SEMESTA MASIH MERESTUI

Nurhidayati
Chapter #11

Bab 10_Ku bonceng kamu

Kami tengah menunggu di pelataran parkir kampus yang luas. Aku sudah cerita bukan bahwa kampus kami memiliki tempat parkir yang luas dan aku tengah menghitung jumlah anggota kelas yang hampir siap tinggal menunggu sedikit lagi. Disampingku ada Bian, Silvi, Shera dan Alinda yang sedari tadi mematut dirinya ke cermin kecil yang ada ditangannya. Sudah ku hitung-hitung sedari awal ia datang sudah belasan kali cermin tersebut ia lihat untung saja cerminnya tidak pecah dan untung saja mataku saja yang awas akan kehadirannya dan Alinda nampaknya santai saja tanpa peduli kehadiran orang disekitarnya. Aku memutuskan memakai kemeja ungu tua yang kupadukan dengan dasi dan lengan kemeja yang kugulung setengah demi memamerkan otot lenganku yang kata Alinda tiada duanya dan aku pun memakai jins hitam dengan sneaker yang senada tak lupa juga jam tangan yang ku pakai di tangan kananku. Sementara beberapa dari kami seperti Silvi memilih memakai batik cokelat dengan cardigan hitam dan rok span hitam. Bian juga hampir sama setelannya denganku hanya saja kemeja yang ia gunakan berwarna marron dengan bawahan celana bahan berwarna hitam di sebelahnya ada Shera yang memakai blazer cokelat dengan dress yang berwarna sama namun lebih terang. Terahir ada Alinda yang memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam dan ungu lengkap dengan celana bahan dan kerudung hitam.

Kami sudah siap dan tak menunggu lama lagi kami pun melaju dengan kendaraan masing-masing yang tentunya sudah dengan boncengan masing-masing. Alinda sudah memakai helm yang katanya ia sudah memilikinya sejak lama hanya tinggal motornya saja. Kami menuju ke studio photo di daerah Jalan Banda Kota Bandung. Setelah Rita dan Aprilia memastikan semua administrasi akhirnya kami pun mengantri dan mempersiapkan diri dengan baik karena inilah photo terakhir kami. Ketika giliran kami tiba akhirnya kami pun melangkah memasuki studio photo yang luas hingga akhirnya kami mulai diarahkan untuk melakukan beberapa sesi photo. 

CKREK

Tak butuh waktu lama sebenarnya karena kami disini bertujuan untuk menyimpan kenangan dan membelinya namun selesai sesi photo kami beristihat sejenak setelah memutuskan lewat monitor photo mana yang akan kami cetak. Aku memastikan semua anggota kelas ada di depanku dan setelah mengucapkan terima kasih atas partisipasi mereka kini aku membebaskan mereka dengan tujuan mereka yang berbeda-beda. Ada yang ingin makan atau jalan-jalan, ada yang hendak menonton ada pula yang langsung pulang karena hari sudah hampir malam. Alinda muncul setelah sholat maghrib dan wajahnya yang segar karena terlihat masih basah.

“Kamu mau pulang Er?”

“Mau kemana lagi? Photo udah? Kamu juga udah sholat kan?”

“Iya sih, aku pengen gitu kemana gitu main tapi jauh juga yah kalau dari sini ke Jalan Merdeka.”

“Kamu mau ke toko buku kan? Lagi malas lah ke sana. Makan aja gimana? Ada tempat makan enak yang biasa aku makan disana.”

“Wah boleh deh. Gini aja deh karena aku selalu ngerepotin kamu nebeng kamu kemana-mana. It’s on me!”

“Yakin nih? Lagian nggak masalah juga kali Alinda.”

“Nggak, seriusan kapan lagi aku bisa makan jalan bareng kamu. Biasanya kita nugas aja.”

“Yaudah, yuk nanti keburu malam.”

Alinda pun menaiki motorku dan hanya dua puluh menit kami pun sampai di sana kebetulan tempat makan itu bernama Warung Nasi SPG yang terletak di sebrang jalan di belakang mesjid agung. Jangan tanya aku kenapa namanya SPG aku juga tak tahu yang pasti makanan disini enak itu saja yang ku tahu. Setelah memastikan motor yang ku parkir aman akhirnya aku pun membuka helm dan Alinda yang antusias mengikutiku dari belakang. Kami makan dengan khusyu dan tanpa canggung. Aku meminta Alinda menambahkan lalapan untuk untuk makanan kami karena aku merasa ia tak banyak memakan lalapan namun ia sangat lahap memakan ayam krispi yang ada di piringnya.

“Enak juga yah, makan disini.” komentar Alinda saat ia baru selesai menyantap hidangannya. “Yah lumayan kan? Enak juga suasananya pinggir pohon besar dan adem.” ucapku setelah mencuci tangan dalam kobokan yang tersedia lalu mengelap tangan dengan tissue.

“Biasanya aku makan disini kalau habis ketemu sama kakak keduaku.”

“Oh iya, kakak kamu dua-duanya di Bandung makanya kamu bisa di sini.”

“Kamu juga toh ujung-ujungnya bisa stay di sini meski emang kuliah aja.”

“Aku berharap aku beneran bisa tinggal di Bandung selamanya.”

Lihat selengkapnya