Dari balik tabir angin samar-samar kulihat Puri dan Puti berdiri di depan pintu. Keduanya waspada menjaga kamar. Hampir-hampir kulihat mereka seperti dua Kesatria zirah hitam di depan Menara terakhir.
“Bolehkah kami tahu apa yang komandan ingin lakukan?” ujar keduanya berbarengan.
“Aku hanya ingin meminta ijin untuk berjaga di luar pintu ini.”
Sebuah keinginan yang aneh. Harusnya tidak ada masalah, tapi ini komandan satu itu. Pasti ada sesuatu yang dia inginkan di balik permintaan ini.
“Mengapa?” tanyaku, suara serakku terdengar seperti teriakan. Harusnya dia sadar kalau keberadaannya tidak dibutuhkan.
…Mengapa ia diam cukup lama?
“Untuk menjaga Puan Putri.”
“Dari apa?!” aku tidak menyangka Puri dan Puti yang justru galak bertanya balik.
Si komandan diam lagi. Lama pula. Padahal biasanya ia selalu punya jawaban cepat bahkan bisa balik menekan.
“Hamba… tidak bisa menjawab.”
Aneh. Aneh. Aneh.
“Pesta itu… apakah Puan Putri akan hadir?”
Sekarang dia justru bertanya begini. Apa dia menyangka aku akan mundur?
“Aku akan datang. Bila perlu menyeret kaki.”
“Sudikah Puan Putri mengambil hamba sebagai pasangan?”
Eh?
Kebetulan pula tabir angin sudah terurai. Sekarang mata Puri dan Puti berkilat senang memandangiku. Keduanya menunggu respon dariku. Ah, jebakan… kepalaku memanas karenanya.
“Aiyaa pipi Puan Putri memerah!”
Kikik tawa mereka membuatku menarik selimut menutupi muka.
“Terserah!” jawabku sebelum lupa.
Keduanya malah menjerit riang karena tindakanku. Sekarang aku menyesal sedang sakit begini. Ingin sekali kujawab tidak pada si komandan. Biar saja ia pulang dengan benci dan kesal atau bahkan curiga. Aku siap.
“Terima kasih atas kesempatan yang Puan Putri berikan.”
Tapi jawabannya membuatku tidak siap.
Apalagi sekarang aku mendengar suara emosi yang senang dari si komandan satu itu. Suaranya seperti terompet yang gegap gempita, seperti baru pulang dari perang. Sungguh, apa sih yang sebenarnya terjadi antara Adinda dan komandan satu ini? Tindakannya mengantagonisasiku jelas-jelas mengganggu tapi di sisi lain ia juga seakan mau percaya kalau Adinda yang sekarang adalah asli.