Sementara

Mega Rohayana
Chapter #9

Kesayangan Satria

Gelap menjadi awal hari yang tidak biasanya. Cahaya yang biasa bersinar memancar tak terlihat, bagaskara tengah dirundung kesedihan sepertinya.

Mungkin, seperti pikiran gadis yang tengah menanti jemputannya. Ia sudah terlambat karena mengira hari masih pagi akibat gelap, hingga saat ia melihat jam dinding hancur sudah ketenangannya.

Menatap jalanan, sambil sesekali melihat jam yang ia pakai pun menjadi kegiatannya. Wajahnya memucat hingga motor berhenti di depannya, ia mengembuskan napasnya lega.

"Macet banget, ya?" Ia bertanya ketika Satria membantunya memakai helm.

Trek!

Suara pengunci helm pun langsung membuat Madya, berjalan untuk membonceng motor milik kekasihnya itu.

"Nggak harusnya, tapi tadi ada yang kecelakaan gitu jadi sempet macet deh." Satria menjawab pertanyaan Madya sambil menarik gas motornya untuk mengantar gadisnya ke tempat bekerja.

Ladya mengangguk, meski biasanya selalu kepo perihal apapun kali ini ia tengah dikhawatirkan oleh terlambatnya ia di tempat kerja.

Jika saja ia tidak kesiangan, maka ia masih bisa menunggu jemputan. Tidak harus juga membangunkan sang kekasih, yang kuliah siang.

Meski jam sudah menunjukkan waktu yang tidak pagi, tapi bumantara yang mendung membuat udara menjadi dingin. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku jaket Satria, merasakan gerakan Madya ia pun memegang kepala gadis itu untuk bersandar di bahu.

Madya tersenyum, meski ia berpacu dengan waktu. Satria selalu menjadi orang paling nyaman untuk meredakan gelisahnya.

Langit, memang mendung. Cahaya pagi yang biasa menyinari sedang berhalangan muncul, tapi jalanan yang dingin membuat dua orang itu merasakan kehangatan yang selalu hadir ketika mereka bersama.

"Sorry ya, jadi bangun pagi deh gara-gara anterin aku." Madya mengeluarkan suaranya, lebih tepatnya rasa tidak enaknya.

Satria yang masih setia melajukan motor pun menjawabnya, "gak masalah kok. Kecuali kalo kamu minta anter cowok lain, baru itu jadi masalah." Mendengar jawaban itu, Madya mengangkat kepalanya.

Plak.

Madya menepuk bahu Satria pelan, ia memberengut mendengar jawaban dari sang kekasih yang terkadang sulit diajak serius.

"Ya, enggak lah. Aku kasih tau ya, kalo mau minta bantuan otak tuh refleks ingetnya kamu," ucapnya sambil cengengesan.

Di balik helm full facenya, Satria ikut terkekeh. "Bagus deh, itu berarti aku punya dukungan dari otak kamu. Jadi, gak ada waktu buat mikirin yang lain." Satria memberhentikan motornya, karena sudah berada di tempat tujuan.

Ladya bergegas turun, setelah membuka helm ia menyodorkannya pada cowok yang mengantar. "Kalo itu, gak bener." Satria mengambilnya sambil mengkerutkan kening mendengar penuturan Madya.

Memangku tangannya pada helm yang diletakkan di depan ia bertanya, "emangnya, mikirin siapa aja kalo bukan aku?" Ia menaikkan alisnya sebelah.

"Ya, banyak. Contohnya, aku mikirin makanan pas lapar, bukan kamu. Terus kalo aku ngantuk, pasti mikirnya tidur lah." Setelah mengatakan ini ia menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

Melihat senyum selebar itu, Satria tidak bisa menahan tangannya untuk mengacak rambut Madya.

Lihat selengkapnya