Sementara

Mega Rohayana
Chapter #6

Rama Algibran Nawastu

Panas matahari sudah berada dipuncaknya. Setelah adzan berkumandang, semua bergegas keluar untuk menjalankan ibadah ataupun menunaikan kebutuhan terlebih dahulu.

Seseorang tengah menenteng buku dengan tas yang digendong di depan. Ia masuk ke dalam ruangan yang akan membawanya diam mendengarkan, juga mencatat.

Suara derap langkah membuatnya melihat ke arah depan. Terlihat seorang laki-laki berambut panjang tengah tersenyum, satu lagi. Tak jauh di sisi laki-laki itu, terbit senyum menawan dari perempuan berambut sebahu.

"Sat, kenalin ini Arin." Satria mengulurkan tangan, tangan mereka pun berjabat.

"Satria." Singkat, kemudian ia langsung melepas jabatan tangan itu.

"Dia, ini temen gue waktu SMP. Dia baru aja pindah kampus." Erlan menunjuk perempuan di sampingnya.

Satria hanya tersenyum ramah kemudian ber-oh ria saja.

Entah apa yang sudah membuat Arin diam mematung melihat lelaki dingin itu.

"Bangku di belakang kamu, kosong?" tanya Arin.

"Iya, duduk aja. Emang selalu kosong." Mendengar itu, Arin pun bergegas untuk duduk.

"Ya udah, gue pamit deh. Ya, Rin."

"Loh, lo gak ngampus?" tanya Arin juga mendapat tatapan tajam dari Satria.

"Gue udah ijin sama dosen, gue mau jemput Oma. Dia mau nginep di rumah katanya," ucapnya sambil mulai berjalan.

"Yah, terus gak ada yang nemenin gue keliling kampus dong." Wajah putih itu tertekuk.

"Tenang, kan ada temen gue." Tunjuk cowok itu, sedangkan Satria hanya fokus pada buku tebalnya."

"Woy, shut! Nanti temenin Arin keliling kampus, bro!" Melempar pulpen tentu saja Satria melotot.

"Kasian, dia masih belum hafal. Nanti kalo ke sasar gimana coba?" Satria mendelik tajam, tanda tidak mau. Tapi ketika suara perempuan itu terdengar, ia merasa tidak enak hati.

"Gak papa kok, kalo gak bisa. Biar-"

"Enggak, kok. Bisa-bisa." Setelah itu Satria melihat Erlan tersenyum senang.

Erlan maju mendekat ke telinga sahabatnya itu. "Tenang, Madya gak bakal tau kok. Gue jamin," ucapnya berbisik kemudian berlalu pergi saat Satria mulai menutup buku tebalnya bersiap mendaratkan pada kepala Erlan.

Mengetahui itu, Erlan buru-buru pergi. "See you!" Satria hanya bisa mendengus kesal.

Arin terkekeh melihat tingkah dua sahabat itu. "Makasih ya, nanti abis keliling kampus gue traktir deh." Satria hanya mengangguk kemudian fokus pada buku tebalnya lagi.

Lihat selengkapnya