“Dengan ini Rumah Sakit Supraba resmi beroperasi. Semoga rumah sakit ini menjadi berkah bagi banyak orang yang membutuhkan. Menyembuhkan lebih banyak pesakitan. Dan terus bahu-membahu menciptakan sarana dan prasana kesehatan dengan tenaga medis yang kompeten. Saya, Gatra Supraba, mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan media yang berkenan hadir pada acara peresmian hari ini. Silahkan menikmati hidangan sebagai bentuk ucapan syukur kami atas hari baik ini.”
Ruangan itu riuh oleh tepuk tangan awak media. Entah apa yang membuat mereka sangat bersemangat. Peresmian rumah sakit ini, hidangan yang disediakan atau Gatra Supraba yang baru saja kembali dari Amerika dan langsung dipercaya oleh ayahnya mengelola rumah sakit ini. Hanya ada satu orang yang tidak terlihat bertepuk tangan, makhluk cantik berkacamata yang memandang Gatra dengan mata yang mengandung begitu banyak tanya.
Arutala sedang mengetik pesan singkat melaporkan singkat peresmian rumah sakit ini saat dirinya menyadari tengah di perhatikan seseorang.
“Hay Arutala, kangen gue gak?”
***
Arutala sibuk membaca di pinggir lapangan bola. Sekolah terlihat sepi. Jam pulang sekolah memang sudah berakhir sejak tadi. Yang tinggal di sekolah hingga sore ini hanya anak-anak yang terlibat dalam ekstrakurikuler saja. Di lapangan bola sana terlihat anak laki-laki berlarian berkejaran bola, sesekali berteriak kegirangan atau teriakan kesal karena tidak berhasil menciptakan gol. Gatra terlihat berlari keluar lapangan menghampir cewek yang sibuk membaca, seakan hanya ada dia dan bukunya di dunia ini.
“Lo baca buku mulu. Level ketua osis mah beda sih ya.”
Arutala tidak bergeming. Buku yang sedang dipegangnya ditarik Gatra.
“Peraturan nomor satu..”
“Sshhh! Apaan iya gue dengerin!”
“Kenapa sih cuekin gue mulu. Di sekolah ini kayanya yang berani cuekin gue cuma lo deh”
“Oh iya gue lupa sedang bicara dengan Yang Mulia Gatra kesayangan SMA Kencana, jadi Yang Mulia butuh apa dari hamba?” Arutala mulai mengeluarkan sarkasmenya.
“Bhahahaha. Bagus juga ya panggilan Yang Mulia, panggil gue kaya gitu terus ya Arutala wahai hambaku. Aw! Tu kan nginjek mulu kannnnnn!”
“Makanya gausah jadi manusia menyebalkan. Ini lo pulangnya masih lama? Gue balik sendiri aja deh gausah dianter.”