*****
Dari tempat parkiran, mereka berjalan sejauh seratus meter. Memasuki gang melewati beberapa rumah warga yang masih terbuat dari material kayu juga beberapa perkebunan. Setelahnya, terlihat mereka memasuki pekarangan dari pintu masuk bagian kanan. Rumput hijau juga langit biru menyapa, pemandangan situ di samping kanan juga menambah cantik, dari tempat itu terlihat gunung berdiri tegak di belakang Situ Cileunca.
Setelah berjalan menaiki lima anak tangga. Mereka sampai di sebuah pekarangan yang lebih luas lagi. Tempat itu memiliki beberapa fasilitas lainnya. Seperti mushola, kantin, aula juga dapur umum. Mereka setuju membuat tenda di bagian paling atas, berdekatan dengan mushola.
Mereka bergerak cepat membagi tugas. Tim laki-laki bergerak membuat dua buah tenda yang masing-masing dikerjakan oleh dua orang Fadly dengan Akbar, Indra dan Lukman. Sementara di bagian belakang terlihat tim perempuan yang tengah menyiapkan makanan.
Indah dan Icha bergegas membuka tikar lalu meletakkannya tepat di atas rumput hijau. Diikuti dita yang berjalan dengan sebuah meja lipat. Merangkainya lalu ikut meletakkannya di atas tikar. Di belakangnya terlihat Ajeng dengan troli belanjaan. Indah dan Icha berjalan bergantian mengambil beberapa peralatan lainnya.
Akbar membentangkan bagian inner tenda meletakkannya setelah memastikan pintunya tidak mengarah ke angin. Perlahan ia merangkai dan memasang kedua frame. Lalu memasukkannya ke bagian ujung inner tenda.lalu mengeklik kedua bagian itu.
Di bagian belakang terlihat Dita yang tengah membelah semangka menjadi dua bagian. Lalu masing masing bagian ia belah lagi menjadi empat bagian. Begitupun setelahnya ia memotong kembali semangka menjadi beberapa bagian. Kemudian tangannya meraih piring berukuran kecil. Meletakkan tiga potong semangka lalu membawanya ke arah Akbar.
“Aaaaaaa” ucap Dita dengan mulut yang menganga. Sementara tangannya mengambil sepotong semangka lalu meletakkannya tepat di depan mulut Akbar.
Akbar menghentikan aktifitasnya. Lalu penglihatannya berarah melihat Dita di samping kanannya. Seperkian detik kemudian Akbar mengangguk kemudian membuka mulutnya.
“Waahhhh” ucapnya kagum sambil mengunyah semangka itu.
“Enak kan?” tanya Dita.
Akbar mengangguk setuju. Dengan senyum yang terus menungging.
“Aaa lagi” perintah Dita.
Akbar menurutinya. Mulutnya terus mengunyah. Sementara tangannya terlihat mengikat tali bagian ujung tengah inner, diantara persilangan kedua frame.
Indah mengalihkan perhatian dari keduanya. Ia menggeleng tak mengerti. Kemudian ia berjalan kembali menuju tikar. Lalu setelahnya ia segera meletakkan panci berukuran sedang yang berisi air di bagian atas kompor.
Di bagian lain terlihat Ajeng tengah membilas beras, tak lama setelahnya ia meletakannya di penanak nasi di dapur umum.
Indah masih berkutat dengan kuah tomyam miliknya. Pertama ia kembali memanaskan kaldu yang sudah ia buat sebelumnya. Membiarkannya hingga mendidih. Lalu, memasukkan 500 gram daging Sukiyaki, 150 gram jamur Enoki, memasukkan bakso sapi dan ikan masing-masing satu bungkus. Lima menit kemudian ia menambahkan beberapa sayuran lainnya seperti Baby pokcoy dan sawi putih yang telah dipotong.
Dita berjalan menghampiri teman temannya yang masih memasak. Diikuti Akbar di belakangnya.
“Wah harum banget” ucap Dita memuji.
Icha, Ajeng dan indah serentak melihat ke arahnya.
“Sini bantuin” perintah Ajeng.
Dita mengangguk mengerti kemudian berjalan ke arah Ajeng yang tengah membawa nasi yang masih terlihat mengepul.
Akbar berjalan tersenyum ke arah indah. Lalu duduk di bagian belakang punggung indah.
Indah menoleh ke sebelah kanannya. Kemudian pandangannya kembali ke arah tomyam buatannya.
Lima menit kemudian terlihat Lukman dan Indra berjalan dari arah depan, menghampiri mereka.
“Ahhh” ucap Lukman mengerang.
Ajeng bergerak memberinya sebotol minuman.
Tanpa banyak bicara mereka langsung memposisikan tubuhnya, duduk secara melingkar. Icha bergegas mengambil beberapa piring. Lalu menyerahkannya satu persatu ke arah Ajeng agar diisi dengan nasi. Selanjutnya Ajeng menyerahkannya ke satu persatu temannya.
Indah bergerak mengecilkan api kompor, lalu ia membuka penutup panci. Terlihat buih kaldu, juga bakso yang kini sudah mengambang di atas permukaan kuah berwarna jingga. Tangan kanannya meraih satu sinduk bakso, daging beserta kuahnya meletakkannya di mangkuk yang ia letakkan ditangan kirinya. Tak lupa ia juga menambahkan beberapa sayuran ke dalam mangkuknya lalu membagi rata ke setiap mangkuk dan langsung menyerahkan satu persatu mangkuk kepada teman temannya.
“Makasih” ucap Akbar sambil menerima mangkuk dari indah.
Indah mengangguk mengiyakan ucapan Akbar. Lalu tangannya kembali bergerak membagi makanannya.
“Itadakimas(selamat makan)” lanjut akbar lagi. Lalu ia langsung menyeruput satu sendok kuah terlebih dahulu.
“Wahhh” serunya sambil membelalakkan matanya. Tangannya kembali bergerak mengambil satu sendok tomyam sabu-sabu buatan indah. Ditambah dengan nasi yang masih hangat. Kurang dari lima menit ia telah menghabiskan makanannya. Bersih tanpa ada yang tersisa.
“Ahhhh kenyang” ucap Lukman.
Semuanya mengangguk setuju. Terlihat kuah dalam panci yang juga sudah bersih. Begitu pun dengan nasinya. Berbeda dengan mangkuk indah yang masih terisi setengahnya.
“Udah?” tanya Akbar.
Indah mengangguk. “Masih mau?” balas indah balik bertanya.
Akbar mengangguk kemudian ia langsung bergegas meraih mangkuk milik indah menghabiskannya.
“Abis ini kita ngapain?” tanya Ajeng.
“Istirahat dulu” ujar indah.
“Boleh” ucap Indra langsung mengiyakan.
Indah bergegas mengumpulkan sisa mangkuk kotor.