Lampu neon mencolok menerangi gemerlap malam. Dentum musik keras seakan berdetak dalam hati. Sengat aroma menguar dari gelas mewah yang diteguk isinya. Di sana ada Tamara, duduk di salah satu kursi yang menghadap meja bar panjang, melepas penat hari ini. Dia menolak setiap ajakan untuk bergabung ke lantai dansa. Di tempat duduk itu, tubuhnya diayun ringan oleh irama sembari mengetukkan jari.
“Hei.”
Salah satu temannya datang menghampiri. Pria yang tampak sebaya dengannya itu duduk di sebelahnya membawa minuman sendiri. Tamara berhenti menikmati suasana. Dia tidak mengekspektasikan kedatangannya sama sekali. Mulutnya enggan bertanya ada apa gerangan, hanya melempar tatapan bertanya-tanya tanpa terlalu merasa penasaran.
“Nggak jawab sapaanku? Kamu cuek kayak biasanya, ya.”
“Oh. Hai, Dion.”
Dion terkekeh geli. “Gimana kerjaan? Aku lihat iklan produknya sudah diperbaharui, ya?”