Hari ini hujan turun begitu deras. Tidak seperti biasanya, hujan kali ini datang pada siang hari. Seorang perempuan berseragam putih abu tengah menatap rintikan hujan dengan cemas. Bagaimana tidak? Ia harus segera memberitahu tugas yang diberikan Pak Narwo, seorang guru matematika yang terkenal killer itu.
Dia tidak bisa menghubungi siapapun karena ponselnya tertinggal di kelas. Kalau saja dirinya tidak terjebak hujan, atau seandainya hujan datang setelah ia kembali ke dalam kelas. Semuanya tidak akan semenakutkan itu.
Jika ia menerobos hujan, semua tugas yang diberikan dari sebuah buku itu akan basah. Jika itu terjadi bukan hanya Pak Narwo yang akan menghukumnya tapi juga kepala perpustakaan. Oh tidak! Ini tidak boleh terjadi.
"Tapi, bagaimana aku bisa memberikan tugas ini!" kesalnya tak kunjung menemukan cara.
Ia melihat sekeliling berharap ada orang yang dikenalnya. Tak lama matanya berkeliling, ia akhirnya menemukan sebuah payung berwarna hijau yang tidak salah pemiliknya adalah ibu kantin.
Tapi sebentar, kenapa ibu kantin menjadi kurus dan tinggi seperti itu?
Setelah menunggu lama akhirnya ia tahu siapa dibalik payung itu. Kak Nala! Seorang kakak kelas yang jarang sekali tersenyum. Niatnya untuk meminjam payung pun ia urungkan.
Kak Nala menatap gadis yang tengah kebingungan. Seperti yang beredar, kakak kelas itu sama sekali tidak tersenyum bahkan rasanya ia diejek karena terjebak di koridor. Kakak kelas itu pun melenggang pergi bak seorang putri di negeri dongeng.
Jam ditangannya sudah mengatakan bahwa ia terjebak di sini setengah jam. Pengerjaan tugas sudah terbuang sia-sia. Dan ini kesalahannya!
Sepertinya keadaan sama sekali tidak berpihak kepadanya. Buktinya hujan yang ia tunggu reda malah semakin deras, terlebih tak ada satu orang pun yang terjebak bersamanya.