SEMESTA MASIH MERESTUI

Nurhidayati
Chapter #3

Bab 2_The Dream Team

Hari ini adalah hari kamis. Untungnya hanya ada dua kelas pagi ini dan nggak perlu balik malam. Bukan masalah sih buatku tapi lama kelamaan badan semakin melar juga kebanyakan di isi angin malam dan bikin aku sering masuk angin. Makanya aku sering pakai jacket yang kata Alinda lebih mirip kang Ojek daripada mahasiswa sedangkan aku nyaman-nyaman saja dengan jacket ini lebih tepatnya nggak ada lagi jacket yang agak kinclong buat dipakai datang ke kampus. Aku memarkir motorku di DPR dengan santainya sembari melepas helm dan juga mengambil kunci yang takutnya menggantung dimotor dan siapa tahu ada orang khilaf yang sengaja mau bawa motor yang masih dalam status pinjaman ini.

Berjalan santai menuju kelas C6 di gedung C yang bersebrangan dengan gedung B. Memasuki lorong kelas dan kini aku tersenyum kecil ternyata semesta memang merestui langkah kami. Di depan sana kulihat ada sesosok makhluk mungil yah maksudnya ada seorang gadis yang seperti biasa berjalan dengan tergesa-gesa. Sebenarnya aku nggak paham dengan cara berjalan gadis tersebut. Siapa lagi kalau bukan Alinda Nur.

Dikejar maling enggak? Maling yang takut sama dia!

Sesampainya di depan pintu kelas. Beberapa teman kampus kami menoleh bersamaan dan kini aku tahu penyebabnya apa.

“Miss, baju kamu couple yah sama Erik?” celetuk Aprilia yang tengah menahan senyum menggoda dan dibalas oleh Dito. “Ah, cie... sama banget warnanya!”

“Jodoh kayaknya kita.” ucapku menggoda namun subjek yang ku goda biasa aja. Alinda malah balik bertanya. “Emang ini hari apa sih?” tanya Alinda ketus sembari membetulkan letak kacamatanya. 

“Hari kamis, Linda...”

“Pantesan!”

“Pantesan apa, Linda?”

“Emang entah kenapa dengan hari kamis, pasti baju kita sama warnanya, padahal nggak janjian.”

“Iya gitu?”

“Kamis minggu kemarin aku pakai kaus warna orange dan kamu pakai baju kemeja orange dan sekarang kamu pakai kaus putih dan aku pakai kemeja putih.”

“Bisa gitu yah?”

“Jangan ngikutin!”

“Lah siapa yang ngikutin!?”

“Udah... Udah masih pagi juga berantem aja nih kalian.” Suara Shera Pramesti menghentikan argumen kami dan perhatian kami teralih kala melihat Shera Pramesti datang pagi dan ini bahkan belum jam delapan pagi.

“Alhamdulillah Shera, akhirnya kamu bisa masuk pagi juga.” ucap Alinda penuh syukur sembari mengusap pelan lengan Shera bangga. Sementara Shera hanya mengangguk singkat lalu mengeluarkan ponselnya.

“Bagus yah, sejak kamu gaul sama Linda, lebih beradab aja.” Komentarku yang kembali dibalas anggukan.

Karena sebentar lagi kelas akan mulai kami pun memasuki kelas dan menempati posisi duduk masing-masing. Aku memilih kursi belakang karena aku ingin menikmati hidup tanpa harus banyak maju ke depan terlebih kabel cas untuk laptop dibelakang lebih banyak daripada jajaran kursi di depan. Akhirnya aku pun membuka notes dimana aku menyimpan semua catatan kami. Catatanku tidak serapi Linda tapi lebih tertata karena seperti ku bilang kalau aku hanya menulis yang penting bukan semua dimata aku penting berbeda dengan gadis yang selalu seperti biasanya ada di barisan paling depan dekat meja dosen lebih tepatnya di kursi paling pojok kelas kami. Ia senantiasa menyimak setiap penjelasan dosen kami dengan wajah seriusnya kadang aku ingin sekali melempar wajah kecilnya dengan tipe-x karena menurutku hidup harus kita yang nikmati bukan harus orang lain saja yang menikmati melainkan kita meratapi.

Mata kuliah Language Acquistion adalah mata kuliah favourite Alinda karena katanya dosennya keren padahal jelas-jelas masih keren aku tapi kalau aku bilang sebenarnya yang ada Alinda menimpuk aku dengan binder orange miliknya. Mr. Kaswan adalah seorang dosen handal yang selain senang mengajar beliau juga senang menulis. Banyak sekali buku yang sudah ia terbitkan dan tebak sajalah kalau kami pasti membeli buku beliau selain karena bermanfaat juga kami ingin nilai tambahan. Dosen kami adalah dosen yang tenang dan sopan. Beliau tipe bapak-bapak yang luwes dan berwawasan luas serta struggle dalam hidupnya. Bukannya sok tahu tapi karena bapak satu ini sering memberikan prlog sebelum mengajar akhirnya aku tahu karena gadis bebal yang bernama Alinda juga sering memujinya dengan kalimat yang sama. “Aku bangga deh sama Mr. Kaswan, udah pintar, calm, dan dia terbitkan banyak buku. Menurut kamu aku bisa nggak, Er?” 

Aku sengaja menebalkan kalimat panjang tersebut karena bayangkan jika kalian ada di posisiku. Every single moment yang ada kaitannya sama beliau Alinda pasti hafal setiap kejadiannya dan ia akan terus mengoceh panjang kali lebar demi membuat aku mengangguk ke sekian kalinya. Waktu itu aku sempat membuat meme dengan wajah dosen favouritenya dan kalian tahu Alinda yang saat itu melihat postingan dariku di group kelas langsung memukulku membabi buta. 

“Ngapain Er, nggak boleh itu, dosa!”

“Hahaha... Seru-seruan aja. Hanya sekali doang!”

“Sekali apaan? Lihat! Orang-orang pada ketawa. Dosen sendiri nanti ilmunya nggak berkah.”

“Lagian kita juga belum tentu pake ilmu dari beliau kalau udah kerja.”

“Yah tapi setidaknya jangan dibikin meme begitu.”

Lihat selengkapnya