“Dia siapa? OB (Office Boy) baru?” tanya Dita. Melihat sosok berbaju putih yang sudah lusuh, juga sepasang sendal jepit yang terpasang di kedua kakinya.
Indah bergerak ke arah yang dituju temannya itu.
“Akbar” gumamnya, setelah melihat kehadiran Akbar dari jauh.
“Masa ganteng” timpal Ajeng.
“Kok kayanya dia mau kesini deh” ucap Icha.
“Itu ndah?” sambungnya sambil bertanya.
Indah mengangguk.
“Eh benaran kesini dong” ucap Dita melihat jarak Akbar yang semakin mendekat.
Akbar menghentikan langkahnya tepat di samping indah.
"Indah" panggilnya.
“In dah” ucap Dita Ajeng Icha berbarengan lalu langsung melihat ke arah Indah.
Indah tersenyum canggung.
“Dita, Ajeng, Icha, kenal in ini Akbar. ”ucapnya memperkenalkan.
“Akbar. Ini Dita, Ajeng, Icha” sambungnya lagi sambil menunjuk satu persatu temannya.
Akbar tersenyum, membalas sapaan mereka.
“Sini duduk bar” ucap Dita menyarankan.
“Iya mau pesan apa?” tanya Ajeng menambahkan.
“Boleh?” tanya Akbar memastikan sambil pandangannya menoleh ke samping kirinya, menatap indah.
“Boleh” ucap ketiganya serentak.
Indah menggeleng, memberi isyarat kepada akbar.
Akbar melangkah kan kakinya. Menepuk Indah meminta bergeser. Lalu duduk di samping indah.
Ia membuka topinya yang terasa panas. Kemudian mengambil beberapa helai tisu. Dan menempelkannya di pundaknya. Lalu ia memakai sisanya untuk mengelap wajahnya.
“Mau pesan apa? gue yang traktir.” ucap Ajeng bertanya lagi.
“Ganteng banget” ucap Dita dalam hati.
“Mi ayam, batagor, nasi goreng, baso tahu, bakmi, jus?” tanya Dita menambahkan.
“Mi ayam, batagor boleh” tanya Akbar.
Dita mengangguk. “Minumnya?” tanyanya lagi.
“so..”
“Air putih” ucap Indah memotong ucapan Akbar.
Akbar menatap Indah tajam.
“Dari mana, kenapa lama, kenapa kotor” beberapa pertanyaan itu muncul dalam kepala indah.
Sedangkan Akbar asyik mengobrol dengan teman temannya sambil melahap makanan yang ia pesan.
Kurang dari sepuluh menit makanan yang ia pesan sudah habis.
Pandangan ketiganya sama sekali tidak berubah. Seolah olah tersihir dengan paras Akbar.