Semesta Ayat : Sakinah Di Palestina

Raz Aka Yagit
Chapter #37

Semesta Bekerja

TATKALA fitnah keji telah dilayangkan kepada hamba yang tak berdosa, maka semesta akan mulai bekerja untuk membelanya. Memperlihatkan sebuah karunia yang tidak siapapun bisa menduga.

"Ijinkan aku bicara, aku tahu sulit mempercayaiku, tapi demi Allah dan Rasululllah. Aku tidak melakukan apa-apa terhadap Nafisa. Dialah yang coba menjebakku ...."

"Diam kau...! Kau tidak punya hak bicara. Dan jangan sebut nama agung Tuhan semesta alam dan kekasih-Nya dalam sumpahmu. Kau menuduh adikku berdusta? Aku mengenal adikku selama hampir dua puluh tahun tapi aku baru mengenalmu selama beberapa hari, aku jauh lebih tahu mana yang bisa kupercaya dasar kau orang asing tak tahu diri. Sekarang bersiaplah kami akan mengantarkanmu kembali ke dalam penjara. Kau akan merasakan neraka itu lagi disini. Kukira kau orang baik tak tahunya hanya iblis berjubah ulama." Kata Thoriq.

"Sudahlah ... cepat bawa saja ke kantor polisi. Aku tidak tahan lagi melihat semua ini." Ucap nyonya Ruqayya menangis di pelukan tuan Hisham.

Thoriq coba mengangkatku dan hendak membawaku ke kantor polisi.

Aku menatap tajam ke arah Nafisa. Ekspresinya sulit tertebak. Ia hanya diam terpaku melihat efek dari fitnah dan kedzalimannya padaku. 

Tiba-tiba saja, nyonya Ruqayya teringat akan Hanash. "Mana Hanash...?" tanyanya panik.

"Dia ... dia ada di atas. Sengaja di kunci oleh Rani." Sahut Nafisa.

"Kurang ajar kau!!" teriak Thoriq kembali melayangkan bogem mentahnya ke wajahku dan tuan Hisham kembali menenangkan Thoriq.

"Sudahlah Thoriq, kita bawa urusan ini ke kantor polisi saja. Kau lihatlah ke atas bagaimana keadaan Hanash." Suruh tuan Hisham. Thoriq bersegera naik ke atas coba mengeluarkan Hanash.

Nyonya Ruqayya bersegera mengambilkan kain yang ada di dekatnya di ruang tamu dan menutupkannya ke tubuh bagian atas Nafisa yang sedari tadi hanya ia tutupi dengan kedua lengannya.

Aku sedari semula sedikit pun tidak hendak melawan atau menghalau hantaman Thoriq karena aku hanya tidak mau membuat ini semakin kacau. Aku menyadari mereka juga sama sepertiku, mereka adalah korban dari fitnah keji ini. Jadi aku hanya pasrah saja ketika dihajar, di tendang, dan dipukuli. Lagipula aku seakan sudah terbiasa dengan rasa sakit semacam ini karena kejadian beberapa hari yang lalu. Sekarang yang kupikirkan bukanlah rasa sakitnya melainkan nasibku ke depan akan bagaimana. Aku berpikir bahwa kedatanganku ke Palestina ini banyak sekali memberikan luka dan masalah bagiku baik secara fisik maupun psikis. Aku menderita di negeri orang. Seakan aku tak mampu menahan beban seperti ini lagi disini, aku hanya memikirkan apakah aku akan bisa pulang kembali ke Indonesia. Kembali ke istri tercinta dan melihat anakku tumbuh setelah kejadian-kejadian ini.

Thoriq kembali turun dengan menggandeng Hanash. "Dia tidak apa-apa, dia hanya terlihat panik di dalam tadi karena ia tahu ia terkunci dan hendak keluar. Manusia kurang ajar ini sengaja mengurungnya."

Nafisa juga nampak agak sedikit panik dan gelisah setelah Hanash dibawa turun. Ia takut Hanash akan coba memberitahu apa yang terjadi. Tapi setidaknya ia diuntungkan karena Hanash sebagai satu-satunya saksi disini, tidak bisa berkata apa-apa.

Hanash langsung berlari ke pelukan ibunya nyonya Ruqayya. "Syukurlah Alhamdulillah kau tidak apa-apa nak." Kata beliau memeluknya.

"Aku tidak mengunci Hanash. Nafisa yang melakukan itu sebelum dia juga mengunciku di kamarnya." Gumamku sembari menunduk karena aku menyadari apapun yang kukatakan, sulit untuk mereka percaya.

"Diam kau! Bicara sekali lagi maka aku akan kembali menghajarmu. Kau tamu tidak tahu diri, dan malah coba melukai keluargaku. Aku ingin sekali menghajarmu lagi." Kata Thoriq kesal luar biasa.

Hanash coba berlari ke arahku yang dilihatnya babak belur. Ia merasa kasihan padaku dan hendak berlari untuk memelukku tapi dihentikan oleh tuan Hisham dan nyonya Ruqayya. Hanash pun sebenarnya tidak mengetahui apa yang sedang terjadi sekarang. Dia dikunci di dalam kamar dan juga tidak paham masalah seperti ini. Dia hanya tahu bahwa aku terluka. 

"Jangan kau dekat-dekat dia lagi. Orang ini jahat Hanash, dia orang jahat bukan orang baik seperti kita." Ucap Thoriq. Hanash geleng-geleng kepala seperti memberi isyarat bahwa apa yang dikatakan Thoriq tidak benar. Mungkin disini hanya Hanash yang masih memandangku apa adanya. Hanash dengan bahasa yang tidak jelas coba menjelaskan sesuatu pada kedua orangtuanya dan Thoriq. Nafisa terlihat sangat panik melihat gelagat Hanash yang seperti ingin memberitahu sesuatu itu.

"Cepat bawa Nafisa dan Hanash ke kamar. Biar orang ini kami yang urus dan bawa ke kantor polisi." Kata tuan Hisham pada nyonya Ruqayya.

Hanash melihatku hendak digiring dan dibekuk, dia semakin berontak tidak mau diajak keatas. Gadis kecil ini seperti tidak ingin aku di apa-apakan.

"Hanash, kau dengar kan kata Thoriq? Jauhi kakak itu. Dia orang jahat. Ayo kita ke atas." Ucap Nafisa dengan raut wajah setengah panik.

Aku sudah pasrah saja sekarang ketika hendak dibawa ke kantor polisi. Apapun yang terjadi kuserahkan kepada Allah. Aku tidak ingin merasa takut karena aku tidaklah bersalah dalam hal ini. Aku berada dalam kebenaran jadi tidak ada alasan bagiku untuk takut. Aku tahu Allah selalu ada untukku. Allah pasti tidak akan diam saja dan membiarkan kedzaliman ini merugikanku. "La Tahzan ... Innallaha ma'ana." Allah selalu bersama hamba-hamba-Nya yang benar terlebih hamba yang terdzalimi sepertiku ini. Allah pasti akan menguatkanku dan memberiku pertolongan yang kuat. Aku sangat yakin itu, sebagaimana termaktub dalam surah Al Fath ayat 3.

"Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)."

(QS. Al Fath 3)

Seakan doaku di jawab seketika, ada hal menakjubkan dan mengagumkan yang kemudian terjadi. Allah menjawab doa-doaku dan memberikan pertolongan yang luar biasa yang sulit diterima akal. Hanash yang telah divonis tidak akan bisa lagi bicara tiba-tiba mengeluarkan suaranya dengan sangat jelas. "Jangan bawa kakak Rani. Dia bukan orang jahat." Ucapnya.

Lihat selengkapnya