Perlahan Dhea berjalan menyelinap ke beberapa pasien di depannya.
“Dhea” panggil Dharma.
Dhea mengernyitkan dahinya, untuk beberapa saat matanya terpejam. Gigi bagian atas menggigit bibir bagian bawahnya. Ia mempercepat langkahnya, menghindari kerumunan.
Dharma, melihat kearah Dhea. Lalu membalikkan tubuhnya, kemudian mengikuti Dhea dari belakang.
“Berhenti” teriak Dharma.
Kemudian keduanya berhenti tepat di ujung lorong rumah sakit.
Dhea memandang kearah orang-orang di belakang Dharma.
Dengan satu gerakan tangannya ia mengusir anak buahnya itu.
“Dimana Akbar?” tanya Dharma mengawali perbincangannya dengan Dhea.
Dhea menggeleng.
“Jangan bohong” ucapnya.
“Beneran” jawab Dhea memastikan.
###
“Ahhhhh” Indah mengerang. Kemudian ia membangkitkan tubuhnya, menjadi duduk dengan mata yang masih terpejam. Perlahan tangan kanannya mengeluarkan gelang karet dari pergelangan tangan kirinya. Kedua tangannya bergerak mengikat rambutnya.
Indah membuka kedua matanya, kemudian ia meraih ponsel yang terletak di atas nakas.
10 Maret 2015
06.45
Mata Indah terbelalak ketika melihat tanggal di layar handphonenya.
"Aduuuuh" ucapnya menyesal. Kemudian ia segera beranjak dari tempat tidurnya. Kurang dari sepuluh menit ia sudah kembali dari kamar mandi.
Seperkian detik kemudian ia mengambil tas selempang miliknya. Lalu, dengan cepat berjalan menaiki satu persatu anak tangga.
“Huhh” capek itu yang ia rasakan. Ia segera menghampiri Akbar yang masih tertidur.
“Bangun bar”ucapnya sambil menggerak gerakan tubuh Akbar.
Namun, tak ada reaksi dari laki-laki itu.
“Ayo, bangun” ucapnya lagi.
Perlahan kedua mata Akbar terbuka.
Spontan ia menyunggingkan bibirnya ketika melihat Indah di hadapannya.
“Cepat bangun” perintah Indah lagi.
Akbar menuruti perkataan Indah. Ia bangun kemudian matanya melihat kearah jendela yang masih belum terlalu terang.
“Ahhh” rintihnya sambil menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri.
Lalu, matanya kembali melihat ke arah Indah.
“Cepetan, ayo ke RS” ajak indah.
Akbar mengernyitkan dahinya, bertanya kepada Indah.
“Gue tunggu di mobil yah” timpal indah lagi. Kemudian ia bergegas meninggalkan Akbar.
Akbar membangkitkan tubuhnya, kemudian tangan kanannya bergerak meraih jaket dan topi miliknya. Dengan mata yang masih mengantuk ia berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Ia berjalan menuju wastafel, kemudian membersihkan mukanya.
Tubuhnya berhenti bergerak. Lalu wajahnya melihat ke arah cermin.
Berantakan, terlihat beberapa rambutnya yang naik ke atas. Ia meraih topi di meja lalu memakainya.
Kurang dari lima menit Akbar sudah berada di dalam mobil Indah. Matanya melihat kearah Indah yang berada di balik kemudi. Matanya terlihat mengarah ke cermin kecil. Lalu tangannya bergerak mengambil lip tint miliknya. Beberapa detik kemudian terlihat bibir bagian atas dan bawahnya beradu untuk meratakan lipstiknya.
“Kita sarapan di RS aja yu” ajak Indah. Sambil melepas rem tangan mobil miliknya.
Akbar menggeleng. “Ngga” ucapnya menolak.
Spontan Indah melihat ke arah Akbar.
“Kita drive thrue aja. Bisa kan?” saran Akbar.
Indah mengangguk mengerti mengiyakan saran Akbar. Lalu, pandangannya kembali mengarah ke jalanan.
“Kenapa kemarin ga bilang?” tanya Indah.
“Apanya?” balas Akbar kembali bertanya. Dengan tubuhnya yang menghadap ke samping kirinya.