“Akbar masih belum datang Fad?” tanya Icha yang baru sampai.
Fadly mengangguk, mengiyakan dengan tangan yang masih bergerak menyiapkan pesanan.
“Indah tahu?” tanya Icha.
Fadly kembali mengangguk. Kemudian tubuhnya menoleh kearah Icha.
Icha mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan reaksi Fadly.
“Apa katanya?” tanya Icha bertanya lagi. Kemudian ia bergerak menjauhi Fadly.
“Nanti juga balik lagi. Gitu, katanya” ujar fadly membalas.
Ia menghela nafasnya. Kemudian tangannya bergerak menyentuh dadanya yang sejak tadi semakin berdegup kencang.
“Padahal udah lebih dari tiga hari kan?” ujar Icha menambahkan. Kemudian menatap kearah Fadly.
Ia mengernyitkan dahinya, kemudian menatap kembali Fadly dari ujung kepala hingga kaki.
“Lo kenapa? aneh banget?” ujar Icha.
Fadly menggeleng dengan cepat ia melangkahkan kakinya berjalan menjauhi Icha, dan meninggalkan pekerjaannnya.
####
“Wuaahhhh” Akbar menguap. Kemudian ia membuka matanya. Membangkitkan tubuhnya. Tangannya bergerak ke atas meregang. Lima menit kemudian ia menggerak-gerakkan badannya dari kanan ke kiri secara bergantian.
Untuk beberapa saat, tubuhnya terdiam dengan mata yang menatap kosong.
Ia kembali lagi, ke tempat ini. Tempat terakhir ia melihat ibunya beberapa tahun yang lalu. Di hari kedatangannya ibu sudah pergi untuk selama-lamanya. Bahkan beberapa bulan terakhir terasa berat untuknya.
Liburan, kali ini berbeda. Benar-benar berbeda. Ibu pergi, lalu ia terusir dari rumahnya. Namun, berkat itu ia berhasil bertemu dengan indah dan teman-teman barunya.
Ia tersenyum, mengingat hari-hari yang ia jalani berbeda jauh lebih menyenangkan dari sebelumnya.
Beberapa menit kemudian wajahnya kembali datar. Mengingat, dua hari terakhir ia sudah kembali ke rumahnya. Rumah yang dua bulan lalu dijual ayah, kini sudah kembali lagi ke tangannya. Bahkan, semua benda-benda kembali ke tempat semula. Tidak ada yang berubah sedikitpun.
Lima belas menit berlalu, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Kemudian ia berjalan menuruni anak tangga berjalan turun dari bawah ranjang. Di bagian bawah ranjang terlihat dua layar monitor yang terletak berdampingan, di depannya terlihat papan keyboard, mouse, juga headset dengan warna hitam yang dominan, di bagian paling bawah terletak mesin CPU.
Akbar berjalan menuju kulkas kecil di sudut kiri kamarnya kemudian ia merebahkan tubuhnya kembali di sofa. Di depannya terdapat satu layar tv berukuran kurang lebih 55 inch. Di bagian bawah terlihat satu kotak mesin PS, Nintendo, juga joystick.
Glek, glek.
Akbar menegak setengah botol mineral miliknya, ia kembali terdiam di tempatnya.
****
Indah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ia melepas kacamatanya kemudian tangannya terlihat bergerak mengucek-ucek matanya yang terasa perih.
“Neng, ibu mau keluar dulu. Nanti bisa masuk lagi kan” ujar seseorang ibu paruh baya yang ikut berjalan di belakangnya.
Indah menghentikan langkahnya , kemudian ia menoleh ke sumber suara.
“Boleh Bu, asal kartu pengunjung nya di bawa aja” jawab indah dengan kepala yang mengangguk.
“Makasih neng” balas ibu.
Indah kembali mengangguk, mengiyakan. Ia kembali berjalan dengan map yang dibawa di tangan kirinya.
####
Akbar menghela nafasnya, ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di lehernya. Tangannya bergerak menekan tombol, beberapa detik kemudian dua layar monitor nya hidup. Ia bergerak kembali menuju kulkasnya, mengeluarkan satu buah apel, mencucinya lalu mengelap seluruh permukaan apel dengan bajunya.
Krekk
Ia menggigit satu gigitan apel ke dalam mulutnya. Beriringan dengan tubuhnya yang duduk berhadapan dengan layar komputer. Tangan kirinya kembali bergerak meraih headsfree lalu memasangkannya di kepalanya.
“Wahhh” gumamnya berseru setelah ia berhasil masuk di salahsatu aplikasi permainan online.