Aku tak salah mendengar. Ia meminta orang luar untuk menjaga Adinda?
“Mengapa bukan kau sendiri yang menjaga?”
Kulihat ia menghela napas panjang. Seluruh bulu bulu Meraknya ditarik lalu ia turun dari dahan. Sekarang ia yang berada di bawah dan menatapku, sepintas terlihat mengiba di mataku.
“Posisiku tidak efektif. Saat ini aku adalah oposisinya. Dia tidak boleh merasa nyaman di dekatku.”
Aku cukup mengerti. Setidaknya ada dua kali kekurangpercayaan hampir menghancurkan rencanaku dalam melindungi klien.
“Kalau begitu cobalah raih kepercayaannya.”
“Aku tidak bisa. Bukan, Aku tidak boleh.”
Sekarang kudengar suara emosi gelisah darinya.
“Mengapa?” tanyaku.
Ia terdiam sebentar sebelum menjawab “Bukan urusanmu untuk tahu.”
“Berarti bukan urusanku untuk membantu.”
Ia terkekeh sejenak. Entah mengapa aku merasakan adanya kekecewaan; seperti sedang mengatai diri sendiri. “Kau benar. Harusnya aku tidak meminta bantuan padamu. Aku berharap kau adalah mereka yang tersohor itu. Vizmasta maksudku.”
Ia memancingku. Lebih baik diam saja. Apalagi suara emosinya mendadak kembali menghilang.
Bagaimana kalau dia yang kupancing?
“Tampaknya hubunganmu dengan si nama itu cukup kompleks.”
Ia justru tertawa kecil lalu mundur menjauhiku. “Kompleks ya. Andai saja semudah itu disebutnya.”
Adinda… sebenarnya apa sih hubungan kalian berdua? Komandan ganjen satu ini sampai harus menyebut kompleks adalah mudah… pakai suara lirih pula.
Fokusnya sudah berpindah ke kerumunan di luar sana. Aku yakin ia sudah ingin menyelesaikan diskusi ini. Tapi aku punya pertanyaan penting yang kuyakin bisa menghentikannya.
“Aku bisa menolak?”
Aku benar. Ia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arahku. Senyumnya mengatakan kalau ia sudah menang negosiasi saja. “Aku yakin kau tidak akan menolaknya.”
“Dugaan?”
“Intuisi. Tapi intuisi Sylph-ku belakangan banyak salah. Tidak sebaik para Aquarius.”
Intuisi ya. Tidak kusangka ia agak… melankolis.
“Semua yang menyangkut… Puan Putri Adinda harusnya melibatkan intuisi, bukan logika deduksi…” dan sekarang kesedihan yang deras darinya menyerbuku. Kesedihannya kalah dari yang kudengar di ruang singgasana tapi yang ini dipenuhi oleh keinginan untuk menghabisi nyawa sendiri.