Semesta

MiiraR
Chapter #32

ON

Kring, kring.

Suara deringan telpon memenuhi seisi ruangan. Melepas Susana Canggung yang berada diantara ketiganya. Baron beranjak, menjauh dari keduanya.

“Pak shakti sudah menunggu” ujar Baron memberitahu keduanya.

Dhea mengangguk mengerti, sementara Akbar masih terdiam di tempatnya.

“Cepetan ganti baju. Agak rapihan dikit” ujar Dhea.

Akbar mengangguk kemudian ia mengangkat tubuhnya. Beranjak, mengganti bajunya.

Baron menatap ke arah Dhea lalu memberinya sebuah isyarat. Beberapa detik kemudian ia berjalan meninggalkan Dhea dan Akbar. 

Tak lama setelahnya, Dhea ikut berjalan mengikuti Baron. Keduanya bertemu di lorong kediaman dharma.

“Sebaiknya, Akbar di periksa di RS” ujar Baron.

“Iya pak. Dhea juga pikir gitu. Semenjak kecelakaan kayanya ingatannya mulai memburuk” ujar Dhea.

“Kecelakaan?” ucap Baron memastikan dengan dahi yang mengerut.

Dhea mengangguk.

“Kapan?” tanya Baron dengan cepat.

“Waktu ibu meninggal. Malamnya Akbar di larikan ke RS, bareng sama kakek” ujar Dhea menjelaskan.

“Gimana keadaannya?” tanya Baron cemas.

Dhea menggeleng tak tahu. “Dhea gak tahu, yang rawat Dita temen Dhea” ujar nya lagi.

Baron meraih tangan Dhea. “Hari ini periksa lagi dia baik-baik.” Ucapnya memohon.

Dhea mengangguk mengerti.

“Kamu gak usah khawatir. Soal pertanyaan Akbar. Biar, bapak yang kasih tahu” tambahnya lagi.

Dhea kembali mengangguk. Kemudian tubuhnya sedikit membungkuk. Berterima kasih kepada Baron. Ia kembali membalikkan tubuhnya, lalu berjalan kembali memasuki kamar milik Akbar. 

Terlihat Akbar yang mengenakan kemeja berwarna putih dengan lengan pendek ditambah bawahan celana berwarna hitam yang di pakai longgar serta sepatu sneaker berwarna putih senada dengan bajunya.

Dhea bergerak menghampiri Akbar. Lalu, tangannya bergerak mengeluarkan gel rambut dari dalam laci meja. Lalu mulai mengoleskannya ke rambut milik Akbar.

****

Indah berjalan beriringan dengan Bima. Di depannya terdapat seorang dokter yang memimpin. Ke duanya serentak berbelok ke arah kiri memasuki ruang rawat inap pasien. 

Di tempat itu terlihat interaksi antara pasien dengan dokternya. Indah, sorot matanya tidak berhenti memperhatikan dokter yang membimbingnya. 

Tangannya bergerak menulis status pasien.

Tak lama setelahnya, ketiganya berjalan keluar dari ruang rawat inap.

"Makasih yah" ujar dokter. “Selamat berisitirahat” tambahnya lagi sambil menepuk bahu indah.

Indah mengangguk mengiyakan. Kemudian ia membungkuk.

“Makasih atas bimbingannya Dok” ujar indah diikuti Bima setelahnya. 

Keduanya berjalan beriringan dilorong rumah sakit. 

“Mau langsung pulang?” tanya Bima.

Indah mengangguk mengiyakan.

"Mau aku antar?" Tanyanya lagi.

Indah menggeleng.

“Ngga, ngga usah” jawab indah tegas. 

“Kenapa?” tanya Bima.

Indah terdiam kemudian menghentikan langkahnya. Tangannya bergerak menekan tombol lift.

“Kenapa?” tanya Bima lagi terkekeh.

Indah diam, menghiraukan. Kepalanya bergerak dari kanan dan kiri meregang.

Lihat selengkapnya