10 Mei 2009
Indah membuka pintu gedung tua itu, Terlihat ruang penuh debu di hadapannya. Ia berjalan memasuki gedung kafe dengan tangan yang mengipas-ngipas. Berusaha menyingkirkan debu dengan tangannya. Beberapa furnitur tertutup dengan kain putih. Indah berjalan mengitari seluruh rumahnya. Ia beralih ke lantai dua. Kemudian duduk dengan kaki yang menyilang. Ia melepas tas yang ia gendong, kemudian mengeluarkan sebuah amplop pemberian dari Bu Farah.
Nak, apakah surat ini sudah sampai? Jika iya, berarti putri ibu sudah dewasa. Pun ibu yang udah ga bisa nemenin kamu. Maaf.
Hanya ini yang bisa ibu berikan untuk kamu.
Maaf, karena kamu harus melihat apa yang seharusnya tidak perlu kamu lihat.
Maaf, Karena ibu udah gak bisa nemenin kamu lagi.
Sehat terus ya, putri ibu.
Indah mengusap air matanya seusai membaca surat itu. Ini kali pertamanya setelah empat belas tahun yang lalu.
Kemudian ia membalik surat itu.
Terletak sebuah kombinasi angka. Indah menggeleng.
Perlahan ia turun menuruni satu persatu anak tangga di gedung itu. Ia berjalan ke arah sisi sebelah kirinya. Lalu membuka sebuah ruangan kecil di tempat itu. Terlihat sebuah ranjang untuk satu orang yang tertutup kain putih. Matanya memperhatikan setiap sudut ruangan itu.
Matanya tertuju pada sebuah kotak kecil di sudut ruangan. Ia berjalan menghampiri kotak itu. Kemudian melepas kain putih. Terlihat satu brangkas muncul setelahnya.
Indah mengernyitkan dahinya.
Kombinasi angka dari surat itu muncul di kepalanya. Indah mencoba membuka brangkas itu.
Trek.
Terdengar kunci brangkas yang membuka. Indah tersenyum. Perlahan ia membuka brangkas itu. Terlihat beberapa lembar kertas menumpuk di bagian bawah. Juga beberapa kaset di atasnya.
Indah mengernyitkan dahinya. Kemudian mengeluarkan beberapa kaset CD dari dalam brangkas. Terlihat tanggal berbeda dari setiap piringan kaset.
Indah tersenyum, kemudian kembali meletakkannya ke dalam brangkas.
Dari bawahnya ia mengeluarkan tumpukan lembaran kertas.
Indah membaca setiap lembar kertas itu. Terdapat catatan serta sertifikat atas tanah yang kini ia tempati juga satu sertifikat tanah dan rumah miliknya dulu. Surat BPKB mobil terlihat di bagian paling atas juga beberapa tumpukan tabungan menyusul di atasnya.
"Ibu" lirihnya.
****
“ahhhh” Indah mengerang kesakitan sambil memegang bahunya. Ia menjatuhkan tubuhnya tepat di kasur ranjang yang ibunya siapkan beberapa tahun yang lalu. Matanya mengitari sekitar memastikan bahwa semuanya sudah bersih.
Lima belas menit kemudian ia beranjak dari tempatnya, mengambil laptop lalu kembali duduk menyilang di kasur. Satu persatu kaset yang ia keluarkan dari brangkas ia buka.
Indah tersenyum melihat tingkah lakunya di dalam Video bersama ibunya.
Air mata bahagia keluar dari sudut matanya.
“Bu, Indah kangen” gumamnya.
Perlahan matanya tertutup, diiringi dengan Video yang masih terputar.