Semesta

MiiraR
Chapter #7

Tuna

Indah memutar pergelangan tangannya, dengan sorot matanya ia membaca arah jam di pergelangan tangannya.

Ia bergegas menuju dapur kotor dibagikan paling belakang, lalu mengeluarkan 2 potong tuna dari kulkas, beberapa bumbu masak, lalu mengeluarkan bungkus kentang goreng yang sudah tersisa sedikit. Penglihatannya terlihat memperhatikan setiap isi kulkas yang sudah kosong. Hanya beberapa potong wortel, juga Asparagus. Ia mengambilnya, lalu tangan kanannya kembali meraih satu bawang bombai, juga beberapa siung bawang putih.

Perlahan ia bergerak menuju penggorengan tangannya meraih dua potong tuna kemudian dengan selembar tisu ia memijat-mijat daging tuna. Agar cepat mengering. Perlahan tangannya bergerak memutar kenop kompor, memanaskan teflon. Memberinya sedikit minyak, kemudian ia beralih ke arah tuna di sampingnya ibu jari dan telunjuknya terlihat mengambil sejumput garam dan lada lalu mengoleskannya ke setiap bagian daging tuna. Selanjutnya ia tetesi dengan minyak zaitun.

Terdengar suara desisan minyak, setelah Indah meletakkan dagingnya di atas teflon. Tangan kanannya kembali bergerak mengambil 2 sendok margarin lalu menambahkannya ke teflon. Ditambah dengan tiga siung bawang putih yang sudah di kepreknya. Tangan kirinya terlihat memiringkan teflon sekitar empat puluh lima derajat. Lalu tangan kanannya bergerak menyiram daging tuna dengan margarin yang sudah mencair.

Semerbak aroma harum mengisi seluruh ruangan. Tanpa disadari, kini Akbar dan Fadly sudah berada di belakang tubuh mungil indah.

Beberapa detik kemudian ia meniriskan tuna. Tangannya kembali bergerak memasukkan bawang bombai yang sudah diiris ke wajan, lalu setelahnya diikuti bawang putih cincang.

Membuat aromanya semakin menguat.

Selanjutnya ia menambahkan saus tomat, saus sambal, saus tiram, kecap manis, kecap asin dengan perbandingan dua banding satu. Tangannya bergerak lagi menuangkan sedikit air. Menambahkan bumbu tambahan seperti gula, garam dan merica. Lalu membiarkan saus buatannya agar mengental.

Tidak berhenti di situ, tangannya kembali bergerak memotong wortel dan asparagus, lalu mencuci bersih, selanjutnya ia menumis sayuran itu sebentar, lalu mengangkatnya. Kemudian ia kembali menggunakan penggorengan itu menambahkan lebih banyak minyak, lalu mulai menggoreng sisa kentang goreng miliknya. Tangannya bergerak memutar kenop gas untuk mematikan kompor. Tangannya kembali bergerak meraih piring putih berukuran cukup besar. Lalu meletakkannya di samping kompor. Ia meletakkan dua tuna itu di atas piring lalu menambahkan asparagus dan wortel yang sudah ia tumis sebelumnya. Lalu menuangkan saus yang telah ia buat tepat diatas daging tuna itu. Tangan kirinya bergerak mengambil piring yang berukuran lebih kecil. Mengambil beberapa lembar tisu lalu meletakkannya di piring kosong itu. Perlahan ia menuangkan kentang goreng yang sudah ia tiriskan, Tepat dipiring dengan alas tisu.

Ia membalikkan badannya dengan kedua piring yang tengah dibawa oleh masing-masing tangannya. Tubuhnya tersentak melihat kehadiran kedua pria itu.

Ia bergerak berjalan menuju meja bar kafe.

Akbar dan Fadly berjalan di belakang Indah, mengikutinya.

Indah meletakkan kedua piring itu tepat di meja bar kafe. Kemudian tubuhnya kembali bergerak menuju kulkas. Matanya bergerak dari atas sampai bawah mencari susu. Nihil, persediaannya habis. Ia mengurungkan niatnya lalu berjalan mengambil gelas bening, lalu mengisinya dengan air putih. Lalu, meletakkannya tepat di samping piring makanannya.

"Makan bar" perintahnya.

Akbar menatap kearah Fadly.

Indah menggeleng kearah Fadly. Kemudian ia bergerak menuju tempat kasir miliknya, Mengambil satu lembar uang pecahan bernilai lima puluh ribu.

“Lo, beli aja ya fad. Beli dua sekalian buat gue” perintahnya sambil menyerahkan uang itu kearah Fadly.

Fadly mengangguk mengiyakan, Kemudian tanpa banyak kata ia berjalan meninggalkan Indah dan Akbar.

"Udah makan" perintahnya sambil melihat ke arah Akbar yang tengah terdiam melihat ke arahnya.

“Ah ohh” balasnya kikuk. Kemudian ia menggeser keluar kursi di sampingnya lalu duduk, Indah berjalan menghampiri Akbar. Kemudian ia bergerak mengambil garpu, mengelapnya dengan tisu lalu menyerahkannya kepada akbar.

Akbar mengangguk kemudian mengambil garpu yang Indah berikan dengan tangan kirinya. Perlahan ia menusuk tuna itu dengan ujung garpu yang tajam. Satu tuna utuh terangkat, tidak lama kemudian ia melahap tuna itu dengan gigitan besar.

Mulut Indah terbuka melihat pemandangan di hadapannya.

Ia berjalan ke arah Akbar lalu duduk di sampingnya. Melihat nafsu makan Akbar yang besar membuat perutnya terasa lapar.

Ia menelan ludahnya, tanpa sadar tangannya bergerak meraih satu potong kentang goreng, mengoleskannya ke saus di piring tuna milik Akbar.

Akbar terdiam, matanya menyusuri tangan yang berada di piringnya.

Indah tersenyum malu, menyadari perbuatannya.

Akbar menggeser kan piring miliknya tepat ke hadapan Indah. Terlihat satu bagian tuna yang masih utuh.

Lalu dengan matanya ia memberi isyarat agar Indah memakannya.

Indah menggeleng.

“Kenapa? jijik?” tanya Akbar to the point.

Indah menggeleng kembali.

“Terus?” ucapnya sambil mengambil garpu lalu meletakkannya di samping piring.

Indah terdiam, kemudian kembali menatap Akbar.

Lihat selengkapnya