Indah terdiam dengan apa yang dilakukan Akbar, kedua tangannya masih menggantung di udara. Tak membalas, pelukan yang Akbar berikan.
Keduanya bertahan di posisi itu cukup lama. Indah menggerakkan kedua tangannya.
“Aku” ujar Akbar mengawali pembicaraannya.
Kedua tangan indah berhenti bergerak.
“Sejak awal, aku sudah suka kamu ndah” ujar Akbar
Indah menurunkan kedua tangannya.
“Kamu tipe aku” ucap Akbar antusias
“Lebih dari itu, kamu benar-benar baik ndah” lanjutnya lagi kemudian tangannya bergerak mengelus-elus rambut indah.
“Dengar cerita tentang kamu, lihat keseharian kamu. Benar-benar buat aku takjub.” Ucapnya dengan suara yang begitu tenang.
Indah terdiam, mendengar setiap perkataan Akbar berhasil membuatnya menunggingkan bibirnya.
“Kadang aku berpikir. Kenapa kamu bisa se sabar ini? padahal, seperti yang kita tahu hidup kamu juga ga mudah kan?” ucap Akbar.
Indah mengangguk mengiyakan. Lengannya bergerak membalas pelukan akbar.
“Aku gak ngerti aja, sikap kamu, ke ayah kamu, Indra, aku. Itu sama aja. Kaya seolah-olah ga pernah terjadi apa-apa sebelumnya” lanjutnya lagi sambil mengeluarkan nafasnya yang terasa berat.
“Dan aku ga tahu kenapa tuhan bisa temuin aku sama orang yang sebaik kamu”
“Ini aneh. Dan aku ga ngerti maksudnya kemana” lanjut Akbar kemudian tangannya bergerak melepaskan pelukannya dari indah.
Menyadari perlakuan Akbar, bola mata indah bergerak melihat ke sisi kanannya.
“Ini gak aneh bar, emang udah seharusnya aja kita ketemu” jawab indah yakin, dengan mata yang masih menatap Akbar.
Akbar menggeleng, menolak perkataan indah.
“Kamu disini aja, bareng-bareng sama aku. Kita kembangin tempat ini” lanjutnya dengan tangan yang mengelus pipi Akbar.
“Ok” lanjutnya lagi meminta persetujuan dari Akbar. Kini kakinya bergerak menjijit, tubuhnya ia dekat ke Akbar. Dan ujung bibirnya kini menyentuh bagian luka di pipi Akbar. Diikuti lengannya yang masih melingkar di leher Akbar.
“Maaf " satu kata itu keluar dari mulutnya, tangannya bergerak menurunkan lengan indah.
“Maaf. Aku gabisa” lanjutnya lagi, dengan kepala yang tertunduk
.“Kenapa?” tanya indah memotong.
Sorot matanya bertemu dengan mata Baron yang sejak tadi terus memperhatikannya.
“Aku harus pulang” ucap Akbar.
Plakkk
Indah melayangkan satu tamparan ke arahnya.
“Nanti kita bahas lagi” lanjutnya.
Plakk
Indah kembali melayangkan sebuah tamparan ke arah Akbar.
Bola matanya bergerak. Menatap ke arah indah yang tepat berada di depannya.
Plakkk