Semesta

MiiraR
Chapter #28

Day 0

Indah bergerak keluar ruangannya. Setelah hampir tiga puluh tiga jam ia berada di rumah sakit. Rambutnya terlihat terikat seadanya, kacamata masih melingkar di matanya. Baju berwarna biru yang ia pakai sudah terlihat lusuh Begitupun dengan wajahnya. Dibahunya, terlihat tas yang melingkar juga tangan kanannya yang juga membawa tas jinjing yang berisi buku-buku tebal miliknya.

“Huuhhh” ujarnya bernafas lega setelah ia keluar dari gerbang rumah sakit.

“Indah” ujar seseorang.

Indah melihat ke sumber suara. Terlihat seseorang di atas motornya dengan helm yang masih terpasang di kepalanya. Perlahan, tangannya terangkat melambai ke arah indah.

Indah mengernyitkan dahinya, tubuhnya mematung dengan mata yang terus melihat ke arah seseorang.

Perlahan orang itu mulai mengangkat helm miliknya.

“Bima” gumam indah dalam hati.

Setelah melihat wajah Bima yang terlihat dari balik helmnya.

Indah menyunggingkan senyumnya, menyapa kehadiran Bima.

“Aku anter ya” ujar Bima.

Indah menggeleng, menolak. Tetapi, tangannya terangkat melambai.

Bima menoleh ke arah belakang. Terlihat satu bis muncul di belakangnya. Berjalan melewatinya. Lalu berhenti tepat di hadapannya. Tak lama setelahnya terlihat indah yang berjalan memasuki bis.

###

“Ah” Akbar mengerang kesakitan. Bahunya terasa kaku, Begitupun pergelangan tangannya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu, penglihatannya melihat ke arah jendela yang berada di hadapannya. Terlihat plastik masih menutupi sebagian besar jendela itu.

Lima menit kemudian ia membangkitkan tubuhnya, berdiri. Mengambil kantong sampah berukuran besar. Lalu mulai memasukkan sisa-sisa sampah yang berada di sekitarnya. Mendekati jendela, lalu tangannya bergerak melepas perekat yang menempel di dinding lalu menariknya secara perlahan. Kembali, memasukkan sampah plastik ke dalam kantong sampah miliknya.

Kemudian disisi lain ia mulai mengumpulkan bekas wadah kaleng cat. Menumpuknya menjadi satu lalu memasukkan ke dalam kantong sampah yang berbeda.

Selanjutnya ia berjalan menuju kotak perkakas mengambil palu juga empat paku berukuran besar. Tangannya kembali bergerak menggeser tangga. Lalu, meletakkannya di bagian sisi paling belakang tembok yang berhadapan langsung dengan jendela besar di kafe.

Langkahnya bergerak maju menaiki tiga anak tangga. Lalu mulai memukul paku dengan palu. Di bagian atas terpasang dua paku yang berjarak satu meter.

Begitupun dengan bagian bawah ia memaku nya sejajar dengan bagian atas dengan jarak kurang lebih satu meter juga. Kakinya kembali bergerak mengambil lukisan pendulum yang telah mengering lalu mulai meletakkannya sesuai dengan urutan yang ia buat.

Matanya bergerak melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Ia bergerak kembali menggulung banner yang ia jadikan sebagai alas. Selanjutnya, ia membawanya ke lantai bawah dengan dua kantong sampah yang ia bawa di tangan kirinya. Lalu membuang sampah sampah miliknya ke bagian belakang kafe.

Tangannya bergerak menarik keluar papan kayu besar dari bagian belakang mobil. Lalu, membawanya ke lantai dua dengan tangan kanan berada di bagian paling bawah. Ia kembali menuruni anak tangga berjalan ke luar menuju mobil pick up lalu mengeluarkan beberapa batang kayu juga dua tumpuan meja yang sudah jadi. Dan membawanya ke lantai dua kafe.

Perlahan tangannya bergerak membuka kertas penutup yang menempel di tiap bagian papan kayu berukuran panjang 2 meter dengan lebar satu meter. Kayu berbahan jati itu terlihat cantik. Akbar bergegas, mengambil ampelas lalu kembali menghaluskan kembali tiap sudut dan permukaan kayu.

Dua puluh menit berlalu permukaan kayu sudah semakin halus. Kini, ditangannya ia sudah memegang bor. Matanya bergerak melihat tumpuan meja yang tinggal ia pasang. Tangannya bergerak membuat tumpuan meja berdiri di masing- masing sisi. Lalu tangannya kembali bergerak mengambil satu batang besi dengan bentuk persegi yang berukuran dua meter. Meletakkannya di bagian tengah paling bawah tumpuan meja. Lalu mulai menempelkan sekrup dan menekannya dengan bor agar Tumpuan dan sambungannya saling terhubung di kedua sisi.

Selanjutnya ia mulai mengangkat papan kayu besar yang lalu meletakkannya di atas tumpuan, merekatkannya dengan tiga sekrup di masing-masing bagian sisi lalu memperkuatnya dengan dorongan bor. Kini, benda itu terlihat seperti meja.

Akbar bergegas mengambil minyak cat kayu lalu mengoleskannya ke permukaan papan kayu. Membuatnya semakin mengkilap.

Ngikkk

Lihat selengkapnya