Mata Indah mengitari setiap sudut kafe. Sejak kedatangannya tadi pagi batang hidung Akbar belum terlihat. Ia menghela nafasnya kemudian beranjak menuju dapur. Kedua tangannya mengambil beberapa kantong plastik sampah miliknya. Kemudian ia berjalan menuju pintu belakang kafe. Ia berjalan ke tempat pembuangan sampah.
Bugggg.
Indah melemparkannya tumpukan plastik miliknya. Yang kemudian ia pilah pilih kembali lalu membuangnya sesuai jenisnya.
Lima menit kemudian urusannya selesai. Ia membalikkan tubuhnya lalu berjalan menuju kafenya kembali. Ia menghentikan langkahnya tepat di langkah ketiganya. Matanya tertuju kepada seseorang yang baru saja turun dari mobil. Ia menyipitkan matanya, memastikan.
“Akbar” gumamnya dalam hati.
Lalu pandangannya beralih ke perempuan yang berada di belakang kendali mobil. Nihil, masker yang perempuan itu kenakan membuat indah tak mengenalinya.
Ia kembali berjalan setelah mobil yang ditumpangi Akbar berjalan melewatinya.
Akbar melambaikan tangannya ke arah Indah, menyadari kehadirannya.
Indah mengalihkan pandangannya, tak membalas sapaan Akbar.
Untuk beberapa saat Akbar terdiam. Ia melangkahkan kakinya tepat setelah indah berjalan melewatinya.
Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Indah, begitu pun dengan Akbar. Setelah ia melangkahkan kakinya, ia langsung berjalan menuju kamarnya. Lalu, kembali ke dapur membantu Fadly yang tengah membuat pesanan.
Akbar terduduk di meja kasirnya. Sesekali pandangannya terlihat memerhatikan Indah. Namun, tidak ada reaksi apa pun yang dikeluarkan indah. Indah bergerak menuju bagian belakang. Lalu, melepas celemeknya. Tidak lama dari itu ia mengambil tasnya.
“Pulang duluan ya fad” ucapnya berpamitan.
Akbar melihat kearah Indah. Yang sama sekali tidak melihat ke arahnya. Ia mengerutkan keningnya. Namun, sorot matanya tetap tertuju ke bagian belakang tubuh Indah yang perlahan berjalan meninggalkan kafe. Hingga akhirnya hilang dari pandangan Akbar.
*_
Keesokan harinya Indah kembali ke kafe. Kali ini lingkaran hitam di bawah matanya terlihat sangat jelas. Wajahnya terlihat pucat pasi. Langkahnya berjalan lunglai. Dengan memakai atasan kaos polos berwarna putih, bawahan training berwarna hitam juga rambut yang diikat ke atas. Juga tas yang ia selempangkan di bahunya.
Akbar melihatnya dari belakang dapur. Ia memperhatikan Indah yang berjalan tanpa melihat ke arahnya. Lalu masuk ke kamar Akbar.
Akbar mengernyitkan dahinya, semakin tak mengerti dengan hal yang Indah lakukan.
Disisi lain Indah terlihat mengeluarkan tas make-upnya juga kaca berukuran sedang. Ia beranjak, lalu berdiri di depan nakas. Menyenderkan kacanya lalu memoles pipinya dengan bedak. Lalu menambahkan lip tint berwarna pink lalu mengoleskannya ke bibirnya.
###
“Indah dimana?” tanya Akbar yang baru memasuki kafe.
Fadly yang tengah membersihkan meja menghentikan aktivitasnya. Menatap ke arah Akbar, lalu melirik ke samping kirinya.
“Dikamar, lagi skype” jawabnya.
“Oh” gumamnya, lalu mengangguk.
Ia berjalan kearah dapur. Meraih satu kotak semangka dari kulkas. Membawanya, lalu memasukkannya ke dalam blender, ia kembali lagi mengambil es dari kulkas lalu menambahkannya ke dalam blender. Terdengar suara gertakan dari dalam blender setelah ia menekan tombol on.
Kemudian tubuhnya bergerak kembali mengambil satu gelas dengan tangan kanannya. Lalu, meletakkannya di samping blender. Lima menit berlalu, ia menuangkan jus semangka ke dalam gelas dengan tangan kanannya.
Ia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian mulai mengarahkan blender ke dalam mulutnya. Lalu, langsung menegak seperempat sisa dari jus semangka buatannya.
Fadly terdiam, melihat Akbar yang menghabiskan seluruh sisa jusnya langsung dari blender. Kemudian kepalanya Menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ahhh” gumamnya berdecak kagum. Setelah, menikmati jus Yang ia buat, lalu beberapa detik kemudian langsung membawa blender ke wastafel, lalu mencucinya dengan sebelah tangannya.
Ia membalikkan tubuhnya, kemudian berjalan. Meraih segelas jus semangka di meja. Lalu, ia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan dapur memasuki kamarnya.
Langkahnya terhenti di ambang pintu. Terlihat Indah tengah duduk di ranjangnya. Dengan tubuh menghadap ke tembok membelakanginya. Di depannya terlihat laptop yang diletakkan di tumpukan bantal.
“Dhea” gumamnya. Ketika sosok yang dikenalnya terlihat dibalik layar laptop milik Indah.
Akbar kembali melanjutkan langkahnya. Menghampiri Indah. Kemudian meletakkan gelas di atas nakas miliknya.
Pandangannya terus memperhatikan Indah yang masih fokus. Kali ini penampilannya sudah berbeda. Ia mengenakan kemeja berwarna biru langit. Warna lip tint yang senada dengan bibirnya. Kacamata yang menempel di wajahnya Juga rambut berwarna blonde yang dibiarkan tergerai.
Akbar tersenyum.
Indah mengernyitkan dahinya, kemudian ia mengalihkan pandangannya menatap kearah Akbar.
Menyadari tatapan Indah. Akbar langsung beranjak ke sisi sudut sebelah kirinya. Tangan kirinya bergerak menuju punggungnya untuk melepas penyanggah tangan miliknya. Lalu menggantungnya.
Perlahan ia bergerak menuju pintu keluar kamarnya. Lalu, kembali membantu Fadly.
***
Dharma pria paruh baya itu kini tengah berada di atap gedung. Tubuhnya terlihat mengarah kearah pemandangan kota. Ia melonggarkan dasi miliknya, kemudian membuka kerah bajunya.
Tangannya mengambil sebatang rokok dari sakunya. Kemudian seseorang berjalan mendekatinya. Mengeluarkan gasolin, menyalakannya tepat di ujung batang rokok milik Dharma.
“Cari tahu keberadaan Akbar. Hubungi teman terdekatnya. Termasuk Dhea” perintahnya.
Rangga mengangguk mengiyakan perintah tuannya.