Semesta

langitabu
Chapter #3

Suara

2012.

"Nala."

Gadis itu merinding. Dia mendengar kaca jendela kamar diketuk dan namanya dipanggil. Jam menunjukkan pukul dua siang. Terlalu awal untuk mengalami peristiwa mistis. Jendela kamarnya pun masih tertutup gorden dan Nala terlalu malas untuk membukanya lagi.

"Nirmala."

Suara berat itu kembali menyapa. Kali ini dengan intonasi berbeda. Nala semakin ngeri.

Dia mengambil tongkat baseball pemberian Bintang sebagai senjata, lalu berjalan ke pintu depan. Dia berjalan perlahan lalu mendekati bagian jendela kamarnya dari luar.

"Loh?"

"Aku ngetok dari tadi ga dijawab."

Oh?

Wajahnya benar milik salah satu dari si kembar tapi mengapa suaranya berbeda?

"Iya aku tahu pasti kamu kaget suara aku berubah."

Nala mengangguk ragu. Pikirannya sibuk memproses informasi baru ini. Sepasang telinganya meng-input nada suara baru yang dia dengar. Menggantikan rekaman suara yang biasanya terdengar lebih halus dan bernada tinggi.

"Ohh puber ya?" tanya Nala spontan.

Bintang mengangguk pasrah. Pipi gembilnya merona sedikit akibat malu. Tapi rasa malunya tidak sebesar sang kembaran yang meringkuk di rumah. Tunggu sebentar. Ini Langit atau Bintang yang ada bersama Nala?

"Tumben ga sama yang satunya."

"Dia malu. Katanya suara imut dia hilang, jadi ga mau keluar dulu," kata Bintang cuek.

Nala menggeleng heran. Itu terdengar seperti sesuatu yang akan Langit lakukan. Kalau begitu, manusia di hadapannya ini pasti Bintang. Hati nurani Nala sangat ingin mengejutkan Langit dengan pergi ke rumah mereka. Ia juga ingin mendengar suara baru Langit.

"Eh jadi kamu ngapain ke sini?"

"Oh iya. Bentar, aku lupa."

Nala mengangkat tongkat baseball dan mengambil ancang-ancang.

"Lagian kamu lama keluar rumahnya jadi akulupa kan. Hm... oh, aku mau minta telor empat butir."

"Lo kira gue ini koperasi?"

"Ini perintah Bunda, Nal."

"Fine. Ikut masuk, Bin."

"Okee."

Nala mengajak Bintang untuk memasuki rumah. Bintang duduk di kursi ruang tamu. Sementara Nala berjalan menuju kulkas dan mengambil empat butir telur seperti yang diminta Bintang. Nala memasukkannya ke dalam tupperware—ini miliknya sendiri kok, bukan milik Ibu. Setelah itu dia hendak memberikannya pada Bintang.

"Eh Bin, aku ikut ke rumah kamu dong. Biar aku yang bawa telornya aja."

Bintang memiringkan kepalanya, tanda dia bingung.

"Kamu mau bawain telor atau gangguin Langit?"

Nala tertawa, sudah cukup sebagai jawaban yang jelas bagi Bintang. Sang saudara kembar mengangguk setuju dan tersenyum licik. Lalu keduanya pergi ke rumah si kembar.

"Gue pulang," sapa Bintang ketika mereka memasuki rumah.

Lihat selengkapnya