SEMESTA MASIH MERESTUI

Nurhidayati
Chapter #1

PROLOG

Mau menunggunya sampai kapan?

Tahun 2015 adalah saksi bisu tahun dimana semua mimpi yang ia katakan bisa terwujud di tahun depan. Ia akan meraih gelar sarjana lalu menikah dengan lelaki yang ia cintai dan katanya balik mencintainya. Gimana yah. Sebenarnya aku ingin mengatakan ini lebih awal kalau lelaki yang dipacarinya tidak sebaik yang ia pikir karena aku merasa bahwa sahabatku saja yang mencintainya sedangkan lelaki itu entah siapa namanya aku lupa sepertinya sudah tidak secinta dulu. Sahabatku itu sudah lama memacari lelaki itu. Kita sepakat saja yah kalau kita akan memanggil lelaki itu karena jujur aku lupa namanya. Katanya lagi sahabatku itu juga sudah dari zaman SMA pacaran. Yaelah awet amat yah pacaran dari 2012 masih aja sama si lelaki itu. Bukannya nggak boleh awet tapi coba deh bayangin kalau semisal kalian nih semua pacaran lama amat tapi tujuan nggak jelas harusnya lebih dipertanyakan dan yang aku kurang berkenan aja. Maaf yah bahasaku belepotan. Habisnya yang jago nulis kan sahabat aku bukan aku dan maaf juga nih kalau aku sabotase laptopnya soalnya password laptop gampang banget. Enam kata dan semuanya sama. Ia bahkan dengan terangan-terangan bilang kalau “one password all accounts”yang sudah jelas semua password yang ia buat ia gunakan untuk semua akun social media yang ia punya. Mulai dari facebook, twitter, instagram, blog dan email yang biasa ia gunakan untuk mengirim tugaspun sama. Menurutnya itu hal paling efektif buatnya karena selain daya ingatnya yang bagus daya pelupanya juga bagus. Oleh karena itu ia memilih menerapkan pepatah yang ia buat barusan. Ia emang nggak bisa diandalkan dalam hal-hal tekhnologi apalagi bikin power point. Jangan bikin ppt yang bagus buat menarik dosen pas presentasi yang ada layar monitor laptopnya saja berantakan dan aku yang merapihkan itu semua dengan cara memarahinya juga. Satu hal yang khas dari sahabatku itu. Menurutnya semua hal itu penting dan saking pentingnya semua tulisan yang katanya penting ia masukin ke dalam layar power point yang seumprit itu. Jelas lah aku nggak terima. Jadi kalau kami sekelompok. Lebih tepatnya kami selalu ada dalam kelompok yang sama aku yang jadi master of editing dan finishing hasil tulisannya mau makalah, artikel, atau bahan-bahan penting lain yang biasa jadi tugas selama kuliah kami. 

Lihat selengkapnya