang mampu membuat es setinggi tiga tombak, setinggi labirin ini.
Tambah lagi… sekarang kulihat ia menghunuskan logam itu padaku. Flamberge… Rapier khusus bertarung melawan Dakkmasta.
“Kenapa ada di sini?” suaranya terdengar seperti menggema. Rasanya telingaku sampai sakit mendengarnya.
“Mengawasi Maha Patih…” ujarku jujur. Semoga setidaknya aku bisa selamat dengan jujur.
Flamberge itu menghitam dan membiru. Apakah ia berniat untuk menghabisiku di sini? Aku menghunus Rapier dari pinggangku. Tapi hanya kuletakkan di dekat pinggang, menghadap ke bawah. Harusnya dalam etik Vizmasta artinya ‘waspada tapi tidak berniat menyerang’. Semoga Flambergenya diturunkan.
AKU SALAH!!
Hampir saja leherku hilang. Satu tusukan. Agh, perban di leherku terbuka karena satu tusukan itu. Aku tidak yakin bisa mengelak dari tusukan kedua atau ketiga.
…Ia menurunkan Flambergenya? Ada apa kah?
Tusukan barusan juga sepertinya tidak diarahkan ke leherku. Apa ia hanya mengujiku?