Plak
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Akbar.
Selanjutnya, dharma mencengkram kerah baju Akbar.
“Kamu makin berani?” tanyanya dengan sorot mata yang tajam.
Akbar terdiam, namun matanya bergerak membalas sorotan mata ayahnya.
Tangan dharma kembali bergerak, mengayun-ayunkan tubuh Akbar.
Brakkk.
Kurang dari lima detik kini Akbar sudah tersungkur. Membungkuk di hadapannya.
Tangannya kembali bergerak,melonggarkan pakaiannya. Langkahnya berjalan mondar mandir.
Akbar memperhatikannya.
Terlihat, dharma yang mulai melepas sabuk miliknya.
Akbar mengernyitkan dahinya, kemudian kepalanya menunduk.
Srakkk
Terdengar bunyi suara yang ditimbulkan dari sabuk yang mengenai punggung Akbar.
“Jangan macem-macem” ujar dharma sambil mengayunkan sabuknya lagi.
“Kamu, tahu ayah gimana kan?” ujar dharma lagi dengan tangan yang masih mengayun-ayunkan sabuk di punggung milik Akbar.
Akbar memejamkan matanya, meringis kesakitan.
“Udah bos” ujar Rangga. Mencoba menghentikan.
Dharma menoleh ke sumber suara.
Kemudian tubuhnya turun sejajar dengan Akbar. Tangannya bergerak menyentuh wajah Akbar.
“Kamu tahu? Ayah punya satu juta alasan supaya kamu gak ketemu kakek mu itu. Dan soal luka ini ayah bisa atur” ujar dharma berbisik kepada Akbar.
Akbar masih terdiam ditempatnya. Tubuhnya bergetar hebat menahan rasa sakit yang muncul di tubuhnya.
Dharma kembali menepuk-nepuk pipi Akbar. Dengan senyumnya ia meninggalkan Akbar di tempatnya.
Akbar menghela nafasnya, kemudian ia menelungkupkan seluruh badannya dan untuk beberapa saat matanya terpejam.
####
Beberapa jam berlalu dengan cepat. Akbar masih ditempatnya. Tertidur pulas. Ia mengangkat tubuhnya, kemudian beranjak menuju kamar mandi miliknya.
Tiga puluh menit berlalu.
Kini Akbar sudah berganti pakaian. Dengan Atasan memakai kaos di tambah bawahan training yang ia pakai. Ia mendudukkan tubuhnya dengan kaki yang menyilang. Tangannya bergerak meraih konsol game baru miliknya. Kemudian membuka plastik penutup box. Tangannya bergerak mengeluarkan dus yang terletak di dalamnya. Terlihat headsfree VR di bagian paling atas.
Akbar tersenyum, kemudian mengeluarkannya. Tak lama setelahnya ia mulai mengeluarkan dua kontroler game Virtual dari dalamnya. Selanjutnya ia mulai menekan tombol di bagian paling atas lalu menyambungkannya ke handphone miliknya.
Tak lama setelahnya ia mulai memasangkan headsfree VR ke kepalanya. Menarik satu bagian dari sisi kanan dan kirinya. Memastikannya, pas dengan kepalanya. Selanjutnya ia mulai meraih satu persatu kontroler game lalu memegang nya di masing masing bagian tangannya.
Ia membangkitkan tubuhnya, seiring berjalannya waktu tubuhnya mulai bergerak mengikuti setiap arahan dari game VR miliknya.
Lima jam berlalu dengan cepat. Waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Akbar masih larut dalam permainannya.