Semesta
Aku tersadar di rumah sakit tiga hari kemudian. Banda ada di ranjang sampingku, satu lengannya patah. Sementara aku mengalami gegar otak ringan setelah kepalaku terbentur batang pohon. Kami berdua mengalami hipotermia parah setelah terperangkap dalam hujan selama berjam-jam.
Pertolongan enggak bisa langsung diberikan begitu kami jatuh. Hujan terus turun menyulitkan medan. Aji dan seluruh tim harus menunggu hingga tengah malam untuk kembali mencoba turun ke bawah. Ia menemukan kami sudah enggak sadarkan diri seraya duduk berdampingan.
Pencarian mandiri otomatis kembali dihentikan. Aku memang ceroboh sudah membuat semua tim dalam bahaya. Namun, seperti yang kalian tahu, aku juga orang paling egois. Aku menolak menyerah. Setelah pulih dan cuaca di Argopuro sedikit membaik, aku kembali membuka pencarian.
Banyak relawan datang membantu. Pencarian berlangsung selama hampir tiga minggu. Semua tempat di dekat tiga puncak tertinggi Gunung Argopuro sudah kami sisir. Segala upaya telah coba kami lakukan. Namun, lagi-lagi jejak dan keberadaan Adara gagal ditemukan.
Argopuro seperti memeluknya hidup-hidup. Adara enggak bisa ditemukan.
Aku enggak bisa menerimanya. Begitu pula dengan orang-orang terdekat Adara. Banda jadi paling kehilangan sosoknya. Adara lebih dari seorang kakak baginya. Ia sudah seperti ibunya. Mungkin karena itulah Adara juga sudah mempersiapkan semuanya buat Banda jauh-jauh hari.