Akbar menghentikan langkahnya tepat di sebuah trotoar jalanan dengan pinggiran sungai. Ia menatap lebih jauh kemudian untuk beberapa saat memejamkan matanya. Sesekali deru nafas terdengar begitu kasar.
Sama seperti sebelumnya Akbar memang penurut. Apa pun yang diperintahkan ayahnya selalu ia ikuti. Termasuk hari ini, ia tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan ayahnya. Ia pergi, meskipun entah harus ke mana. Akbar cukup yakin bahwa nanti, pasti ayahnya akan mencarinya lagi.
Akbar melanjutkan langkahnya, perlahan langkahnya semakin cepat. Langkah kuat itu bergantian menapak di trotoar jalanan. Ia berlari, sangat cepat menuruti instingnya. Langkahnya terhenti, Kemudian menundukkan kepalanya ke bawah. Nafasnya tersengal-sengal. Kedua tangannya menyentuh lututnya.
“Huh” ia mengeluarkan nafas dengan keras. Kemudian membangkitkan posisinya.
Ia menatap ke sebuah kafe di depannya. Kemudian tangan kirinya melepas kupluk yang sedari tadi menutupi topinya. Kini terlihat tubuhnya yang melemas.
Ia mengepalkan kedua tangannya, Kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kafe.
Ting
Pintu kafe terbuka.
Sang pemilik melihat ke arah pintu. Lalu tersenyum, meski pandangannya sibuk memerhatikan akbar.
Akbar membalas senyuman sang pemilik kafe, Arya. Bisa dibilang Arya salah satu sahabatnya meskipun usianya terpaut cukup jauh.
“Ice americano, bar?” tanya Arya.
Akbar menggeleng.
“Minta air putih aja” ucapnya. Kemudian langsung menuju ke sebuah meja yang kosong.
Arya mengangguk kemudian tangannya langsung meraih gelas kosong. Lalu, menyiapkan permintaan Akbar.
###
20.00
Dhea pandangannya masih tertuju ke arah jendela mobil miliknya, sedari tadi ia berkeliling mencari Akbar. Namun, nihil ia belum berhasil menemukannya.
Tangannya mengetuk-ngetuk setir mobil. Sambil menunggu lampu merah berganti.
(Nada dering handphone)
Satu panggilan masuk.
Dhea menatap ke arah ponselnya
Arya
Sebuah nama terlihat di layar handphonenya.
Dhea mengabaikannya.
Titttt tittt
Suara klakson mobil membuyarkan lamunannya.
Ia melepaskan rem tangannya kemudian langsung menancap gas mobil miliknya.
###
Arya menggelengkan kepalanya. Kemudian ia kembali membuka layar handphonenya. Dan mengirim pesan ke Dhea.
“Kamu baik-baik saja?”
“Jangan khawatir. Akbar disini”
Kemudian ia menutup layar ponselnya. Dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
“Nih” ucapnya kemudian meletakkan gelas di hadapan Akbar.
Akbar mengangguk kemudian ia membangkitkan posisinya. Tangannya meraih gelas itu, kemudian langsung meneguknya.
“Bang” panggil Akbar.
“Hah?” seru Arya.
“Bisa ga jangan liatin gue terus.”
Arya mengernyitkan dahinya.
“Siapa? gue?” tanyanya.
Akbar mengangguk.