SEMESTA MASIH MERESTUI

Nurhidayati
Chapter #10

Bab 9_Gimana Tuhan? kepikiran terus

Minggu pagi adalah jadwal rutinku beribadah di salah satu gereja di daerah rajawali yang ada di kota Bandung. Kami sekeluarga memang biasa menetap di satu gereja yang kebetulan Papa ku orang yang sangat taat beribadah dan kami menganggumi itu semua. Jangan tanya mengapa aku tak menceritakan keluargaku yang jelas aku terlahir dari lingkungan yang religius meski agama kami bukan mayoritas namun ternyata Tuhan memberikan makna lain saat aku mulai kuliah di Bandung terpisah dengan orang tuaku yang jauh disebrang sana dan hidup bersama Om dan Tanteku biasanya aku selalu beribadah di minggu pagi bersama mereka tetapi kali ini aku yang pergi lebih dulu karena Tante dan memilih ibadah pada jam selanjutnya. Mungkin dimata orang lain aku terlihat slengekan dan acuh namun urusan ibadah aku selalu menomersatukannya karena kita berasal dari Tuhan dan akan kembali lagi ke Tuhan. Merasakan suasana gereja yang khidmat diiringi lagu yang penuh syukur meminta kepada Tuhan petunjuk mengenai hidupku selanjutnya. Setelah do’a tutup kami semua merasakan nikmat yang tak terkira karena akhirnya kami bisa berada di lingkaran yang sama. 

Ketika hanya ada aku dan Tuhan aku bisa merasakan bahwa hidupku istimewa. Terlahir dari keluarga yang sangat menyayangiku. Kedua kakakku yang sangat mendukung apapun kegiatanku membuatku merasa bahwa aku cukup senang menjadi anak bontot dari keluarga Ganjar. Aku sadar sudah lama aku tak mengeluh dan menceritakan kisahku kepada Tuhan bahwa sejujurnya aku memiliki rasa asing pada salah satu umat-Nya. Kini yang aku harapkan adalah apa yang semestinya ku lakukan selanjutnya. Aku hanya berharap Tuhan memberikan seseorang yang sejalur dan seiman denganku yang tentunya bisa menerima aku apa adanya namun beberapa kali aku selalu menyukai gadis yang berbeda keyakinan denganku dan berujung dengan perpisahan. Sebelumnya mungkin aku selalu berkata bahwa aku memang sulit melupakan mantanku yang ku pikir sudah memberikan perasaan nyaman dan memaklumi perbedaan kami terutama keluarganya yang welcome setiap kami berkunjung namun akhirnya kami putus karena ia tak tahan dengan segala perbedaan ini hingga akhirnya aku memilih mengiyakan keputusannya.

Aku ingat dalam alkitab yang ku baca “Serahkan segala kekuatiranmu kepada-Na, sebab Ia yang memelihara kamu.” Maka ketika aku menemukan diri dalam kecemasan aku pun akan mengingat sang pemberi rasa guna meminta keputusan yang semoga saja tak akan ku sesali nantinya. Dulu aku berharap semua bisa berjalan dengan semestinya. Kuliah kerja lalu menikah namun entah seperti apa Tuhan menakdirkan kenyamanan ini perlahan timbul memasuki hati yang sejujurnya tak bisa menampik bahwa hal ini mungkin saja berarti namun sekali lagi aku tak bisa mengatakan ini rasa yang selalu orang sebut sebagai cinta karena cinta bermakna sangat luas.

Bukankah cinta anugerah dan aku yakin anugerah itu akan segera datang jika kita terus meminta kepada Tuhan. Tak mau berburuk sangka karena Tuhan senantiasa mendengar dan mencatat semua amal baik kita. Beberapa hal yang ingin aku sampaikan mungkin Tuhan sudah mengetahuinya namun entah kenapa hatiku sakit saat mengingat tatapan sendu gadis bebal itu. Menyatukan kedua tanganku lalu berpangku serta bersimpuh di tempatku sembari menunduk lalu mengucapkan do’a.

“Hanya berharap petunjuk dari-Mu dan berikan ia kebahagiaan.”

Selepas beribadah, aku pun melanjutkan kegiatanku ke tempat lainnya aku sudah lama aku bergabung dengan salah satu komunitas pemuda cinta damai disekitar gereja ini dan aku mulai menikmati segala aktivitas kemanusiaan disini. Banyak sekali yang bisa ku ambil dari beberapa kawanku di sini mulai dari pengalaman hidup, mencintai pekerjaan dan juga membuka peluangku untuk mendapatkan jodoh yang seiman. Namun sayangnya setelah selesai acara pun aku masih memikirkan bagaimana perasaan ‘berbeda’ ini terhadap Alinda.

Dulu aku tengah mencoba meyakinkan bahwa perihal keyakinan bisa ku atasi seiring berjalannya waktu namun ketika mantanku meminta putus dengan alasan ini aku tak bisa menerima perasaan lain yang nantinya hanya akan melukaiku. Karena sekali saja aku membiarkan ada celah diantara kami maka aku akan merusak segala perubahan itu dengan secara sadar aku akan kehilangan sahabat serta kehilangan perasaan yang jujur aku tak tahu apa. Sebaiknya aku segera menghindarinya namun aku aku coba mengatakan bahwa sebenarnya mungkin saja yang ia rasakan salah. 

*****

Kalau diingat-ingat kembali rasanya aku pernah mengalami masa dimana aku kesulitan membuat keputusan namun saat ini aku tak bisa memperlihatkan itu semua karena ada banyak hal yang harus ku selesaikan mulai dari skripsiku dan proses pencarian kerja serta perasaanku yang entah apa ini. Jika ku putar memoriku lagi aku selalu mengandalkan gadis bebal yang kini dengan santainya memakai handsfree setelah kelas selesai dan kami masih memutuskan banyak hal untuk sesi foto kelas terakhir kami.

Jika biasanya aku akan merecokinya kini aku malah menikmati bagaimana ia membaca novel yang tebalnya hampir sama dengan kamus John. M Echols yang saat awal semester selalu menemani kami. Aku hanya tersenyum kecil mengingat perdebatan kami selama beberapa tahun terakhir. Mungkin kalian pikir kebanyakan lelaki akan membayangakan yang tidak-tidak tentang gadis. Yah, aku tidak menyangkal itu semua karena otak kami mudah terhubung dengan pikiran hentai seperti itu namun kali ini berbeda. Gadis bebal yang kini memakai batik biru bermtif bunga yang kebetulan mencetak lekuk tubuhnya membuatku berpikir dibalik kemeja yang ternyata sering ia kenakan terdapat tubuh kecil berisi yang terawat dan sekarang yang membuatku tertawa gadis bebal itu memakai sneaker yang ku sarankan dan ternyata pas dengan kaki kecil yang ku tahu berukuran 39. Semua yang melekat padanya sangat jauh berbeda denganku yang selalu ia katakan jangbad alias jangkung badag. HAHAHA.

Ingatan 1

Kami. Lebih tepatnya aku dan Alinda yang baru saja mengerjakan tugas di rumah Bian memutuskan untuk kembali ke kampus karena aku ada latihan padus bersama anggota padus. Alinda yang selalu ada dan mengintili a.k.a mengikuti kemanapun aku pergi mau tak mau ikut ke dalam boncengan motorku dan aku tengah iseng bertanya padanya.

“Waktu itu kamu jadi copy film dari laptop aku?”

“Iyah, aku dah nonton November Man. Menurutku nggak seru ceritanya flat dan nggak kayak film action biasa yang aku tonton.”

“Ok. Aku hapus.”

“Terus kamu nggak jadi copy film dari folder D yang aku bilang.”

“Ish! Kamu kan bilang itu semua koleksi film bokep kamu!”

“Iya, siapa tahu aja kamu mau belajar.”

“Belajar nanti aja langsung nggak usah nonton biar khusyu.”

“HAHAHAHAHA.”

“Ketawanya kencang banget, puas yah?”

“Puas dong. Service Alinda Nura selalu diatas rata-rata.”

“Er, ini untung kita diatas motor yah jalan sepi juga nggak kebayang kalau pas macet kamu ngajak ngobrol aku. Malu lah...”

“Kamu nggak tahu? Nonton bokep itu refreshing lho buat otak.”

Lihat selengkapnya