Sudah kuduga guru akan memarahiku. Tapi dengan menyuruhku istirahat di kasur. Akum au tak mau melapor dan bertanya dalam posisi tidur berselimut. Kalau tidak begini, beliau tidak akan mau bicara dan hanya menatapku dengan sedih.
“Apa jadinya kalau kamu juga ikutan menghilang, muridku…”
Ia berulang kali bertanya padaku apa ada yang terluka. Padahal aku ingin melapor apa saja yang kutemukan.
“Tenanglah guru, murid sudah cukup berhati-hati untuk tidak membuat jejak--”
“Bukan masalah pekerjaanmu. Nyawamu itu cuma satu. Itu fakta yang tidak bisa dilawan Keinginan.”
Rasanya lega melihat guru begitu panik, seperti biasa. Padahal aku sudah pernah menjalankan misi yang lebih berbahaya. Aku lega ia melihatku sebagai Saravine, bukan sebagai Adinda.
“Maaf, guru jadi emosional. Guru berharap ini adalah tugas terakhir untukmu… setelah ini guru ingin mengembalikanmu kepada ibundamu.”
“Tapi tidak apa, aku mendapat banyak informasi.”
Guru masih khawatir, tapi beliau mengisyaratkan senyum untuk memulai laporan.
Aku menceritakan segala kejadian, mulai dari suara emosi misterius, percakapan di dalam labirin, pertemuan dengan Vizmasta berbaju hitam misterius, pelarian dari Labirin, kejar-kejaran dari komandan ganjen, tukar informasi sampai tentunya… asumsiku bahwa Arche adalah pembunuh Adinda.
Guru mendengarkan dengan seksama. Ini saatnya!
“Guru, bagaimana kalau kita culik komandan satu itu?”
“Tunda keinginanmu itu, muridku.”
“Apa guru mengabaikan kemungkinan kalau Adinda bisa saja selamat dan kita butuh mengambil informasi lebih cepat?” tanyaku.
“Sempat terlintas di kepalaku keinginan itu. Tapi… bundamu mungkin membutuhkan Arche lebih dari yang diduga. Dan saat ini, berapa kali kudengar emosi Arche yang sangat berjaga-jaga. Ia seperti mawas terhadap sesuatu.”
“Mungkinkah… karena Adinda dan Maha Patih?”
Guru terdiam sejenak. “Mungkin saja,” balasnya pendek tapi tidak yakin. Tapi suara emosinya tampak begitu prihatin. Entah kenapa.
“Guru, terkait dengan Arche dan Adinda serta Maha Patih ini… sudikah guru mencari tahu alibi dan keberadaan Arche saat Adinda hilang?”
Guru mengusap kepalaku. “Pertanyaan itu sudah kupikirkan semenjak kamu bercerita tadi. Guru akan mencari tahu secepatnya.”
…Apa yang menghalangi guru untuk tidak mendapat informasi itu ya? Apakah ada sesuatu yang ditutup-tutupi satu kesatuan terhadap keberadaan si komandan satu itu saat Adinda menghilang? Aneh sih… aku percaya harusnya ada sedikit rumor dan guru bisa langsung menangkapnya. Atau… guru sengaja menunda mencari informasi itu sampai saat ini karena si komandan itu bukan aktor utama yang dicurigai?
“Dan kamu sendiri, apa rencanamu?”
Aku terdiam sebentar. Mengapa rasanya jadi sulit untuk menjelaskan rencana ini…
“Aku akan sakit.”