TELAH pukul sebelas pagi waktu Palestina. Aku ada janji untuk bertemu kembali dengan Profesor Abdul. Aku ijin pamit sebentar keluar kepada teman-teman yang lain. Mungkin lepas Dzuhur juga aku sudah kembali ke hotel. Aku juga telah meminta ijin kepada pak Idris Irshad. Aku berjalan kaki ke tempat yang dijanjikan Profesor Abdul untuk kami bertemu. Sekitar sepuluh menit berjalan kaki aku akhirnya sampai di tempat yang dimaksud karena memang tidak terlalu jauh dari hotel. Sebuah waffle bar di jalan Queen Shlomziyon 18. Kulihat profesor dan Risme juga telah tiba lebih dulu.
Tempat pertemuan kami kali ini merupakan restoran waffle yang lumayan bagus dan mewah tempatnya, sangat eksklusif. Ini pertama kalinya kami bertemu di sebuah restoran indoor. Selain suasana tempatnya yang nyaman, menu makanan disini juga enak-enak kelihatannya biarpun di dominasi makanan manis seperti waffle dan es krim.
Segera saja aku duduk dan menghampiri Profesor dan Risme di mejanya.
"Maaf lama menunggunya ya, Prof?"
"Tidak Rani tidak apa. Kami juga baru saja tiba kok." Jawab Prof. Abdul.
"Bagaimana kabar anda? Dan bagaimana kabarmu Risme?" tanyaku pada mereka berdua.
Kami lalu berjabat tangan.
"Kami baik. I'm okay." Jawab Risme tersenyum.
"Ya, kami berdua baik." Sahut Profesor Abdul.
Sebelum kami mengobrol banyak, Profesor memesan makanan terlebih dahulu.
Ketika memesan makanan, aku memikirkan sesuatu. Sudah lama aku terpikir akan hal ini hanya saja aku tidak berniat untuk menanyakannya yakni kenapa selalu ada Risme setiap kali aku dan Profesor Abdul bertemu. Kenapa Risme selalu diajak oleh Profesor Abdul. Entahlah aku tidak ingin menanyakan alasannya dan mungkin memang tidak ada alasannya. Tidak masalah juga ada Risme disini.
"Oh ya Prof, kemarin aku sangat terkejut ketika melihat anda tampil dalam acara penutupan seminar. Aku tidak menyangka bahwa anda akan naik memberikan pidato, anda luar biasa!"
"Terima kasih Rani. Ya, aku jauh-jauh hari telah diminta oleh komite panitia untuk menjadi salah satu pembicara pada penutupan acara. Kebetulan Risme salah satu dari komitenya."
"Risme bekerja untuk PBB?"
"Ya... aku salah satu diplomat yang bekerja untuk PBB." Jawab Risme.
"Bahkan berkat koneksi Risme lah, kami bisa mengundangmu kemari untuk seminar itu." Timpal Profesor.
Pesanan makanan kami pun telah datang. "Sembari kita menikmati makanan ini. Mari kita bicarakan urusan kita secara serius." Kata Profesor dengan tatapan yang mantap.
"Benar Prof, tolong jelaskan secara detail. Aku harus apa dan bantuan seperti apa tepatnya yang bisa aku berikan untuk anda."
"Seperti yang telah kau ketahui secara garis besarnya Rani. Aku ingin kau menemukan Tabut Perjanjian itu. Aku yakin hanya kau sebagai seorang Theos Intelegensia yang mampu menemukannya."
"Jadi anda memang benar-benar serius dan yakin menyuruhku untuk mencari benda legenda itu? Dan anda benar-benar percaya aku bisa menemukan Tabut itu Prof? Kukira anda hanya ingin aku membantu pendalaman riset anda."
"Aku percaya itu Rani. Aku mendapatkan sebuah visi (penglihatan). Ini bukan sekedar intuisi semata melainkan ada kepercayaan yang membuatku sangat yakin, kau lah orangnya."
"Vision? Visi penglihatan seperti apa yang anda maksudkan Prof?"
"Sekarang akan kukatakan Rani, motivasi sebenarnya mengundangmu kesini. Bahwa aku yakin kau lah orang yang mampu, yang akan menemukan Tabut berisi Sakinah Tuhan itu, karena jauh-jauh hari aku telah memimpikan ini."
"Sebuah mimpi?" tanyaku menatap Profesor Abdul dengan nanar.
"Ya, aku bermimpi aku seperti dibimbing oleh sosok bercahaya yang memakai gutrah hijau. Sepertinya beliau adalah baginda Nabi besar Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Wallahu a'lam. Entah dia benar sosok beliau atau malaikat, yang pasti, mimpi itu sangat nyata Rani. Ia mengatakan aku akan menemukan seseorang yang mampu mengungkapkan Tabut itu pada dunia. Segala rahasia Tabut Perjanjian itu akan mampu diungkap olehnya. Dan ketika aku terbangun, aku mencari-cari orang itu. Kemudian dengan algoritmaku aku mencari seorang Theos Intelegensia karena aku yakin hanya seorang Theos Intelegensia saja yang mampu menjadi orang itu. Orang yang akan menemukan Tabut Perjanjian. Setelah aku mencocokan dirimu, dan kau cocok 100% teridentifikasi sebagai seorang Theos Intelegensia, aku langsung yakin bahwa kau lah orang yang dimaksud dalam mimpi tersebut."
Aku begitu terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh Prof. Abdul tersebut. Beliau bicara tentang mimpi dan memang apa yang beliau mimpikan, sama persis dengan apa yang pernah aku mimpikan. Mimpi tentang seorang dengan gutrah hijau dan bercahaya. Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Profesor Abdul tetapi aku tidak menceritakan mimpiku itu kepada beliau. Ternyata ini memang urusan yang serius. Profesor Abdul benar-benar ingin aku untuk menemukan Tabut Perjanjian itu.
"Jadi, anda yakin akulah orang yang dimaksud dalam mimpi tersebut?" tanyaku.