13 Juli 2015
Dua hari sebelumnya
Pukul 16.00
Akbar keluar dari gerbang lapas. Ia berjalan menghampiri Baron yang sudah menunggunya di dalam mobil.
Brakk
Akbar menutup pintu mobil dengan kencang.
Baron menoleh ke arahnya. Matanya mengernyit setelah menyadari beberapa luka yang muncul di wajah Akbar.
“Akbar gapapa” ujar Akbar menjawab rasa penasaran Baron.
Baron mengangguk mengerti.
“Kita ke rumah sakit” ajak Baron
Akbar menggeleng. “Jangan pak” jawabnya menolak.
“Bar” panggil Baron.
Akbar terdiam, kepalanya terlihat menunduk dengan tangan yang mengepal.
“Huh” ia menghela nafasnya.
Air matanya mengalir beriringan dengan matanya yang memejam.
“Akbar minta maaf Pak” ucap akbar.
Baron kembali menoleh.
“Gara-gara Akbar, jadi banyak orang yang terlibat”
“Akbar usahain, sebisa mungkin Akbar bakal cari pelaku yang sebenarnya” lanjutnya lagi.
Baron diam tak menanggapi ucapan Akbar.
“Semuanya udah berlalu bar”
“Gausah di perpanjang lagi”
“Semua cuma bakal nguras tenaga kamu aja” ucap Baron.
Akbar mengernyitkan dahinya, kemudian matanya menatap tajam ke arah Baron.
“Gak usah mikirin yang ada di sini. Kamu, fokus aja disana” lanjut Baron, tangannya bergerak meraih gagang pintu.
“Kamu pakai aja mobilnya” timpal Baron kemudian ia meninggalkan Akbar di tempatnya.
****
08.45
Mobil yang Akbar kendarai sudah terparkir, namun keduanya masih terdiam di dalam mobil. Akbar, ia terlihat tengah menghabiskan bekal yang di bawanya. Berbeda, dengan Indah yang tengah asik melihat layar ponselnya.
Kres
Akbar meremas tisu, lalu mulai memasukkannya ke tong sampah kecil yang berada di tengah diantara keduanya. Selanjutnya, ia terlihat menegak habis sisa air mineral miliknya.
Beberapa menit kemudian ia keluar, lalu berjalan ke belakang mobil membuka bagasi, lalu mengeluarkan satu koper juga menggendong tas berukuran kecil di punggungnya. Setelahnya, ia berjalan menghampiri Indah.
Bug
Ia membuka pintu samping kiri tepat di tempat indah berada.
“Yuk” ajaknya.
Indah mengangguk mengerti. Kakinya bergerak keluar menuruni mobil.
“Hah” seru Indah kaget melihat koper dan tas yang dibawa Akbar adalah miliknya.
“Psycho” ucap Indah bergumam.
Akbar menunjuk dirinya, setelah mendengar ucapan yang di keluarkan indah.
“Aku?” tanyanya, heran.
Indah mengangguk. Kemudian ia berjalan menjauh dari aknar dengan tangan yang berusaha melindungi dirinya.
“Yaa” protes Akbar.