Indah menutup kafenya lebih awal. Ia terduduk di salah satu bangku kafe. Kepalanya, ia letakkan di meja dengan tangan sebagai bantalannya. Di bagian bawah terlihat kakinya yang mengayun.
Icha yang baru sampai melihat indah dari jauh. Menatapnya lebih lama, kemudian membawakan sahabatnya itu secangkir teh.
“Minum dulu ndah” ucapnya sambil meletakkan cangkir di hadapan Indah.
Indah mengangguk, kemudian membangkitkan tubuhnya. Mengambil cangkir itu dengan kedua tangannya. Perlahan ia hirup aroma teh yang keluar dari cangkir itu lalu meminumnya perlahan.
“Ko-asnya mulai kapan ndah?” tanya Icha melanjutkan obrolannya dengan Indah yang terputus di sambungan telepon tadi.
“Minggu depan” ucap Indah singkat. Kemudian tangannya meletakkan cangkir yang ia pegang. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Terus yang jaga kafe?” tanya Icha lagi.
Indah mengalihkan pandangannya ke setiap sudut kafe.
“Fadly atau Akbar” balasnya.
Icha mengernyitkan dahinya.
“Jangan gampang percaya ndah. Baru juga kenal kemarin.” ucap Icha memprotes.
Indah membalasnya dengan senyuman.
Pintu kafe kembali terbuka.
Indah dan Icha menghentikan pembicaraannya. Lalu keduanya bergerak bersamaan melihat ke pintu masuk kafe.
Terlihat Dita dan Ajeng yang bergerak dari ambang pintu memasuki kafe. Dengan tangan yang masing-masing membawa tas belanjaan.
“Akhirnya ya ndah” ucap Dita lalu langsung memeluk temannya.
Indah mengangguk lalu membalas pelukan Dita.
Beberapa detik kemudian pintu kafe kembali terbuka. Keempatnya secara bersamaan melihat ke arah yang sama, pintu kafe.
Akbar. Sosok itu terlihat terdiam di ambang pintu dengan pakaian berwarna sama, Hitam. Hanya topi berwarna putih yang terlihat berbeda.
Ia mengalihkan pandangannya dari keempat perempuan itu. Terlihat Fadly dari balik bilik dapur, ia langsung menghampirinya.
“Bawa in sekarang fad” perintah Indah.
Fadly mengangguk mengiyakan perintah Indah. Ia berjalan keluar dapur. Dengan tangan yang membawa kompor portabel.
Akbar mengernyitkan keningnya melihat Fadly yang pergi meninggalkannya.
Beberapa menit kemudian Fadly kembali ke dapur.
“Ada acara apa?” tanya Akbar penasaran. Setelah melihat Fadly berjalan ke arahnya.
Fadly menghentikan aktivitasnya.
“Acara makan-makan. Minggu depan mbak Indah udah mulai koas” jawabnya dengan pisau yang mengayun ditangannya.
Akbar bergerak menjauh, sambil menganggukkan kepalanya.
Fadly kembali membawa panggangan, pisau juga beberapa barang lain ditangannya. Ia kembali ke meja Indah dengan teman temannya. Setelah itu, ia menyatukan satu meja dengan meja yang dipakai teman-teman indah. Lalu ia membawa kursi dari sebelahnya dan ikut bergabung dengan Indah dan ketiga temannya itu.
Akbar memperhatikan kelimanya dari balik dapur. Perlahan ia menyunggingkan senyumnya.
“Sini bar” ajak Indah, menyadari tatapan Akbar.
“Sini mas” ajak Fadly juga.
Begitu pun dengan ketiga temannya yang terlihat melambaikan tangan mengajak Akbar bergabung.
Akbar tersenyum, mengangguk kemudian menghampiri ketiganya.
Ia duduk di bagian ujung meja di samping kirinya terdapat indah dan Icha yang duduk berdampingan dan berhadapan dengan Dita dan Ajeng. Sedangkan Fadly, duduk berhadapan dengan kursi Akbar.
SKSHH
Terdengar suara desisan dari daging yang dipanggang. Indah menambahkan saus kecap buatannya. Lalu perlahan ia membuka balikkan daging yang sudah matang. Mengangkatnya lalu membagikan ke setiap temannya satu persatu termasuk Akbar.