Semesta Ayat : Sakinah Di Palestina

Raz Aka Yagit
Chapter #21

Closing Ceremony

SETELAH pulang dari tour kami segera ke kamar hotel memeriksa keadaan dan kondisi Sidik. Syukurlah, alhamdulillah panas demamnya sudah turun, tubuhnya sudah agak membaik. Sidik juga telah beristirahat dengan cukup selama seharian ini dan meminum obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Sidik telah bisa tersenyum lebar seperti biasa dan mengobrol dengan lancar kepada kami walaupun sedikit agak lirih dan keringatnya masih mengucur namun suhu tubuhnya sudah jauh lebih baik daripada tadi pagi ketika kami tinggal pergi.

"Bagaimana tournya hari ini? Pasti menyenangkan ya. Bisa mengunjungi Masjidil Aqsha." Kata Sidik sembari membangunkan badan sedikit dan menyadarkan tubuh ke sisi tempat tidur.

"Kurang seru lah ... kan kamu nggak ikut dik. Rasanya ada yang kurang kalau salah satu dari kita tidak ikut." Jawab Rahman.

"Iya kalau kamu ikut pasti jauh lebih seru lagi." Timpal Dene.

"Cepat sembuh dik, biar besok-besok sebelum pulang ke Indonesia kita bisa ke kompleks Masjidil Aqsha itu lagi sama-sama." Kataku.

"Alhamdulillah ini sudah agak mendingan kok Ran. Besok juga sepertinya aku sudah bisa menghadiri acara penutupan seminar."

"Ya sudah, kamu lanjut istirahat lagi ya, biar besok sembuh total."

"Lanjut bed restnya dik. Kami juga mau istirahat nih, capek banget awakku. Rasane remuk." Celetuk Rahman sambil memijat-mijat bahunya.

Dene langsung menuju kamarnya sementara Rahman masuk ke kamar mandi. Aku juga ingin mandi terus mengambil wudhu untuk menunaikan sholat dan baru selepas sholat aku hendak menelpon Zahra. Aku ingin mengabarinya pengalamanku mengunjungi kompleks Al-Aqsha hari ini. Aku ingin berbagi dan bercerita kepada istriku terkait perasaanku hari ini, betapa senang dan bersyukurnya aku bisa melihat langsung salah satu situs dan ikon bersejarah umat Islam. Aku juga ingin memberitahunya bahwa aku telah bertemu dengan Profesor Abdul Rashied. Aku ingin tahu bagaimana kabar Zahra disana. Semoga ia baik-baik saja. Sembari menunggu Rahman selesai dari kamar mandi aku mengutak-atik laptop sembari duduk di tempat tidur. Kubuka akun facebookku, ada beberapa pesan yang masuk, pesan dari mas Hamidun yang meminta maaf tidak bisa datang dan menjumpaiku hari ini. Katanya tidak cukup waktu hari ini karena dia sedang sibuk untuk mempersiapkan kepulangannya ke Indonesia. Tetapi mas Hamidun berjanji akan menemuiku lain waktu, mungkin lusa bisa katanya. Dia menanyakan sampai kapan aku di Palestina, kukatakan sampai beberapa hari ke depan mungkin. 

Selepas Rahman selesai dari kamar mandi, aku juga mandi dan lalu menunaikan sholat. Setelah badan terasa segar dan fit kembali serta pikiran menjadi tenang lepas sholat, bersegera kuambil ponselku dan menelpon Zahra. Setelah cukup lama berdering, ada yang mengangkat. Ternyata mertuaku, Ummi Zainab yang mengangkat telponnya.

"Assalamualaikum nak."

"Waalaikumsalam Ummi ... Zahranya kemana mi?"

"Ada di kamarnya. Kamu apa kabar nak disana? Sehat-sehat saja, kan? Bagaimana kondisi disana? Ummi mengkhawatirkanmu."

"Alhamdulillah mi, Rani baik-baik saja disini dan dalam keadaan yang sehat. Kondisi disini lumayan kondusif kok mi. Ummi sendiri bagaimana keadaannya?"

"Alhamdulillah Ummi juga sehat, Zahra juga sehat, semua disini kami sehat nak."

"Alhamdulillah kalau begitu. Makasih ya mi, karena Ummi mau tinggal bersama Zahra menemani Zahra selama Rani tidak ada disana."

"Tidak apa-apa nak. Ummi senang kok bisa menghabiskan waktu bersama Zahra. Kamu tahu sendiri kan Ummi ini memang jarang pulang kesini. Terlalu sibuk menemani Abi mu di Balikpapan sana. Paling lebaran fitri ataupun adha kami baru bisa datang menjenguk Zahra. Kasihan Zahra, dia harus tinggal sendiri disini dan jarang memiliki waktu bersama orangtua dan keluarganya. Jadi ini juga merupakan kesempatan Ummi untuk dapat menghabiskan waktu bersama Zahra."

"Iya mi, Rani ucapkan terima kasih."

    "Nah ini Zahranya keluar. Dia udah nggak sabar dari tadi nunggu telpon darimu. Seharian cerewet mulu nungguin panggilan darimu nak, makanya pas tahu kamu nelpon ini langsung bergegas nongol anaknya." Kata Ummi Zainab sembari gelak dan langsung ngasih teleponnya ke Zahra.

    "Assalamualaikum sayang!" sapa Zahra.

"Zahra, apa benar kata ibu kamu rewel tadi nunggu kabar dariku?"

"Apaan, bohong! ibu mah ngarang." Jawab Zahra dengan nada manja.

"Idihh malah nggak ngaku," sahut Ummi Zainab, suaranya samar-samar terdengar olehku. Aku hanya tertawa.

"Sayang apa kabar? Aku merindukanmu seharian ini."

"Beneran rindu?"

Lihat selengkapnya