Trek
Pintu ruangan Akbar kembali terbuka.
Seseorang dengan pakaian rapi menghampirinya. Pria tua itu berjalan ke arah Akbar dengan tongkat yang dibawa di tangan kanannya.
"Kakek" ucap Akbar pelan.
Baron membangkitkan tubuhnya, menyadari kehadiran Shakti. Sorot matanya terlihat menatap tajam ke arah Baron.
Dhea beranjak kemudian berdiri di samping kanan Akbar.
“Sudah di periksa lagi?” tanya Shakti sambil menurunkan tubuhnya untuk duduk di sofa.
Dhea menggeleng pelan.
“Kenapa? masih harus disuruh?” tanyanya dengan nada kesal.
“Ngga, Akbar yang minta.” Ujar Akbar membela Dhea.
Dhea terdiam di tempatnya.
“Akbar udah gapapa kok kek” ucap Akbar memastikan.
“Yakin?” tanya Shakti.
Akbar mengangguk dengan pasti.
“Kakek gimana udah sehat juga?” tanya Akbar dengan raut wajah yang bersinar.
Shakti mengangguk mengiyakan, menjawab ucapan Akbar. Kemudian matanya menatap ke arah Baron.
“Cepat siapkan” ujarnya memberi perintah.
Baron mengangguk, mengiyakan. Lalu, tubuhnya beranjak meninggalkan ruangan itu. Beriringan dengan Dhea yang langsung memeriksa keadaan Akbar.
“Aaa” ujarnya memerintah Akbar membuka mulutnya.
“Aaaaaa” Akbar mengikuti arahan Dhea
“Lidahnya” ucap Dhea.
Akbar menjulurkan lidahnya. Mengikuti perintah sang kakak kembali.
Dhea mengangguk mengerti. Kemudian tangannya bergerak mengeluarkan pensil. Tak lama setelahnya ia mulai menulis status bayangan Akbar.
“Akbar bisa keluar hari ini kan?” tanya Shakti.
Akbar tersenyum mendengar ucapan Shakti. Tindakan yang dilakukan Shakti benar-benar sesuai dengan keinginannya saat ini.
Dhea mengangguk ragu. Mengiyakan ucapan Shakti.
“Paling ngga, habisin dulu labu infusnya” ujar Dhea memastikan.
Shakti mengangguk mengerti dengan ucapan yang di ucapkan Dhea.
Akbar tersenyum. “Makasih” ujarnya.
Dhea mengangguk mengiyakan. Kemudian ia berjalan ke arah pintu ruangan Akbar.
*#*#
“Untuk ruangan VIP no.02 tolong disiapin makannya." ujar Dhea memberi perintah ke salah satu staf rumah sakit.
"Sekarang" timpalnya.
Dhea bergerak mengambil secarik kertas. Lalu, menuliskan resep obat untuk akbar.
“Ini resep obatnya. Sekalian diantar” ujarnya menambahkan.
Perempuan itu mengangguk mengiyakan perintah Dhea.
Dhea menghela nafasnya.
Setelah ini, entah apa yang akan terjadi kepada Akbar. Pikirannya benar-benar kalut. Menurutnya, Akbar masih harus tetap dalam pengawasan rumah sakit. Tapi, permintaan Shakti benar-benar sulit ia tolak.