“Bentar vi” ujar Akbar meminta Ravi berhenti.
Tubuhnya beranjak. Pandangannya tertuju ke sebuah mobil yang berhenti di seberang mini market. Sebuah sedan hitam yang tak asing untuknya.
Akbar mengernyitkan dahinya menyadari seseorang keluar dari mobil miliknya.
“Ayah” gumamnya dalam hati.
Setelah melihat seseorang dengan pakaian ber jas, juga potongan rambut yang sangat ia kenali. Itu Dharma, ayahnya.
Tak lama setelahnya, terlihat seseorang perempuan dari belakang memasuki mobil milik Dharma.
Akbar menelan ludahnya, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Kakinya berjalan cepat menuju tempat parkiran.
Perempuan yang sejak tadi di samping Akbar, menyadari gerak gerik yang tengah Akbar lakukan. Ia terperanjat.
“Dek” ujar perempuan itu berteriak.
Akbar menoleh ke sumber suara dengan tangan yang masih memegang helmnya.
“Bawa aja mbak” ujar Akbar.
Beberapa detik setelahnya, terlihat ia sudah memakai helm. Lalu, melaju dengan motor sport berwarna merah miliknya meninggalkan tempat itu.
Akbar menarik pedal gas motornya, suara knalpot miliknya terdengar begitu jelas di heningnya malam kota Bandung. Dadanya terasa sesak, matanya nanar.
Pikirannya kacau saat ini. Sementara, hatinya berharap bahwa ini hanyalah ke salahpahaman saja.
Dengan mengendarai motor miliknya, ia berjalan mengikuti mobil sedan berwarna hitam mengkilap itu.
Lima belas menit berlalu, terlihat mobil sedan itu memasuki pekarangan sebuah hotel bintang lima. Akbar menghentikan motornya.
Setelah lima menit menunggu ia baru memasuki pekarangan hotel.
Tringg
Ia melemparkan kunci motor miliknya ke salah satu pelayan.
Tap tap
Ia berjalan memasuki lobi hotel.
Langkahnya terhenti, setelah tiga langkah berjalan memasuki loby. Tubuhnya berbalik ke sebelah kanan, menyadari ayahnya yang masih berada di depan resepsionis.
Akbar duduk di salah satu kursi. Tubuhnya, ia rebahkan ke kursi dengan telinga yang terus berusaha mendengar percakapan ayahnya.
#####
Brummm-brummm-brummm
Suara gauman dari knalpot saling bersahutan. Beriringan dengan sorak sorai dari para penonton yang sudah memenuhi setiap sisi trotoar jalanan.
Dua orang sudah berada di garis start. Ravi menggunakan motor sport berwarna merah. Sedangkan, seseorang di sampingnya menggunakan motor berwarna hijau mencolok.
“Gimana gue ver kan” ujar Reno berbisik ke arah Jenny yang berada di sampingnya
Jenny diam tak menjawab
“Ravi bukan tandingan gue” lanjut Reno.
Hening, masih tak ada jawaban yang di keluarkan Jenny.
“Dia” ujarnya sambil tangan menunjuk ke salah seorang anak buahnya.
“Baru tandingannya” lanjutnya lagi memastikan.
Jenny berjalan menghampiri Ravi yang tengah berada di garis start.
“Lo yakin mau lanjutin ini” tanya Jenny sedikit berteriak di telinga Ravi.
“Apa?” tanya Ravi berteriak.
“Gausah di lanjutin” jawab Jenny berteriak.
“Gapapa, gue bisa kok” jawab Ravi memastikan.