Semesta Ayat : Sakinah Di Palestina

Raz Aka Yagit
Chapter #39

Baetylus Rahasia

KEESOKAN harinya Risme tiba-tiba menelponku pagi-pagi sekali. Risme memberitahu bahwa mendadak dia harus ke Swiss hari ini untuk keperluan kerjanya. Katanya dia ingin bertemu denganku sebelum pergi. Pagi ini dia harus segera mengejar pesawatnya karena sore Risme diharapkan sudah harus berada di Zurich, Swiss. Aku pun menyanggupinya dan kami bertemu di salah satu restoran di dekat hotelku.

Aku tiba lebih dulu karena memang lokasinya yang lebih dekat dengan tempat hotelku menginap. Selang beberapa menit kemudian Risme datang.

"Maaf apa kau sudah lama menunggu Rani?"

"Ah tidak apa-apa. Aku juga baru datang kok."

"Wajahmu kenapa? Memar seperti itu. Perasaan waktu kau keluar dari rumah sakit lukamu telah kering dan juga kamu tidak memiliki luka memar di wajah seperti itu sebelumnya. Ada apa?" tanya Risme khawatir dan penasaran.

"Oh, ini? Ini kemarin terjatuh dari tangga rumah keluarga Abu Ghazalah. Kebetulan waktu itu aku masih agak pusing dan lalu terjatuh sehingga wajahku menghantam anak tangga dan lantai." Sahutku terpaksa harus berbohong. Ya Allah ampuni hamba yang telah berkata tidak benar.

"Begitu ya? Oke baiklah! So, kenapa kau pindah dari rumah itu? Apa ada masalah atau apa? Karena kesannya mendadak sekali."

"Tidak ... aku hanya tidak enak saja terus menerus tinggal disana dan merepotkan mereka. Mereka sangat baik terhadapku terlebih dengan keadaanku yang seperti ini, mereka semakin baik memperlakukanku, jadi aku merasa tidak enak dengan hal itu. Aku tidak ingin memanfaatkan kebaikan mereka. Lagipula ... aku harus pergi dari rumah itu dan menginap di hotel saja karena aku punya feeling bagus akan segera menemukan Tabut itu dan akan segera pulang ke Indonesia. Kalau terus-terusan disana hal ini akan membuatku sangat sedih mengingat harus berpisah dengan mereka terutama Hanash. Faktor lainnya karena jauh lebih murah dan praktis tinggal di kota Yerusalem daripada harus bolak balik Ramallah-Yerusalem setiap hari, ini juga demi efesiensiku."

"Baiklah, memang seharusnya jauh lebih praktis jika kau tinggal disini sejak dulu, kau bahkan tidak harus terlibat dengan masalah sampai akhirnya tertangkap. Kau beruntung bisa bebas Rani. Oh ya, kedatanganku adalah untuk memastikan apa kau akan baik-baik saja selama ku tinggal ke Swiss?"

"Tidak apa-apa Risme. Pergilah! Ini penting kan untuk karir dan pekerjaanmu."

"Sangat penting! Hal ini juga terkait promosiku nanti selepas magang disini yang mungkin akan di tempatkan di kantor Zurich atau tidak di Basel atau Jenewa. Maaf Rani ini agak mendadak karena pemberitahuan dari kantor pusat juga mendadak. Apa benar kau tidak apa-apa sendirian disini? Aku disana mungkin hanya dua sampai tiga hari saja, setelah urusanku selesai aku pasti langsung kemari."

"Benar aku tidak apa-apa. Kau kira usiaku berapa? Aku ini lebih tua darimu. Kau harus ingat itu." Sahutku terkekeh.

"Ya tapi aku kan yang ditunjuk oleh papa untuk bertanggung jawab terhadapmu selama disini. Ingat Rani jangan ada masalah lain lagi seperti kemarin selama aku tidak ada. Oke?"

"Iya insha Allah aku akan baik-baik saja selama kau pergi. Dan mungkin aku akan menemukan Tabut itu." Kataku memandang Risme dengan optimisme kuat dan seringai senyum lebar di wajah.

"Hmm ... baiklah, kalau kau telah seyakin itu. Kutunggu keajaiban dari kemustahilan itu." Sahut Risme juga tersenyum menantangku.

"Aku juga telah memberitahu papa bahwa aku harus ke Swiss hari ini dan meninggalkanmu disini. Untungnya papa membolehkan dan mengijinkan asalkan aku harus segera kembali ke Palestina setelah semua urusanku disana telah selesai. Papa juga katanya sedang berada di rumah sakit, itu agak membuatku khawatir tapi papa bilang tidak apa-apa."

"Profesor ke rumah sakit? Beliau sakit apa?" tanyaku terkejut.

"Tidak usah khawatir seperti itu Rani. Papa memang sering bolak balik ke rumah sakit. Bukan masalah serius, beliau kan memang sudah tidak muda lagi. Penyakit orang tua seperti papa itu banyak, makanya kadang kusuruh beliau untuk olahraga dan menerapkan hidup sehat. Paling juga efek kelelahan bekerja lagi. Biasalah, orangtua kalau terlalu memporsir pekerjaan. Kamu walaupun masih muda juga tidak boleh terlalu memporsir diri, oke? Laporkan padaku setiap kali kau melakukan pencarian seperti jadwal atau lokasi pencariannya. Setidaknya aku tahu aktifitasmu."

"Iya, aku akan melaporkan segalanya padamu. Dan jika aku menemukan Tabut itu saat kau tidak ada, aku akan memfotonya." Candaku.

"Lakukan saja ... waktumu tinggal sedikit lagi. Papa juga tidak ingin kau berlarut-larut tinggal disini untuk urusan ini. Aku sangat yakin papa akan menyuruhmu pulang sebelum kau dapat menemukan tabut itu. Ingat Rani pencarian kita ini dari perspektifku adalah hal yang konyol dan mustahil. Maaf jika aku mengatakan ini, bahkan untuk arkeologis berkompeten dan berdedikasi saja butuh puluhan tahun dan belum tentu menemukannya. Apa papa menemukannya? Tidak kan?!"

"Maka dari itu Profesor Abdul membutuhkanku." Sahutku agak sedikit menyombong berkelakar dihadapan Risme.

Risme sedikit tertawa, "Kita lihat saja nanti. Mimpi papa itu hanya sebuah mimpi yang tidak ada artinya. Aku tidak meragukan kemampuan dan kapabilitasmu Rani, hanya saja bukan keahlianmu yang kuragukan disini tapi pekerjaan ini yang memang mustahil mendapatkan keberhasilan. Tapi karena ini kesepakatan kami berdua dan papa bilang ini kompromi terakhirnya, aku mau mengikuti cara main papa. Tidak ada salahnya. Pada akhirnya aku akan bebas memilih jalanku selepas ini dan papa tidak akan mempermasalahkan itu lagi."

"Siapa yang akan tahu apa yang terjadi nantinya. Lihat saja Risme." Gumamku tersenyum. Aku tidak memberitahu Risme dan tidak berniat memberitahunya bahwa ketika kemarin Profesor mengatakan padaku memimpikan seseorang dengan memakai gutrah hijau, aku pun pernah memimpikan hal yang serupa. Inilah keyakinan yang kumiliki sehingga membuatku selalu yakin dan menaruh kepercayaan dalam pencarian ini, bahwa aku akan menemukan sesuatu dan ada maksud dibalik semua ini. Bahwa apa yang kulakukan disini tidak akan sia-sia, aku hanya belum tahu itu tentang apa.

Mimpiku yang sama dengan Profesor. Hal-hal transendensial semacam ini pasti sangat sulit di pahami oleh orang seperti Risme. Jadi aku tidak ingin membicarakan itu dari awal. Bahkan dengan Profesor Abdul pun aku hanya diam dan tidak memberitahunya. Siapa laki-laki bergutrah hijau itu? Apakah beliau baginda Rasulullah? Karena Rasulullah senang dengan warna hijau, simbol representasi dari corak kehidupan. Wallahu a'lam. Aku tidak berani menafsirkan apapun. Sungguh sebuah rezeki dan rahmat yang besar dari Allah jika aku benar memimpikan atau bertemu Rasulullah di alam mimpi. Allahuma Sholli Ala Muhammad, Wa Aali Muhammad.

Setelah kami berdua puas ngobrol dan bicara Risme ijin pamit, ada penerbangan yang harus dia kejar hari ini. Dia hanya berpesan agar aku jauh lebih hati-hati selama dia tidak ada disini. Aku berasa seperti seorang anak kecil dengan babysitter yang bertanggung jawab penuh terhadapnya. Memang tidak salah, setiap kali aku bermasalah alhamdulillah Risme lah yang membantuku disini. Jika bukan karena dia, mungkin aku sudah tewas dan membusuk di salah satu penjara milik Israel. Risme memang pengawas dan penanggung jawab yang baik yang menjalankan amanah dan tugas dari ayahnya, Profesor Abdul untuk selalu menjagaku selama disini. Kuharap tidak terjadi apa-apa selama Risme tidak ada beberapa hari ini.

Setelah Risme pergi aku kembali ke hotel. Rencananya aku akan ke kota lama agak siang, mungkin sehabis Dzuhur aku akan pergi. Aku kembali mulai membandingkan data eksklusif berupa denah tata ruang kota Yerusalem zaman dulu yang diberikan tuan Abdullah Hazmi kemarin dengan denah palang persegi bawah tanah (ZP—002) yang dimiliki Profesor Abdul Rashied. Aku membuat sebuah daftar kemungkinan lokasi, mencoret yang tidak mungkin, mencari yang agak dekat dengan titik letak Masjidil Aqsha karena aku yakin ruangan itu tepat berada di bawahnya. Aku mengerucutkan kandidat tempatnya dan menemukan sesuatu yang menurutku sangat mungkin sebagai pintu menuju ruangan rahasia bawah tanah Masjidil Aqsha. Mataku yang tadinya fokus juga teralihkan ke sebuah tayangan berita di televisi di kamar hotel. Berita yang lagi hangat-hangatnya, Breaking News, terkait kembali memanasnya situasi di negara ini. Serangan rudal-rudal hizbullah di kawasan Lebanon telah di balas oleh pihak Israel. Serangan lain juga terjadi di daerah seperti Jalur Gaza dan sebagian kawasan Hebron. Semoga aku cepat menyelesaikan urusan ini, aku juga sudah agak jenuh harus terus menerus berada di negeri yang keamanannya kurang kondusif seperti ini. Selepas menunaikan sholat Dzuhur aku berencana ke kompleks Al-Aqsha lalu kemudian ke rumah tuan Abdullah Hazmi untuk menanyai sesuatu dan terakhir mulai mengunjungi beberapa lokasi untuk observasi.

Selepas Dzuhur dan makan siang, aku bergegas menuju rumah tuan Abdullah Hazmi, baru aku akan ke Masjidil Aqsha. Aku sengaja mengubah jadwalnya agar punya kesempatan bisa menunaikan sholat Ashar di dalam kubah emas, Dome of Rock yang ikonik. Aku ingin menghemat uang jadi lebih praktis naik bus metro kota daripada harus memesan taksi lagi. Aku melaporkan kegiatanku hari ini pada Risme, dia pasti sangat sibuk hari ini dan mungkin sekarang telah berada di Swiss. Sesampainya di rumah tuan Abdullah Hazmi aku kembali di jamu dan di sambut hangat. Aku menanyakan beberapa data yang Profesor kumpulkan kepada tuan Hazmi. Kata beliau, beliau tidak tahu apakah benar-benar ada ruangan bawah tanah di kota lama Yerusalem itu. Itu hanya sebatas mitos dan legenda yang menjadi rahasia umum, katanya. Sebuah legenda yang menambah kesan kota ini memang menyimpan sejuta rahasia dan misteri. Akan tetapi beliau tidak memungkiri atau menafikan jika seandainya memang benar-benar ada ruangan bawah tanah tersebut yang dibangun dari zaman Nabi Sulaiman as. Ini juga bisa menjadi alasan kenapa pemerintah zionist amat berambisi memonopoli kota lama dan telah sejak lama ingin mengobservasi apa yang terkandung dan terkubur di dalamnya.

"Ruangan dengan 4 jalur menyilang ... aku tidak pernah tahu hal-hal semacam ini karena memang tidak pernah tercatat dalam data geografis kota, tetapi bukan berarti itu tidak ada, mungkin Profesor itu benar tentang ruangan itu. Pasalnya kota lama memang menyimpan banyak misteri dibawahnya nak." Ucap tuan Hazmi sambil menuangkan teh ke cangkirku. 

"Tambah gula lagi? Ini teh dari perkebunan di daerah Azwar, sangat harum!"

"Terima kasih tuan, tidak apa. Ini juga sudah enak."

"Sulit untuk menemukan akses yang benar-benar menuju ruang rahasia jika itu memang benar ada karena sejak kedatangan Inggris kesini untuk mengkolonisasi negeri kami dan merebutnya dari kerajaan ottoman, semua akses itu tertutup atau tertimbun pembangunan. Menurut pengalamanku, sejak tahun 1940an sampai 1989 kira-kira ada 30 kali lebih perombakan wajah jalan dan tata ruang kota di sekitaran kota lama. Mungkin tanpa sengaja akses itu telah tertutup."

Aku kemudian mengambil papirus ZP—002 dan memperlihatkan denahnya pada tuan Hazmi, mungkin beliau bisa membantu. Padahal profesor telah berpesan bahwa jangan memberitahu data penelitian (ZP—001 dan ZP—002) beliau ini pada siapapun selainku. Maaf Prof, tapi ini harus kulakukan. Aku benar-benar membutuhkan bantuan dari tuan Hazmi karena basicnya aku memang bukan seorang arkeolog. Walaupun memiliki sumber rujukan data, tapi aku harus merangkai banyak sample dengan waktu yang sesingkat ini untuk menemukan akses tempat itu.

"Dari tulisan itu, Bab An-Nabi atau gerbang hulda adalah salah satu akses menuju ruang bawah tanah. Gerbang itu sendiri memang sudah di blok dan menyatu dengan bagian lain tembok. Apa anda tahu tuan apakah ada tempat yang tersambung langsung ke gerbang hulda? Atau anda mengetahui sesuatu?"

"Sebentar ... yang tersambung ke gerbang hulda? Hmm sepertinya tidak ada yang seperti itu. Akan tetapi ...." 

"Tetapi apa tuan?"

"Ada kasus pada tahun 1982 ... seorang anak berusia 11 tahun di laporkan menghilang dan dua hari kemudian, anak ini dilaporkan ditemukan kembali dalam keadaan sehat hanya saja dia mengalami dehidrasi. Anak itu di temukan di dekat gerbang selatan, gerbang hulda. Ketika di tanya, anak itu menjawab dia hanya bermain petak umpat dengan ayah dan kakak perempuannya. Ia menemukan sebuah tempat persembunyian dan seingatnya ia tidak bisa lagi menemukan jalan keluar yang sama. Selama dua hari anak itu berjalan di sebuah ruangan gelap besar menurut penuturannya dan keluar ketika ia melihat ada secercah cahaya pancaran sinar matahari yang menyinari dari luar. Anak itu muncul dari salah satu daerah dekat gerbang hulda tersebut. Kisah hilangnya anak tersebut jarang diketahui karena memang sengaja di rahasiakan. Anak itu dan keluarganya merupakan warga Arab Palestina, jadi sebisa mungkin kejadian itu harus ditutupi dan dirahasiakan terlebih kepada pihak zionist karena keluarga mereka beranggapan bahwa anak itu telah tersesat ke dalam ruangan rahasia dari bagian bawah tanah dari kota lama. Mereka tidak ingin hal itu menarik perhatian pihak zionist dan demi menjaga anak itu agar tidak di introgasi dan dimanfaatkan zionist untuk sebuah informasi. Aku satu dari sedikit orang yang beruntung pernah mendengar kisah itu. "

Lihat selengkapnya