Akbar menepuk-nepuk kedua tangannya, setelah membuang sampah ia berbalik kembali menuju kafe indah. Langkahnya terhenti. Ketika melihat seseorang memandanginya dari jauh. Dengan cepat perempuan itu berlari ke arahnya. Tangannya melingkar di bagian perut Akbar.
Akbar terdiam, dengan apa yang dilakukan indah terhadapnya. Tangannya bergerak mencoba melepas pelukan indah yang membuat tubuhnya sesak.
“Aku kira kamu pergi lagi” ujar indah, dengan posisi yang masih memeluk Akbar.
Akbar tersenyum, gugup, tubuhnya kaku. Sorot matanya membelalak ketika melihat kehadiran seseorang.
Baron.
Pria itu melambai ke arah Akbar.
Akbar menelan ludahnya, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Tangannya membalas pelukan indah. Menahan, tubuh kecil indah agar lebih lama dalam pelukannya.
Baron, berjalan menghampiri Akbar.
Akbar menggeleng, memintanya berhenti.
“Kenapa?” tanya indah.
“Gapapa” ujarnya berbisik.
Kemudian tangannya bergerak memberi simbol angka lima ke arah Baron.
“Lima menit lagi” ucapnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Indah menurunkan lengannya. Kemudian mencoba mendorong tubuh Akbar untuk melepaskan pelukannya. Dengan cepat, tangan Akbar segera menarik indah untuk kembali dalam pelukannya.
Dengan mimik wajahnya, Akbar memohon ke arah Baron.
Baron mengangguk, mengiyakan.
“Kamu kenapa?” tanya indah.
Akbar menggeleng. Namun, kini pelukannya terasa semakin kuat.
“Udah ah malu.” Ujar indah dengan pipi yang merah merona.
Akbar mengangguk mengiyakan kemudian tangannya bergerak melepaskan tubuh indah dari pelukannya. Tangan kiri Akbar kembali bergerak menyentuh jemari indah. Lalu, menggenggam tangannya.
“Kamu kenapa aneh banget?” ujar indah, heran.
Akbar menggeleng Tak menjawab. Kemudian langkahnya berjalan menuju kafe indah.
Akbar menghela nafasnya. Kemudian sudut matanya kembali melihat ke arah Baron yang berjalan ke arahnya. Kedua tangannya bergerak memindahkan indah agar berjalan di sebelah kanannya.
Kedua mata Akbar dan baron saling bertemu di satu titik. Seperkian detik kemudian baron tersenyum sinis, dengan apa yang dilakukan Akbar.
Indah menoleh ke belakang. Menyadari Akbar yang sudah tak mengikutinya. Kini keduanya berada di ambang pintu. Indah di dalam kafe sedangkan Akbar berada diluar.
Indah mengernyitkan dahinya.
Akbar menunduk. "Maaf, aku harus pergi" ujarnya berat.
Indah mendengus kesal, tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“Kemana?” jawabnya balas bertanya.
Akbar diam tak menjawab.
“Kemana?” tanya indah lagi menekan.