SESAMPAINYA di sebuah toku buku terbesar di Jalan Veteran, aku langsung menuju bagian rak buku-buku teologi. Kali aja ada yang bagus. Aku memang biasa gemetar girang penuh euforia layaknya seorang anak kecil yang dibawa ke sebuah toko penuh mainan jika menyangkut toko buku. Entah sejak kapan dan mulai umur berapa minat baca dan literasiku selalu tinggi dan memuncak seperti ini. Apalagi ketika berhadapan dengan buku-buku bagus, aku bisa langsung kalap memborong banyak buku tanpa mengingat lagi isi kantong.
Di rumah aku memiliki perpustakaan kecil sendiri tempat aku mengumpulkan buku-buku koleksiku, mungkin sudah ada sekitar 120 lebih buku berbagai genre. Aku menyebutnya "Mini Al Qarawiyyi".
Perpustakaan Al Qarawiyyi sendiri merupakan perpustakaan tertua di dunia yang berada di kota Fez, Maroko. Dibangun oleh seorang sarjana perempuan muslim progresif bernama Fatima Al Fihri sekitar tahun 850an Masehi. Di perpustakaan ini terdapat berbagai kitab klasik Islam dan ribuan manuskrip kuno terkait literatur hukum dan kesejarahan dari agama Islam. Koleksi paling penting dari perpustakaan ini konon adalah kitab suci Al-Qur'an dari abad ke 9 Masehi yang ditulis dalam kaligrafi huruf Kufic serta kitab Sirah Nabawiyah (biografi Nabi Muhammad) yang diklaim sebagai yang tertua.
Aku berkeliling rak buku. Masalah dan dilema ketika aku berada disini adalah—kebingungan dalam menyeleksi buku mana yang ingin kubeli. Aku harus fokus mencari buku yang aku butuhkan saat ini. Jangan sampai buku-buku menarik lain yang tidak sesuai konteks mengalihkan perhatianku. Sialnya hari ini aku menemukan buku yang selama ini sudah aku cari-cari dan kudambakan cukup lama dan terbilang sangat sulit didapat yaitu Structure and Quranic Interpretation: A Study of Symmetry and Coherence in Islam's Holy Text karya Rayamond Farrin, seorang muallaf dan pengajar kajian arab di American University of Kuwait.
Sebuah buku luar biasa yang berhasil menemukan susunan simetris dan konsolidasi ayat yang mengagumkan dari Al-Quran. Buku yang akan menyadarkan kita, bahwa kalam ilahi seperti Al-Quran merupakan sebuah keajaiban dan mengandung banyak pesan-pesan terstruktur dan tersembunyi tanpa kita sadari.
Tetapi yang sedang kucari sekarang ini adalah buku An Ocean Without Shore : Ibn Arabi. The book and The Law karya Michel Chodkiewicz. Buku yang membahas betapa kontroversialnya sosok Ibnu Arabi di mata sarjana dan ulama Islam. Dalam buku tersebut ditulis bahwa dalam dunia Islam, ternyata keberpihakan dan pledoi terhadap Ibnu Arabi jauh lebih banyak ketimbang mereka yang mengkritiknya.
Syeikh Ibnu Arabi, peletak batu pertama bagi tawasuf falsafi—mungkin adalah pemikir dan ulama paling kontroversial yang muncul di paruh kedua era keislaman yang mana buah pemikirannya paling banyak disorot, dihujat, dikagumi, ditelaah, dipelajari serta direnungi oleh ratusan juta manusia lintas generasi dan zaman.
Bagi sebagian kalangan, beliau merupakan sosok arifbillah yang menyeruak ke permukaan, tampil dalam pentas perang pemikiran (gazwul fikri) dan berhasil menyumbangkan sebuah konsep revolusioner yang berbeda dan tersendiri dalam kemasan produk filsafat tingkat tinggi. Konsep yang unik, penuh misteri dan mengandung pesan falsafah teramat mistikus yang berlaku secara ijmali (global).
Itulah yang membuat aku menjadi salah satu pengagum karya-karya Ibnu Arabi dan memutuskan membuat tesis komprehensif tentang beliau untuk tugas akhirku. Bagiku yang telah hampir membaca sebagian besar jilid dari karya monumentalnya yakni Al Futuhat Al Makkiyah yang berjumlah 37 jilid buku itu, terdapat bahasa syatahat, paradoksal, yang sukar dimengerti namun membuka cakrawala pengetahuan akan ayat-ayat ilahi. Syeikh sendiri konon memohon dan bermunajat kepada Allah Swt ketika beliau berada di kota suci Mekkah Al Mukarromah. Memohon dan meminta akan pembukaan pengetahuan rububiyah dan uluhiyah sehingga konon sejak saat itu, terilhamlah berbagai tabir ghaib pengetahuan kepadanya sehingga beliau menamakan karyanya Al Futuhat Al Makkiyah, yang bermakna jamak pembukaan dari nilai-nilai Mekkah. Mekkah sendiri merujuk pada kota paling suci, kiblat seluruh umat, tempat kelahiran Nabi, sekaligus representasi dari perjuangan dan awal mula kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wasallam itu sendiri. Tempat dimulainya wahyu-wahyu Tuhan.
Apa yang dialami oleh Syeikh Ibnu Arabi termasuk pernyataan beliau pada kitab Fushus Al Hikam mutiara hikmah 27 nabi, karya lain beliau yang juga tak kalah mengundang kontroversi, bahwa klaimnya beliau didikte dan diilhamkan sendiri oleh malaikat Jibril, menurutku tidaklah bertentangan dengan apa yang Al-Qur'an sampaikan sendiri. Bahwa manusia, bisa menerima ilham, penglihatan, pengetahuan dan pengajaran dari Tuhannya selain daripada wahyu yang hanya diberikan Allah kepada para Nabi dan utusan-Nya saja.
"Dan tidaklah Allah berfirman kepada manusia, kecuali melalui wahyu, dari balik tabir atau Ia mengutus utusan (malaikat), lalu ia mewahyukan apa yang ia kehendaki dengan izin-Nya. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Bijaksana."
(QS. Asy syu'ara 51)
Hal tersebut juga pernah dijabarkan oleh KH. Abdulhaq terkait pembukaan tabir ghaib pengetahuan kepada manusia-manusia pilihan Allah. Inilah gerbang intip para wali akan banyaknya rahasia-rahasia ilahi. Beliau mengatakan bahwa nubuwwah atau wahyu kenabian memang sudah tertutup, di segel oleh kedatangan nabi terakhir, yang paling agung dan mulia ... Muhammad Shalallahu alaihi wasallam yang bergelar Khatamam Nabiyyin (the seal of prophet s).
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi."
(QS. Al Ahzab 40)
Ayat diatas membicarakan The Seal of Prophets. Bahwa setelah beliau Shalallahu alaihi wasallam tidak akan pernah ada lagi Divine Guides (pembimbing ilahi) bagi dunia. Akan tetapi Divine Guidance atau bimbingan ilahiah kata KH. Abdulhaq, akan selalu diberikan kepada para Arif dan para wali yang musyahadah nan saleh. Manusia yang telah mencapai riyadah atau diridhoi oleh Allah. Syeikh Ibnu Arabi menyebutnya sebagai tahapan Nafs Mulhamah, atau jiwa yang telah terilhami. Sebagaimana Qur'an juga membicarakan akan sebentuk pengilhaman kepada manusia.
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan (pembeda benar dan salah)."
(QS. Al Anfal 29)
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir? Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebenaran dan keburukan).”
(QS. Al Balad 8-10)
Betapa sulitnya mencerna berbagai konsep dan buah pemikiran sang Ibnu Arabi, yang menjadikan sebagian kalangan terutama yang ortodoks, menyebutnya sesat dan jauh menyimpang dari Al-Quran. Berbeda dengan pentolan tasawuf amali, yaitu Imam Al-Ghazali. Yang mampu secara filosofis mengkompromikan dogma, fikih dan akidah islamiyah dengan nilai-nilai tasawufnya, sehingga pemikiran-pemikiran ulama sufi yang satu ini lebih dapat diterima dan ditolerir oleh masyarakat banyak. Karya monumentalnya yaitu Ihya Ulumuddin, dipandang sebagai salah satu karya terbaik filsuf Islam oleh sebagian besar orientalis barat selain daripada Ibnu Rushd walaupun keduanya tidak jarang sering di compare dan dibenturkan oleh para orientalis itu.
Buku yang kucari pun tak kusangka akhirnya kutemukan disini. aku cukup beruntung itu tersedia disini, karena aku sangat malas jika harus pesan online. Selain daripada kualitas bukunya yang tidak bisa aku cek langsung, waktu tunggu dan estimasi pengiriman barangnya pun biasanya lama. Aku membawa uang cash 210 ribu sedangkan harga bukunya 185 ribu. Alhamdulillah, tidak semahal yang aku bayangkan.
Ketika hendak bersiap mengantarkan buku yang mau kubeli ke kasir, tiba-tiba aku melihat seekor anjing di luar toko. Ukurannya lumayan besar, anjing tersebut berwarna coklat kemerahan, ia duduk sambil menatapku dengan tatapan tajam namun sangat memelas dari luar sana. Aku menatap balik anjing tersebut yang memperhatikanku dari kaca luar pintu masuk toko. Aku bertanya, apa yang sedang hewan itu lihat dariku. Ia benar-benar fokus menatapku. Matanya menyiratkan sebuah ketakutan dan kesedihan. Lidahnya sedikit menjulur keluar. Kulihat di sebelah kaki kiri belakangnya terikat dengan seutas tali tambang kecil yang panjang.
"Ada apa dengan anjing ini?" gumamku bertanya dalam hati.
Kulihat satpam penjaga toko buku itu tiba-tiba memburunya, menyuruhnya untuk segera beranjak dari pintu masuk toko tersebut karena sebagian pelanggan dari luar terlihat enggan dan takut untuk memasuki toko karena ada anjing itu yang bertengger di depan etalasi kacanya. Dengan isyarat tangan sang satpam seperti menakut-nakuti hendak memukul sang anjing. Anjing itu tetap tidak beranjak dan masih fokus menatapku. Sesekali kudengar ia menggonggong tepat kearahku. Sampai pada akhirnya satpam itu sedikit geram dan memukulnya, membuat anjing itu terpaksa menjauh dan berlari namun sesekali ia menoleh kebelakang, kembali menatapku dan menggonggong.
Ketika ia berjalan sambil sedikit berlari, kulihat seutas tali lumayan panjang itu masih menjuntai dari kaki belakangnya. Kuletakan buku yang hendak kubeli tadi di muka meja kasir dan bersegera lari keluar. Aku ingin membantu anjing tersebut menanggalkan seutas tali panjang yang mengikat salah satu kaki belakangnya. Kurasa cukup berbahaya baginya jika harus berjalan dengan jeratan tali seperti itu. Kudekati anjing itu yang duduk tegap di sebelah tiang listrik, masih dalam kawasan parkiran toko buku. Kuambil sapu tangan berkendaraku dari dalam tas. Kurogoh bagian dalam tas ransel yang sedari tadi ku tenteng, untung saja aku memiliki sapu tangan ini. Ya, walaupun sehabis ini akan langsung aku cuci sesuai tuntunan fikih bab najis anjing.
"Sabar ya kawan, aku akan coba melepaskan tali itu." Kataku sembari coba perlahan mendekati anjing itu untuk melepaskan tali di kakinya. Aku pun memasang kewaspadaan tinggi. Sangat takut dan berhati-hati ketika melepaskannya, mengingat aku belum pernah berhadapan dengan yang namanya anjing sama sekali. Apalagi ini anjing liar. Anjing ini sebenarnya lumayan bagus dan cantik. Anjing dari jenis spesies Canis Lupus Dingo atau yang sering dikenal sebagai Warrigal.
Anjing ini tidak bergeming, terus menatapku ketika aku melepaskan talinya. Entah kenapa aku bisa merasakan dari tatapan matanya, sebuah kegundahan dan kesedihan mendalam. Raut wajahnya seakan memelas. Aku serasa tidak tega terus menatap anjing liar ini.
"Nah, sudah! Kau bisa pergi sekarang!" kataku yang telah selesai membuka tali yang menjeratnya.
Tiba-tiba seorang pria agak gemuk, dengan kepala agak plontos, rambutnya jarang-jarang sambil menenteng sebuah pisau daging besar menghampiriku.
"Jangan, jangan ... itu punya saya!" teriaknya padaku. Sontak aku kaget dan menatap pria tersebut.
"Anjing ini milik bapak?" tanyaku.
"Iya dek ... ini anjing tadinya mau dijagal dirumah penjagalan anjing sekitar situ, terus dia malah lari." Jawab pria itu sambil menunjuk ke suatu kawasan.
Tidak heran di kawasan jalan veteran ini ada tempat penjagalan anjing karena memang merupakan tempat sentralnya untuk mencari makanan-makanan non-halal seperti babi, anjing dan hewan-hewan eksotis lainnya seperti daging buaya, ular, kura-kura dan biawak. Di kawasan Veteran ini juga banyak terdapat tempat ibadah dan sekolah agama lain seperti vihara, sekolah kristen, dan klenteng.
Kutatap kembali anjing tersebut. Matanya menyiratkan sebuah ketakutan yang besar. Aku sekarang paham kenapa anjing ini memiliki kesedihan di sorot matanya sedari tadi. Aku merasa sangat iba kepadanya, hatiku tak kuat melihat wajah takutnya. Mungkin ia melihat sendiri bagaimana anjing-anjing lain di eksekusi. Namun sebesar apapun rasa iba ku—aku tetap tidak bisa berbuat apa-apa. Anjing itu dipegang kuat-kuat dan dipasangkan kalung penjerat oleh sang pria penjagal tersebut sehingga ia tidak bisa lari lagi. Ketika anjing malang itu mulai diseret secara paksa karena ia enggan untuk berjalan. Ia menoleh ke arahku, lagi-lagi melontarkan beberapa kali gonggongannya. Apa anjing itu ingin aku membantunya? Membebaskannya dari tiang eksekusi? Begitu pikirku.
"Pak tunggu...!" kataku, menghentikan pria tersebut.