Semesta

MiiraR
Chapter #11

Indah kecil

*Flashback*

08 November 1995

“Sini masuk dek” ucap seseorang kepada gadis kecil yang tengah berdiri di hadapan panti asuhan. Ia mengenakan baju putih, juga celana pendek dengan tas yang masih menggantung di tubuh kecilnya.

Ia menggeleng, kepalanya menunduk melihat ke arah tanah. Perlahan air matanya mengalir, terdengar sayup-sayup suara isakkan dari tubuh kecilnya.

Seorang pengasuh panti menghampirinya, Kemudian memeluk gadis kecil itu.

"Nama kamu siapa?" tanyanya.

“In dah” rintihnya.

"Cantik" balasnya.

“Udah jangan nangis” sambungnya sambil mengelap air matanya.

“Kita masuk ya” ucapnya sambil menggandeng tangan indah memasuki panti

Indah menghentikan tangisnya, Lalu mengikuti Bu Maria dari belakang.

Ia melihat kearah sekeliling. Terlihat beberapa anak seusianya tengah bermain. Beberapa orang melihat ke arahnya, asing. Perasaan itu menyelimutinya, ja kembali berjalan mengikuti Bu Maria pemilik panti lorong itu terasa begitu sepi dan menyesakkan untuknya. Perlahan rasa sesak itu menghampirinya, Indah menghentikan langkahnya, kemudian telapak tangannya menyentuh dadanya. Ia meringis kesakitan, beberapa detik kemudian ia kehilangan kesadarannya.

Sejak hari itu, ia diam di panti asuhan. Bertahun-tahun, satu persatu temannya telah diadopsi. Berbeda, dengan Indah riwayat kesehatan yang ia miliki Membuatnya kehilangan kesempatan untuk memiliki keluarga baru.

Hingga akhirnya, ia menjadi anak tertua dibanding dengan anak panti lainnya. Hal itu, akhirnya membuat Indah meninggalkan panti. Di usianya yang menginjak 16 tahun ia mulai bekerja dan dengan sengaja menunda untuk melanjutkan sekolahnya.

29 Juni 2006

Kurang lebih satu tahun ia tinggal dari satu tempat ke tempat lainnya. Sejak pagi hingga sore ia bekerja serabutan. Entah itu bekerja di toko swalayan, beres-beres rumah apa saja ia kerjakan. Saat hari sudah mulai menggelap ia kembali ke rumah makan Padang tempatnya tinggal. Untuk membantu pemilik beres-beres, cuci piring dan menutup toko.

“Mau lanjut sekolah?” tanya Bu Mia pemilik rumah makan.

Indah menghentikan aktivitasnya, ia menatap ke arah Bu Mia dengan tangan yang masih menggenggam piring juga spons.

“Mau lanjut ke SMA?” tanyanya lagi kepada Indah.

Indah mengangguk, spontan.

“Ya udah besok kita daftar.” ucap Bu Mia lagi.

Indah terdiam, namun wajahnya terus berseri menunjukkan kegembiraannya.

***

Keesokan harinya, Indah tersenyum menatap dirinya dari balik cermin. Ia mengikat rambutnya kemudian berjalan keluar kamar itu.

“Aish cantik nian putri ambo” ucap Bu Mia dengan logat Padang yang khas. Ketika melihat Indah keluar dengan seragam putih abu barunya.

Indah tersenyum kemudian mengangkat sedikit roknya. Lalu, membungkukkan sedikit badannya. Nilai yang Indah miliki, berhasil membuatnya di terima di salah satu SMA negeri, dia mengambil jurusan IPA.

Berkat bantuan Bu Mia, Indah berhenti bekerja serabutan. Dia lebih fokus belajar, sambil membantu toko Bu Mia. Sesekali, ia menerima permintaan teman-temannya untuk mengajar les.

Tiga tahun berlalu.

10 Mei 2009

Ia menghela nafasnya, kemudian matanya menyusuri ruangan kecil berukuran 3x2 itu. Ia tersenyum ketika mengingat hari pertamanya di tempat ini. Satu persatu baju ia masukan kedalam tasnya. Juga beberapa berkas miliknya.

15 menit berlalu

“Ibuuuu” sapanya sambil tersenyum. Lalu memeluk Bu Mia dari belakang.

Bumia tersenyum membalas sapaan Indah. Kemudian tangannya bergerak menepuk-nepuk pipi Indah yang merona.

Indah melepas pelukannya kemudian ia beranjak membantu Bu Mia yang tengah melayani beberapa pelanggan.

“Makasih yah Bu” ucap Indah, setelah beberapa pengunjung pergi.

Bu Mia terdiam. Ia menunduk.

“Maaf Indah ngerepotin ibu terus” tambahnya lagi.

“Sehat terus yah Bu” timpalnya lagi.

Ia mengusap air matanya.

Indah terdiam melihat kejadian itu. Perlahan tubuhnya bergerak menghampiri Bu Mia. Ia duduk di bawah kursi yang tengah diduduki perempuan bertubuh gempal itu. Kemudian kepalanya ia letakkan di pangkuan Bu Mia, perempuan yang sedari tadi ia panggil ibu itu.

“Do’a in Indah biar bisa bantu banyak orang, kaya ibu” ucap indah.

Bu Mia mengangguk, dari sudut matanya terlihat air yang menggenang di pelupuk matanya. Kemudian ia menggerakkan tangannya, mengusap kepala Indah.

Lihat selengkapnya