Semestanya Arutala

Denting Piano
Chapter #14

Taman Hiburan

Gatra menggenggam tangan Arutala erat. Padahal mobil ini sudah terparkir sekitar setengah jam yang lalu di depan rumah Arutala, namun keduanya seakan tidak ingin berjauhan.

“Ampe kapan ni Gat tangan gue mau dipegang terus?

“Ampe puas.”

“Dih hahaa, udah ah. Gue mau masuk. Ntar kita dikira ngapa-ngapain dalam mobil loh udah setengah jam gak keluar-keluar.”

“Kalau kegep ngapa-ngapain kira-kira langsung dikawinin gak Tal?”

Arutala mencubit pinggang cowok itu. Mereka tertawa-tawa berdua. Akhirnya Gatra memang harus merelakan cewek ini turun, kembali ke rumahnya. Mobil Gatra baru saja menghilang di belokan jalanan ketika motor Banu datang dan menghentikan Arutala yang sedang membuka pagar.

“Hay Tal”

“Banu? Ngapain lo ke sini?”

“Kata kamu lusa udah pulang jadi saya memperkirakan jam berapa kamu sampai di sini.”

Dibalik remangnya lampu jalanan, Arutala dapat melihat muka Banu yang kusut. Gelisah. Resah. Sepertinya Banu sedang ada masalah.

“Nu? Lo gapapa? Mau cerita?”

“Saya cuma khawatir sama kamu Tal. Gak biasanya kamu kaya gini.”

Arutala mengusap punggung Banu.

“Gue capek banget nih baru balik. Gue bakal cerita tapi gak hari ini boleh ya? Mau istirahat besok udah balik kerja soalnya.”

“Yaudah gapapa, saya tungguin sampai kamu cerita. Yang penting sekarang saya udah liat kamu baik-baik aja. Masuk gih, istirahat.”

Arutala mengangguk. Banu melihat punggung cewek itu sampai menghilang di balik pintu. Kebiasaan yang selalu dilakukannya ketika mengantar cewek itu pulang. Namun kali ini Banu merasa melihat punggung saja tidak lagi cukup. Banu ingin Arutala sepenuhnya. Seutuhnya.

Sepulang dari liburan singkatnya bersama Gatra, Arutala kembali tenggelam dalam kesibukannya. Yang membedakan hanya kali ini gombalan atau sapaan receh Gatra kembali hadir di ponselnya. Arutala seringkali tersenyum ketika melihat handphonenya. Lalu Arutala teringat Banu. Sejak malam itu di depan rumahnya dia belum menghubungi cowok itu. Ada rasa bersalah yang hinggap di hatinya. Lagipula kenapa Arutala harus mati-matian menutupi atau mengulur waktu untuk menceritakan hubungannya dengan Gatra pada Banu. Arutala berdecak. Cepat atau lambat juga pasti Banu akan tahu. Dan kalau tahu juga memangnya kenapa? Banu kan bukan kekasihnya yang harus dijaga perasaannya. Pemikiran Arutala penuh dengan segala kemungkinan buyar karena dering teleponnya.

Lihat selengkapnya