Semesta Cinta

Noura Publishing
Chapter #3

Panduan bagi Musafir Cinta

Catatan:

Kitab ini terkenal juga dengan sebutan “Kitab Kunh mâ lâ budda minhu lil-murîd.” Karya singkat ini ditulis di Mosul pada tahun 1204 sebagai jawaban atas pertanyaan: “Hal pertama apa yang seharusnya diyakini dan dilakukan oleh seorang penempuh jalan sufi.”

Karya ini sudah beberapa kali diterjemahkan dan diterbitkan: dalam bahasa Turki (oleh Mahmud Mukhtar Bey, 1898); dalam bahasa Spanyol (cuplikan oleh M. Asin Palacios, 1931); dan dalam bahasa Inggris (oleh A. Jeffrey 1962).

«»

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur hanya milik Allah Swt. dan semoga shalawat dan salam selalu terlimpah atas Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.

Panduan singkat ini adalah jawaban atas pertanyaan seseorang yang hendak menyusuri jalan iman, harapan, dan cinta agar ia bisa memenuhi takdirnya sebagai insan kamil. Tulisan ini menjawab pertanyaan tentang apa saja yang mula-mula harus ia yakini dan lakukan.

Wahai kamu yang rindu akan keindahan abadi, musafir yang menapaki keinginan sejati, semoga Allah membuat kamu melihat, menemukan, dan selalu berada di jalan sejati. Semoga Dia menggerakkan kita sekalian dalam amalan yang disukai-Nya dan yang murni dilakukan untuk-Nya. Awal dan akhir, sesuatu di antaranya, dan keberhasilan di dalamnya, hanyalah milik Allah semata.

Mendekat pada Kebenaran adalah jalan dan tangga menuju keselamatan dan kebahagiaan abadi. Allah Sendiri mengajari kita arti dekatnya Dia dengan kita. Dia mengajari kita dengan mengutus para nabi-Nya. Kita berikrar: “Kami beriman.” Inilah kebenaran yang kita sambut dan kita ikat kuat-kuat. Selebihnya, kita hanya perlu mengikuti ajaran dan teladan Nabi-Nya.

Pertama-tama, kamu harus mengimani keesaan dan kekhasan Yang Maha Tunggal dengan sifat qadîm dan bâqâ-nya, pencipta kita dan makhluk lainnya. Kamu tidak boleh menyekutukan Dia dengan apa pun yang akan merusak kesucian Zat-Nya. Dia Sendiri berfirman dalam Kitab Suci-Nya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. (QS Al-Anbiyâ’ [21]: 22)

Andai ada banyak pencipta, niscaya mereka akan berselisih kehendak dan saling menjatuhkan, mencegah sesuatu ada atau terjadi. Oleh karena itu, keberadaan kita dan semua makhluk berarti juga keberadaan Khalik Yang Tunggal dan Khas, dan Dia tidak memiliki sekutu.

Wahai kamu yang perangainya elok dan hatinya bersih, jangan berdebat, berbantah-bantahan, bahkan berbicara dengan orang musyrik. Kamu tidak akan pernah bisa meyakinkan mereka. Bahkan, orang ingkar itu nantinya akan mengaku:

Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. (QS Luqmân [31]: 25)

Mereka akhirnya juga akan menerima adanya kekuatan gaib sebagai Khalik pertama—tapi mereka kemudian akan menyekutukannya dengan para pencipta lainnya. Beda mereka dengan Mukmin adalah mereka menganggap makhluk juga bisa menjadi pencipta. Kamu tidak perlu membuktikan keberadaan Allah pada mereka, tapi suruh mereka membuktikan, jika bisa, keberadaan para sekutu-Nya.

Cukuplah bagimu nasihat tentang pengakuan akan ketauhidan Allah di atas. Waktu itu sangat berharga: jangan kamu menyia-nyiakannya. Apabila sudah tidak ada lagi keraguan dalam pikiran dan hatimu yang bersih dan terjaga, mustahil iman ini bisa digoyahkan dengan bukti-bukti palsu.

Hal penting kedua bagi seorang murîd adalah mengimani bahwa tiada satu makhluk pun baik tampak maupun gaib yang menyerupai Allah Sang Mahatinggi. Tiada satu cacat pun pada-Nya.

Ada golongan yang karena ingin melihat wajah Sang Khalik, mereka malah tersesat menyekutukan Dia dengan manusia. Firman-Nya ini bisa jadi pegangan buatmu. Dia berfirman:

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia …. (QS Al-Syûrâ [42]: 11)

Segala pikiran, perkataan, karakter atau sifat yang tidak sejalan dengan prinsip ini adalah batil dan tak patut disematkan pada Sang Ilahi. Oleh karena itu, jangan mempertanyakan fakta bahwa tiada satu pun yang menyamai atau serupa dengan Allah karena itulah hakikat-Nya. Kebenaran ini juga dipertegas oleh sabda Nabi, “Allah ada tanpa permulaan (azal) dan belum ada sesuatu pun selain-Nya yang bersama-Nya.” Tabiin menambahkan pada pernyataan ini, “Dia ada seperti semula.” Dia ada sebelum dan sesudah menciptakan makhluk. Sebelum makhluk ada, tiada satu pun bentuk, tiada sedikit pun penambahan atau pengurangan. Walaupun Dia telah menciptakan makhluk, tetap saja tiada satu pun yang menyerupai-Nya. Tiada apa pun yang menyamai-Nya. Dia bukan sesuatu, tapi segala sesuatu berasal dari-Nya. Firman Ilahi bahwa tiada yang serupa dengan-Nya meruntuhkan pemikiran, klaim, dan penafsiran lainnya.

Kamu juga harus menerima, dan mengimani walaupun tidak paham, ayat-ayat mutasyâbihât dalam Al-Quran dan pernyataan taksa Rasulullah mengenai kesatuan dan penyebab pertama (the ultimate cause) serta sabda sahih para nabi yang kita terima. Kamu harus mencamkan bahwa arti semua kata ini adalah bagian dari pengetahuan Ilahi, dan karena itu kamu harus menerimanya. Makna agung dari semua ungkapan suci ini hanya bisa dipahami oleh para kekasih Allah yang ingin melihat sifat-sifat indah-Nya.

Tiada bukti lebih baik bagi kesempurnaan Sang Ilahi, yang swa-ada dan ada-Nya menjadi syarat bagi keberadaan sesuatu yang lain, selain firman suci:

Tiada satu pun yang menyerupai-Nya ….

Melalui ayat ini, Allah mengumumkan Ada-Nya, Zat-Nya, sifat ilahiah-Nya, kemuliaan-Nya. Oleh karena itu, camkan dalam hati dan pikiranmu prinsip ini, landasan iman ini, dan berimanlah kepada nabi Allah dan pesan yang dibawanya dari Kebenaran Ilahi, dan juga kepada perintah dan keadilan Allah. Selain itu, berimanlah kepada pesan-pesan kebenaran para nabi baik terang maupun samar. Cintailah keluarga mereka, terimalah misi kebenaran mereka. Jangan melontarkan celaan pada mereka. Jangan membanding-bandingkan mereka. Pandanglah mereka dengan penuh pujian seperti mereka digambarkan dalam Al-Quran dan sabda para nabi, karena itu adalah kebenaran. Tunjukkan rasa hormatmu, sebagaimana juga para nabi, kepada sifat yang membedakan insan kamil, dan juga kepada tempat-tempat suci. Terima dan imani tingkah laku dan kata-kata orang suci, bahkan walaupun kamu tidak memahami ahwâl dan keajaiban di baliknya.

Pandanglah semua makhluk, apalagi manusia, dengan niat baik—terima, setujui, maafkan, layani, dan cintai mereka. Jadikan niat baik itu hakikat hubunganmu dengan dunia. Dengarkan kata hatimu. Bersihkan hatimu. Berdoalah selalu dalam hati yang bersih untuk saudara-saudara seimanmu. Bantu dan layani sebisamu orang-orang yang menutup-nutupi penderitaan mereka, orang-orang yang berpuas diri dengan kemelaratan mereka, dan orang-orang yang sedang mengembara mencari kebenaran. Jangan merasa dirimu baik, bajik, agung karena telah melayani makhluk. Anggap dirimu berutang terima kasih pada orang lain yang dengan kerendahan hati sudah menerima pertolonganmu. Adalah kewajibanmu untuk meringankan beban orang lain. Apabila ternyata orang yang kamu tolong membalasmu dengan sesuatu yang menyakitkanmu—apabila balasan dan kebiasaan mereka buruk dan membuatmu bersedih, tunjukkan kesabaran dan ketabahanmu. Ingatlah selalu firman Allah:

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al-Baqarah [2]: 153)

Jangan sia-siakan hidupmu dengan sesuatu yang tiada guna dan jangan habiskan waktumu dengan bualan kosong. Melainkan, pantulkan dan ingatlah Allah, bacalah Al-Quran karena ia membimbing orang yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Bantulah orang untuk meninggalkan kejelekan dan kembali kepada kebaikan. Sambunglah silaturahmi. Ajaklah orang untuk menolong orang lain.

Bertemanlah dengan orang yang benar karena ia akan menjadi penyokong dan kawan musafir yang baik di jalan kebenaran. Dengan siraman dan cahaya teman-teman seiman, benih iman akan tumbuh menjadi pohon iman. Waspadalah ketika berada di sekeliling orang-orang yang menyamakan orang beriman dengan orang yang tidak beriman—tidak tahu dan masa bodoh apakah mereka Mukmin atau bukan. Mereka itu orang asing atau musuh kebenaran yang kamu yakini.

Carilah seorang guru sejati yang akan membimbingmu di jalan lurus. Ketika kamu mencari seorang pembimbing, lakukan dengan ikhlas karena keikhlasan adalah watak utama seorang pencari sejati. Apabila kamu ikhlas dan jujur, Tuhan pasti akan menampakkan sifat-Nya sebagai Petunjuk Sempurna dan mempertemukanmu dengan seorang guru sejati. Ketulusan adalah sebuah berkah yang apabila hadir dalam diri seorang pencari, Allah bahkan akan mengubah setan-setan terkutuk, setan dalam dirinya, yaitu hawa nafsunya, menjadi Malaikat Ilham yang melayaninya. Ketulusan bagaikan sebuah katalisator yang mengubah timbal menjadi emas dan membersihkan segala sesuatu yang tersentuh olehnya.

Terpenting bagimu, di antara hal yang paling kamu butuhkan, adalah memastikan kehalalan makanan yang masuk ke mulutmu. Kehalalan makanan dan segala sesuatu yang kamu nikmati di dunia ini adalah fondasi imanmu. Di atas fondasi inilah kamu bisa menegakkan agamamu.

Untuk sampai pada jalan ini, yaitu jejak-jejak para nabi, kamu harus melangkah enteng-enteng pada benda-benda duniawi dan enteng pada segala urusanmu dengan dunia ini. Isyarat pasti tentang beban berat yang akan memperlambat langkahmu adalah ketika kamu menjadi beban bagi orang lain. Jangan pernah jadi benalu maupun membiarkan orang lain memikul bebanmu. Terlebih lagi, jangan pernah menerima pemberian barang dan hadiah, baik untuk dirimu sendiri atau orang lain, dari orang yang hatinya keras seperti batu dan pulas dalam kelalaian.

Takutlah selalu kepada Allah—dengan segala sikap, perilaku, dan perkataanmu—dalam penghidupan yang dibolehkan kepadamu. Janganlah mencari kenyamanan dan kemewahan, terlebih apabila kamu tidak pernah bekerja keras untuk mendapatkannya. Penghidupan halal didapat saat kamu bekerja lebih keras dari yang seharusnya. Isyarat jelas bagi kehalalan harta bendamu adalah apabila ia tidak menjadikanmu kikir ataupun boros.

Waspadalah, apabila cinta dunia telah mengakar kuat di hatimu, ia akan menyempitkan hatimu sehingga luar biasa sulit untuk dikeluarkan dan dibuang jauh-jauh. Dunia ini adalah lahan ujian, maka jangan mencari kenyamanan dan kemegahan di dalamnya. Makanlah sedikit saja karena itu akan melapangkan hatimu, meningkatkan gairahmu untuk beribadah dan taat, dan membuatmu lebih giat dan tidak malas.

Bersihkan dan hiasi hari-harimu dengan ibadah. Tuhan Maha Pemurah mengundangmu dalam kehadiran-Nya 5 kali dalam sehari. Tunaikan shalatmu setiap kali Dia memanggilmu, 5 kali sehari, dan jadikan setiap shalat sebagai pengendali perilakumu hingga waktu shalat berikutnya. Harapannya, seorang Muslim akan berbuat baik selama jeda-jeda shalatnya.

Banyak orang berkeluh-kesah bahwa dunia ini, mata pencarian mereka, dan tugas mereka sebagai pelindung keluarga, telah menyita waktu ibadah mereka. Ketahuilah, pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, memperhatikan kepentingan orang lain, sesuai dengan akhlak mulia, dan semata-mata mengharap ridha Allah, adalah juga ibadah.

Allah menganugerahimu pikiran, pengetahuan, pekerjaan, kekuatan, dan kesehatan. Segala keberkahan dan kekuatan berasal dari-Nya. Pergunakan semua anugerah ini untuk mendapatkan rezekimu sebanyak-banyaknya, tapi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Apabila bisa, kumpulkan dalam satu hari bekal makan seminggumu. Contohlah Ahmad al-Sabti, seorang pangeran, putra Khalifah Harun al-Rasyid. Beliau mengoptimalkan segenap bakat, kekuatan, dan upayanya serta bekerja luar biasa keras di hari Sabtu. Dengan penghasilan satu hari, beliau bisa hidup selama satu minggu penuh. Beliau mencurahkan enam hari yang tersisa hanya untuk beribadah kepada Allah.

Setelah kamu shalat shubuh, berzikirlah hingga terbit matahari. Setelah kamu shalat ashar, tetaplah hadir bersama-Nya hingga terbenam matahari. Dua waktu ini adalah masa mengalir derasnya kekuatan dan pencerahan ruhaniah. Jaga hatimu tetap tersambung kuat kepada Allah dengan penuh tawaduk dan khusyuk.

Ada banyak sekali faedah dan kebaikan apabila kamu melaksanakan shalat sunnah 20 rakaat antara shalat ashar dan shalat maghrib, dan antara shalat maghrib dan shalat isya. Lakukan tambahan shalat sunnah 4 rakaat sebelum shalat zhuhur, sebelum dan sesudah shalat ashar, dan sesudah shalat maghrib. Tambahkan juga 10 rakaat shalat sunnah dua-dua setelah shalat isya dan 3 rakaat shalat witir sebagai penutup harimu.

Tidurlah hanya saat kamu sudah tidak mampu lagi melek. Makanlah hanya saat kamu lapar. Berpakaianlah hanya untuk menutupi tubuhmu dan melindunginya dari panas dan dingin. Biasakanlah membaca Al-Quran setiap hari. Peganglah Al-Quran dengan takzim saat kamu membacanya: pegang dengan tangan kirimu setinggi dada dan arahkan telunjuk kananmu pada setiap ayat yang kamu baca. Nyaringkan bacaanmu hingga batas kamu mendengarnya.

Bacalah dengan tidak tergesa-gesa dan renungkan dengan saksama makna dari setiap ayat. Berharaplah berkah dan rahmat Tuhanmu ketika bacaanmu sampai pada ayat-ayat yang mengilhami belas kasih-Nya. Jadikan peringatan dari setiap ayat itu sebagai teguran, dan ketika kamu membacanya, berjanjilah kepada Tuhanmu untuk sungguh-sungguh mematuhi perintah-Nya, bertobat, berlindung dalam belas kasih-Nya, dan mencari keselamatan. Ketika kamu membaca ayat-ayat yang menggambarkan sifat-sifat orang mulia, renungkan sifatmu sendiri. Memuji dan bersyukurlah kepada-Nya atas akhlak baikmu, merasa malulah atas sifat baik yang belum ada pada dirimu, lambungkan harapanmu untuk menjadi seorang Mukmin sejati. Ketika kamu membaca tentang dosa yang dilakukan oleh orang-orang tak beriman dan kaum munafik yang menyembunyikan dan menyelewengkan kebenaran, renungkan apakah dosa yang sama juga melekat pada dirimu. Jika iya, segeralah bertobat dan tidak mengulanginya. Apabila kamu merasa terbebas dari dosa seperti itu, berlindunglah dan panjatkan puji syukur kepada-Nya.

Perilaku baik adalah sarana yang mengubah niat menjadi amal baik. Oleh karena itu, ia menjadi modal terbesar bagi seorang pencari. Dalilnya adalah sabda seorang insan yang diberkahi dengan watak paling elok, penutup para nabi, Muhammad Saw., “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Penting bagimu untuk selalu berhati-hati sepanjang waktu, memperhatikan segala apa yang hinggap dalam pikiran dan hatimu. Pikirkan dan selidiki semua pikiran dan perasaanmu. Berjuanglah untuk mengendalikannya. Waspadalah atas hasrat nafsumu, jangan lagi kamu menurutinya.

Insaf dan merasa malulah di hadapan Allah, karena itu akan mendorong kamu tetap waspada. Kemudian, kamu akan memperhatikan perbuatan, pikiran, dan perkataanmu sehingga hatimu bersih dari pikiran dan perasaan yang buruk di mata Allah. Baru setelah itu, hatimu akan terbebas dari segala niat perbuatan yang tidak disukai oleh Allah.5

Manfaatkan waktumu sebaik mungkin, hiduplah di waktu sekarang. Jangan berangan-angan dan menghabiskan waktumu dalam kesia-siaan. Allah telah menentukan tugas, perbuatan, dan ibadah untuk setiap saatmu. Kenali ketentuan itu dan bergegaslah untuk menunaikannya. Pertama, amalkan perbuatan yang diwajibkan-Nya. Kedua, amalkan apa yang disampaikan-Nya melalui teladan Nabi. Ketiga, amalkan apa yang dititipkan-Nya sebagai perbuatan baik secara sukarela. Bekerjalah untuk membantu orang-orang yang butuh.

Jadikan segala perbuatanmu jalan untuk dekat kepada Tuhan dalam ibadah dan doamu. Anggap setiap perbuatanmu akan menjadi amal terakhirmu, setiap shalatmu akan menjadi sujud terakhirmu, dan tidak akan ada lagi kesempatan kedua bagimu. Anggapan seperti itu akan menjadi cambuk lain bagimu untuk selalu waspada, ikhlas, dan jujur. Allah tidak akan menerima begitu saja amal baik yang dilakukan tanpa kesungguhan dan keikhlasan.

Kebersihan adalah perintah Allah. Jagalah selalu kebersihan lahir dan batinmu. Setiap selesai berwudhu, lakukan shalat 2 rakaat, kecuali di waktu-waktu haram shalat: terbitnya matahari, tengah hari, dan tenggelamnya matahari.

Terpenting, kamu perlu akhlak mulia, watak baik, dan perilaku benar; kamu harus mengenali keburukan pada dirimu dan menghilangkannya. Pergaulanmu dengan orang lain harus dibangun atas akhlak mulia tapi pengertiannya bisa jadi beragam sesuai dengan situasi dan kondisi.

Siapa saja yang mengabaikan satu titik akhlak mulia, ia tergolong orang yang berwatak buruk dalam tingkatan yang berbeda-beda. Watak dan perilaku baik memiliki tingkatan yang berbeda pula. Perilaku bukanlah sebuah bentuk yang pengamalannya harus sama pada setiap orang dan setiap kesempatan. Kamu harus mempertimbangkan setiap situasi dan kondisi, setiap orang, sesuai dengan kebutuhan si orang tersebut. Pedoman yang perlu diingat adalah apabila suatu perbuatan bisa membawa keselamatan, kebenaran, kenyamanan, kedamaian, dan ketenangan kepada orang lain, kepada diri sendiri, dan kepada orang sebanyak mungkin, maka itu adalah perilaku baik—asalkan ia tidak dilakukan demi keuntungan pribadi, melainkan atas nama Allah. Bukankah manusia adalah pelayan Allah? Bukankah hidup dan amalnya mengandalkan takdir Ilahi? Manusia hidup dalam sebuah bingkai yang tidak bisa ia tinggalkan. Kehendaknya, kebebasannya untuk memilih, takdir yang tertulis di dahinya, ada di tangan Sang Mahakuasa yang menjadi sumber segala tindak dan gerak.

Perilaku baik adalah sarana yang mengubah niat menjadi amal baik. Oleh karena itu, ia menjadi modal terbesar bagi seorang pencari. Dalilnya adalah sabda seorang insan yang diberkahi dengan watak paling elok, penutup para nabi, Muhammad Saw., “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Allah berfirman dalam Al-Quran:

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi siapa saja memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya dari Allah. (QS Al-Syûrâ [42]: 40)

Hukum agama di atas menyatakan bahwa kamu diberikan kebebasan untuk meminta atau meninggalkan hakmu. Pilihlah untuk meninggalkan hakmu dan jadilah pemaaf, bukan penghukum agar nanti kamu termasuk ke dalam golongan yang berbelas kasih, suka damai, dan baik, dengan ganjaran sesuai janji Allah.

Marah dan memberikan hukuman juga termasuk akhlak baik asalkan dibenarkan oleh hukum agama. Amarah dan segala perwujudannya merupakan dosa besar apabila dilakukan karena balas dendam. Tetapi, amarah boleh dan benar, bahkan bagian dari perilaku dan watak baik, apabila dilakukan kepada pembangkang Allah, ajaran-ajaran suci-Nya, atau ditampakkan dan diperjuangkan di jalan Allah. Lebih baik bagimu memisahkan diri dari orang yang tidak seiman denganmu, orang yang tidak seperbuatan denganmu, dan orang yang menentang imanmu. Tapi pada saat bersamaan, tidak diperkenankan bagimu berburuk sangka kepada mereka atau mengutuk mereka. Sikapmu menjauhi mereka harus karena niat ingin memilih berteman dengan sesama Mukmin. Daripada bersama mereka, lebih baik kamu habiskan waktumu dengan berzikir, memuliakan, dan menyembah Allah. Perlakukan dengan baik orang-orang yang mengandalkanmu: atasanmu, anak-anakmu, istri atau suamimu, ibumu, sanak saudaramu, teman-temanmu, hewan peliharaanmu, dan juga tanamanmu. Mereka semua adalah ujian dari Allah untukmu. Kamu berada dalam asuhan-Nya. Layani dan rawat mereka sebagaimana kamu ingin Sang Maha Tunggal merawatmu. Rasulullah Saw. bersabda, “Kepada Allah-lah segala makhluk bergantung.” Allah mengamanahkan kepadamu salah satu tanggungan-Nya, semisal keluargamu. Itulah mengapa Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang memberikan perlakuan terbaik kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya.” Perlihatkan cinta, kasih sayang, kelembutan, kemurahan hati, dan perlindungan kepada orang-orang yang berada dalam tanggunganmu—dan sejatinya, kepada siapa saja. Apabila kamu ingin kasih sayang dan perlindungan Allah, ingatlah bahwa kamu sendiri bergantung kepada Sang Maha Tunggal, tuan dan pemilik segala hal.

Ajarkan firman Allah dalam Kitab Suci-Nya dan akhlak Islam kepada anak-anakmu. Persiapkan kondisinya sebaik mungkin agar mereka dapat mengamalkan apa yang telah kamu ajarkan. Lakukan itu tanpa mengharapkan balasan apa pun dari mereka. Mula-mula, ajari mereka untuk tabah, sabar, dan berpikir. Jangan menanamkan cinta dunia ke dalam hati mereka. Didik mereka untuk tidak menyukai hal-hal duniawi yang menimbulkan rasa bangga—barang mewah, pakaian bagus, makanan dan minuman enak, ambisi berlebihan—karena semua hal ini, apabila sudah terpenuhi, akan mengurangi nilai baiknya di akhirat. Jangan biarkan anak-anakmu terbiasa dengan benda-benda bagus; cegahlah kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Awas jangan sampai didikan ini, yang kesannya keras, menumbuhkan dalam dirimu watak buruk berupa kikir kepada anak-anakmu. Lakukan didikan ini dengan rasa hormat dan cinta kepada agamamu.

Jangan berdekat-dekat dengan mereka yang abai, mereka yang menjadi budak hawa nafsunya. Orang-orang seperti itu menjauhkan hati dari cahaya kebenaran dan menjerembabkannya ke dalam lubang gelap kelalaian, sebagaimana yang mereka lakukan pada hati mereka sendiri. Apabila kamu sedang bersama mereka, hadapi dan nasihati mereka. Apabila mereka berpaling darimu, itu karena mereka tidak bisa membedakan muka dari punggung mereka. Jangan menikam mereka dari belakang. Turuti kemauan mereka, muka atau punggung yang mereka hadapkan kepadamu. Mereka mungkin saja nanti menyukai dan menghormatimu dan tanpa disangka-sangka malah terikat kepadamu dan mengikutimu.

Jangan pernah berpuas diri dengan ahwâl spiritualmu. Tingkatkan terus tanpa pernah berhenti. Dengan penuh keyakinan, berdoalah kepada Allah agar terus menaikkan ahwâl spiritualmu ke jenjang yang lebih tinggi. Ikhlas dan jujurlah dalam setiap ahwâl, setiap langkah, setiap gerak dan diam. Selalulah bersama Sang Kebenaran Sejati. Jangan pernah melupakan-Nya. Rasakanlah selalu Kehadiran-Nya.

Belajarlah untuk memberi, saat kamu lapang maupun sempit, bahagia maupun berduka. Inilah bukti imanmu kepada Allah. Berusahalah memenuhi kebutuhan orang yang kekurangan. Inilah penegasan bahwa rezeki setiap orang sudah ditentukan oleh Allah dan tidak akan pernah tertukar. Inilah bukti kepasrahanmu kepada Allah.

Seorang kikir adalah seorang pengecut. Setan terkutuk membisiki telinganya bahwa kematian itu tidak ada dan ia akan hidup selamanya; bahwa dunia ini kejam; bahwa jika ia memberi maka ia akan jatuh miskin, tidak lagi dihargai, dan sendirian; bahwa jangan sampai ia dikelabui oleh kecukupan yang dimilikinya sekarang, karena tiada seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari. Lebih buruk lagi, apabila si kikir hanya punya sedikit harta, setan akan bilang padanya bahwa hartanya itu akan segera berkurang. Tiada seorang pun yang akan menolongnya; ia akan menjadi beban bagi orang lain dan dibenci pula. Ia harus menjaga dirinya sendiri. Apabila bisikan-bisikan setan ini memenangi hati seseorang, niscaya orang itu akan masuk neraka. Sebaliknya, apabila orang membuka telinganya kepada Allah, niscaya ia akan mendengar firman-firman suci-Nya. Allah berfirman dalam Al-Quran:

Lihat selengkapnya