Beberapa menit kemudian mereka sampai di parkiran, terlihat mobil sedan berwarna silver.
Indah menghentikan langkahnya, Kemudian ia melepaskan tangan Akbar dari genggamannya.
Indah berjalan meninggalkan Akbar menuju mobil miliknya.
Akbar terdiam, ia memperhatikan Indah dari balik kaca mobil. Terlihat, Indah yang tengah menangis dengan menundukkan kepalanya.
Akbar membalikkan badannya, kemudian ia mengangkat tubuhnya untuk duduk di depan kap mobil milik Indah.
“Cang ci men, cang ci men, kacang kuaci permen” ucap pedagang asongan melewati Akbar.
“Bang” panggil Akbar ke arah pedagang asongan di depannya sambil melambaikan tangan.
Pedagang asongan itu menghampiri Akbar.
“Ada rokok?” tanyanya.
“Ada bang” jawabnya.
“Minta setengah, air mineral 2 sisanya permen” ucap Akbar kemudian menyerahkan uang dua puluh ribu miliknya.
Ia mengangguk kemudian memberi permintaan Akbar.
Beberapa menit kemudian pedagang asongan itu meninggalkan Akbar.
Akbar mengambil satu botol minuman miliknya kemudian membukanya. Lalu mengguyurkan air itu ke wajahnya.
“Aw” rintihnya. Sesekali ia memejamkan matanya untuk menahan rasa perih dari lukanya. Kemudian ia berkumur membersihkan darah yang masih terdapat di mulutnya. Kemudian sisa airnya ia minum.
Ia menatap ke arah perempuan yang tengah berada di mobil. Posisinya masih sama, ia menangis.
Akbar berjalan kemudian mengambil satu botol air mineral lagi. Membuka pintu mobil sebelah kiri milik indah kemudian masuk, membuka kemasan botol air mineral. Lalu menyerahkan ke arah indah.
Indah menerimanya. Kemudian ia kembali memalingkan wajahnya dari Akbar.
Akbar menggerakkan tangannya berusaha meraih beberapa tisu yang terletak di dasbor mobil. Ia mengelap sisa air dari wajahnya.
“Minum. Ngga cape emang?” tanya Akbar menyuruh Indah.
Indah mengangguk. “Ma...af” ucapnya masih terisak.
Akbar mengangguk mengiyakan ucapan Indah, telapak tangannya bergerak menepuk bahu Indah.
Setelahnya, ia meninggalkan Indah di dalam mobil dan kembali ke posisinya duduk di atas kap mesin mobil milik Indah. Ia merebahkan tubuhnya di depan kaca mobil milik Indah.
Terlihat tangannya yang sibuk merogoh saku celana miliknya Sebuah gasolin dia keluar kan. Kemudian tangan kirinya mengambil satu batang rokok yang tadi ia beli. Ia menghisap rokok itu dengan pandangan yang mengarah ke langit.
“Bahkan, sekarang langitnya tetap cantik” gumamnya setelah melihat langit yang dipenuhi cahaya dari bintang.
Ia bertahan di posisi itu cukup lama. Bahkan setengah bungkus rokok yang ia beli hampir habis. Sesekali ia menoleh ke arah Indah.
Namun, perempuan itu masih bergelut dengan rasa sedihnya. Entah kenapa rasanya sulit sekali untuk Akbar meninggalkan tempat ini.
Indah menggigit bibir bagian bawahnya, ia mengatur nafasnya berulang kali. Lalu, tangannya bergerak keatas mengarahkan ujung botol ke mulutnya. meminum air mineral yang diberikan laki-laki tadi. Entah siapa namanya, Indah tidak tahu.
Beberapa menit kemudian Indah keluar dari mobil miliknya, kemudian membasuh wajahnya dengan air mineral miliknya. Mengelap dengan tisu, kemudian menghampiri Akbar.
“Sudah?” tanya Akbar. Menyadari kehadiran seseorang di sampingnya.
Indah mengangguk.
Lalu ia melompat turun dari kap mesin mobil milik Indah.
“Pulanglah, jangan diam di sini sendiri. Terlalu bahaya!” perintahnya.