ACARA Seminar kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan lain oleh beberapa pemuda dan pemudi asal Palestina. Mereka membaca puisi dan membacakan harapan serta mimpi-mimpi masa depan bagi negaranya. Nampak di belakang mereka di sebuah layar slide besar, tergambar banyak potret anak-anak sekolah di Palestina. Terlihat anak sekolah Palestina yang membuat sepatu sebagai pengrajin sepatu kulit, atau anak sekolah setara SMK di Indonesia yang nampak merakit dan menggubah sebuah sassis dan mesin mobil, lalu beberapa slide gambar lagi perihal temuan dan prestasi-prestasi anak Palestina lainnya disertai tulisan-tulisan seruan damai, anti-konflik, perang dan kepedulian terhadap nasib pendidikan di negeri ini dan di beberapa negeri yang juga berkonflik di belahan bumi lainnya.
Setelah itu satu persatu narasumber mulai naik ke panggung besar yang di kiri dan kanannya berjejer bendera-bendera negara. Bergantian mereka memberikan kuliah dan presentasi slide singkat dengan durasi dua puluh sampai tiga puluh menit per orang. Presentasi keilmuan yang memukau. Mereka yang maju ke panggung dan menjadi pembicara mulai mengemukakan pendapat mereka akan perdamaian abadi di Palestina dan dunia pada umumnya serta mendemonstrasikan inteligensi mereka untuk menuju perubahan dunia yang lebih konkrit. Diantara para narasumber ada Salim Shehzad, anak jenius sekaligus sarjana termuda asal India dari Aligarh, Uttar Pradesh, yang berhasil menciptakan mesin penyulingan air bersih praktis yang sekarang telah dipakai di 7 negara bagian India seperti Odisha, Haryana, Kerala, Manipur, Bihar, Rajasthan dan West Bengal sebagai penyedia air bersih di pelosok-pelosok desanya. Temuannya ini memenangkan India dalam tantangan pasokan air bersih. Kemudian ada Santosh Tendhukar asal Calcutta yang mengemukakan panjang lebar teori ilmiah inkubasi penciptaan yang disebutnya "Brahmantorium."
Teori ilmiah yang disebutnya Brahmantorium ini sebenarnya merupakan peningkatan dari teori Planetisimal yang dicetus oleh astronom asal Amerika Serikat, Forest. C. Moulton dan Thomas C. Chamberlin, seorang geolog dari Universitas Chicago. Teori Planetisimal sendiri merupakan sebuah hipotesa proses pembentukan jagad raya atau alam semesta, lebih tepatnya penciptaan dan komposisi dari planet. Planetisimal terkait dengan pergerakan bintang yang ketika berada di dalam medan tarik dari matahari maka daya tariknya akan semakin besar sehingga menyebabkan fluktuasi gas matahari. Alhasil, massa gas tersebut terlempar dari matahari dan mengorbit lalu kemudian tertahan dan mulai mengitari matahari karena daya tarik dari matahari. Ketika massa gas ini menjadi terlalu dingin dan memadat—setelah sebelumnya menjadi sangat cair, proses inilah yang kemudian hari membentuk sebuah planet atau proses terciptanya planet-planet yang ada sekarang termasuk bumi. Brahmantorium adalah teori yang menggabungkan teori Planetisimal dengan teori kondensasi yang pernah dikemukakan oleh astronom belanda G.P Kuiper, sebuah hipotesis yang menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan atau bola kabut raksasa yang berputar dan akhirnya membentuk cakram raksasa atau Galaksia.
Teori alam semesta yang disebut-sebut memiliki komposisi misalnya terbentuk dari kabut gas bermassa dan sebagainya juga telah lama dikemukakan misal oleh Imanuel Kant, seorang filsuf sekaligus ilmuwan asal Jerman atau Pierre Simon Laplace asal Perancis yang menyebut teorinya dengan "Nebular Hypothesis". Aku pun sudah tidak terlalu terkejut dengan teori Planetisimal atau semacam Brahmantorium ini. Sesungguhnya apa yang telah diutarakan oleh Moulton dan Chamberlin atau Santosh Tendukhar ini telah terinformasi secara indikasi sejak 14 abad yang lalu. Tepatnya kitab suci Al-Qur'an telah memberikan informasi dan pengetahuan semacam ini, sebagai sebuah kitab yang menurutku sangat saintifik karena merupakan jendela pengetahuan yang menyimpan dan menyediakan segala bentuk informasi ilmu pengetahuan jika kita ingin menggali. Dikarang sendiri oleh sang maestro dan kreator alam semesta. Untung saja, aku juga pernah membaca buku Sains berbasis Al-Quran karya Ridwan Abdullah Sani. Ayat yang kembali kuingat-ingat ketika aku melihat teori-teori proses penciptaan yang dikemukakan oleh Santosh ini salah satunya adalah surah Fushillat ayat 11 dan Al Anbiya ayat 30.
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
(QS. Fushillat 11)
Asap dalam ayat ini tentu merujuk pada gas atau helium, bahan pembuat bintang (planet) yang tercipta karena reaksi fusi (penggabungan) dari hidrogen.
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"
(QS. Al Anbiya 30)
Surah Al Anbiya ayat 30 telah memberikan gambaran besar bahwa seluruh alam semesta ini sebenarnya dulunya berasal dari satu materi yang sama bahkan lebih jauh lagi, dalam ayat ini Qur'an mengemukakan suatu pernyataan ilmiah modern—bahwa air merupakan komponen paling penting dan paling mendasar yang memberi jalan bagi terciptanya kehidupan.
Melihat betapa terampil dan kompetennya dua pemuda India ini, Santosh dan Salim Shehzad, menyadarkanku bahwa negara India mulai mengarah kepada kemajuan yang progresif. India mulai semakin terdepan dan maju perihal ilmu pengetahuan dan teknologi. Memang tidak menggambarkan secara penuh kemapanan pendidikan seluruh rakyat mereka yang 900 juta lebih penduduknya itu tetapi optimisme dan keseriusan India dalam pengembangan dan persaingan global dibidang ilmu pengetahuan sangat-sangat terlihat. Dunia bahkan telah melirik India sebagai negara yang memiliki taring pengetahuan layaknya Inggris, Jerman atau Israel. India dianggap telah menggeser beberapa negara tempat orang-orang maju dan berwawasan dicetak. Buktinya, salah satunya adalah hadirnya Sundar Pichai yang ditunjuk sebagai CEO Google dan Alphabet, lalu ada Satya Nadella yang merupakan CEO Microsoft dan Shantanu Narayen yang menjadi CEO Adobe. Bahkan jika kita mau jeli, dalam beberapa tahun terakhir film-film hollywood pun ikut mencitrakan orang-orang India sebagai orang-orang cerdas dimana pakar atau kadang ilmuwan dalam beberapa film adalah orang berdarah India. Betapa luar biasanya negara ini bergerak ke arah kemajuan walaupun fakta di lapangan menunjukan kemiskinan, over populasi dan segala macam bentuk problematika sosial masih menggerogoti India. Tetapi keinginan dan visi negara mereka patut kita tiru. Aku berharap kelak Indonesia bisa lebih baik daripada itu.
India bahkan telah memiliki badan antariksa mereka sendiri yang bahkan di tahun lalu lalu telah mulai meluncurkan roketnya ke bulan walaupun program tersebut tidak berjalan lancar. Namun sikap ambisius mereka patut dibanggakan. Konon next program India bahkan mencanangkan perjalanan berawak ke bulan dan ekspedisi ke planet Mars. Seharusnya Indonesia mulai meniru dan mengikuti jejak langkah India tersebut. Kita telah lama memiliki badan antariksa sendiri, LAPAN. negara kita juga kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kuyakin banyak sekali terpendam di bumi dan pelosok-pelosok negeri, layaknya permata intan yang hanya perlu disepuh agar bersinar, menyinari negeri ini. Hal tersebut kusadari ketika bertemu dengan orang-orang seperti Dene, Rahman, dan Sidik. Banyak dan sangat banyak lagi yang seperti mereka. Cerdas, jenius, berbakat. Indonesia hanya perlu menggalinya dan menemukan bibit-bibit unggulnya untuk sama-sama melangkah membangun dan memajukan bangsa. Menjadi bangsa unggulan yang juga ikut berkompetisi dan berkontribusi dalam orientasi kemajuan bidang ilmu pengetahuan.
Ada beberapa narasumber yang kembali naik untuk melanjutkan presentasi. Ada Russel Dutter Muller, Engineer asal Jerman, salah satu dari 5 besar yang tercerdas di MENSA (kelompok anak-anak dengan IQ di atas 120 dimana Dene juga merupakan salah satunya). Lalu juga ada Benjamin Uriel asal Israel yang mengantongi 300 hak paten di bidang teknologi, medis dan pertambangan di usia yang sama denganku, 24 tahun. Kemudian Hirotada Usui, ahli komputer asal Jepang, tercatat sebagai yang termuda bekerja di perusahaan game, Nintendo, yakni pada usia 11 tahun. Lalu Emily Petrunich asal Estonia, perancang mesin bio gas mini dan baru berusia 19 tahun tetapi ia sudah masuk jajaran team peneliti terpadu di CERN, Swiss. Lalu tidak luput, Elias Jefferson sang ahli matematika sekaligus pakar astrofisika dan perancang Roket NASA asal houston Amerika serikat. Berada di tengah-tengah anak-anak jenius ini—aku seperti uang receh diantara uang 100 ribuan. Tetapi dengan hadir di tempat ini, secara sugestif memberikanku ilham, pencerahan dan kesadaran akan pentingnya pengembangan diri. Memanusiakan manusia, menciptakan suatu inovasi dan menyebarkan pengetahuan ke seantero bumi untuk kepentingan bersama. Bukankah Nabi Shalallahu alaihi wasallam sendiri pernah bersabda, "sebaik-baik manusia, adalah mereka yang berguna bagi sesamanya". Inilah maksud pesan dari acara seminar ini dan itu tersampaikan baik padaku dan mungkin pada ratusan orang sarjana yang hadir di gedung ini. Sebuah gerakan yang sangat menginspirasi. Acara ini memang sesuai dengan tajuknya "Resolution of knowledge for Change and Peace" yaitu untuk mewujudkan perubahan dan kedamaian dunia yang lebih konkrit.
Presentasi kemudian dilanjutkan dengan naiknya seorang pemuda latin, pemuda Spanyol yang kukenali wajahnya. Ya, yang naik ke panggung dan menjadi pembicara berikutnya adalah Asensio Fustes yang tadi duduk di sebelahku di dalam bus. Aku terkejut melihat ia merupakan salah satu narasumber dan pembicara dalam seminar ini. Tidak seperti Dene, dia tadi tidak datang lebih awal ke tempat acara bahkan ikut bergabung bersama kami tadi dalam bus yang hanya mengangkut tamu undangan biasa. Siapa sangka dia juga seperti Dene, bukan tamu undangan biasa dan merupakan salah satu dari pembicara.
"Eh, Ran, bukannya itu tadi pemuda Spanyol yang duduk di sampingmu ya?" bisik Sidik juga menyadarinya.
"Benar, dia orangnya." Jawabku.
Asensio ini merupakan sarjana kedokteran yang melakukan praktek di rumah sakit di Julio de Matos Portugal dan pernah melakukan kesuksesan besar dalam transplantasi organ ginjal babi ke manusia bersama tim ahli bedahnya di Paris, Perancis. Itu ia lakukan tahun lalu dan merupakan terobosan besar di bidang Xenotransplantasi. Bahasan inilah yang ia angkat dan ia demonstrasikan dalam presentasinya. Asensio mengatakan dalam pencarian cangkok alternatif bagi manusia atau human trial pencangkokan, kita perlu melirik kandidat potensial bahkan jika itu harus dari makhluk hidup lain. Xenotransplantasi menurutnya merupakan subyek penelitian yang baru namun menjanjikan bagi kelangsungan hidup, ilmu medis dan kemanusiaan. Keberhasilan Asensio dan tim bedahnya didemonstrasikannya melalui gambar-gambar slide dan video yang ditayangkan di depan panggung. Asensio berhasil menemukan teknik modifikasi pengubah gen babi yang menjadi faktor atau kendala utama pencangkokan ke tubuh manusia. Teknik yang ia kembangkan bersama timnya tersebut meminimalisir penolakan organ oleh system imunitas manusia sebesar 98% sehingga Xenotransplantasi memungkinkan untuk dilakukan.