Semestanya Arutala

Denting Piano
Chapter #13

JINGGA

Arutala mengerjap-ngerjapkan matanya. Saat sadar dirinya berada di atas kasur Arutala terbangun dan langsung mengecek bajunya. Lengkap. Dia masih mengenakan baju yang semalam. Sepertinya semalam dirinya tertidur di sepanjang jalan. Berarti yang memindahkannya dari mobil ke kamar…

Morning sleepyhead!” Gatra menyapanya dari pintu yang terbuka. Rambut cowok itu basah menunjukkan dia habis mandi.

“Loh kok lo di sini? Kita sekamar? Hah? Ini apaan dah Gat? Aduh kita gak aneh-aneh kan? Gat!!!”

Gatra tertawa. Renyah sekali. Ditariknya tangan Arutala ke balkon yang ada di kamar. Arutala di sapa semilir angin dipadukan hangat mentari pagi. Di bawah sana terlihat debur ombak bergelung di seberangan bangunan tempat mereka berdiri. Bersanding dengan kolam renang yang ada di bawah sana.

“Kita di mana Gat?”

“Beruntung banget gue bisa nemuin cottage gak jauh dari desanya almarhum Bi Sum. Yang buat tempat ini jago banget investasi. Karena tempatnya deket sama laut spot yang dipilih jadi bagus banget mau pagi atau petang. Kece kan Tal?” Gatra menoleh ke cewek yang sedang berdiri di sebelahnya. Rambut sebahu Arutala terurai berantakan diterpa angin. Mereka seakan sedang bercanda di tiap helainya. Cahaya matahari yang menyinari wajah cewek ini membuat kulitnya mengkristal. Kulit cewek ini seperti bayi, sekali lihat Gatra juga tahu Arutala tidak sering menggunakan makeup. Tangannya terjulur mengelus pipi cewek itu, tidak tahan dengan daya tariknya.

“Ngapain lo pegang-pegang?” Arutala mundur menghindari sentuhan Gatra.

“Ada iler.” Jawab Gatra santai meninggalkan Arutala di sana. Arutala hanya tidak tahu Gatra sedang menutupi rona di wajahnya yang terpesona akan cantiknya cewek ini ketika bangun tidur.

“Woi lo belum jawab pertanyaan gue. GATRA! Peraturan nomor satu…”

Gatra melesat berbalik dan kembali ke hadapan Arutala.

“Sembagi Arutala, lo gak perlu mengingatkan gue atas peraturan yang gue buat sendiri. Gue sedang berusaha menahan diri untuk tidak memeluk atau mencium lo atau mungkin melakukan hal-hal lainnya. Jadi jangan memancing gue Tal. Gue gak tahan melihat betapa cantiknya lo pagi ini. Kita bicara di ruang tamu. Sambil Sarapan. Gue tunggu.” Gatra kembali pergi meninggalkan Arutala yang melongo.

Arutala dan Gatra sudah duduk berhadapan di meja makan. Ternyata cottage ini memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu disandingkan dengan dapur, seperti rumah mini. Kalau tadi Arutala tidur di kamar yang berhadapan dengan laut, kamar yang ditiduri Gatra tepat ada di seberang kamarnya memiliki latar pepohonan dan hutan rimbun. Benar kata Gatra, tempat ini memang surga tersembunyi.

Gatra sudah memasak telur dadar dan sosis saat Arutala mandi tadi. Karena perkataan Gatra sebelumnya, dua anak manusia itu sekarang jadi saling canggung. Menghindari tatapan mata dan mengunyah sarapan tanpa suara. Hingga suara telepon memecah keheningan di sana.

“Halo Nu”

“Kamu belum balik juga? Pergi sampe kapan?”

“Minggu gue balik. Lo nyari gue mulu kenapa? Ama sakit?”

“Engga kok. Ama baik-baik aja tadi saya abis dari sana. Eh iya Ama buat donat, enak banget kayanya saya bisa abisin satu loyang deh. Coba ada kamu kan jadinya kita bisa makan bareng…”

Lihat selengkapnya