Sumba cantik sekali di mata Gatra. Terbayang Arutala pasti akan bahagia jika dibawa ke sini. Dia harus mengatur jadwal untuk liburan di tempat ini bersama Arutala. Gatra melihat kalender di handphonenya. Sudah 15 hari berlalu dari kuota “21 hari” yang dimintanya. Sejauh ini Arutala terlihat bahagia bersama dirinya. Seharusnya di hari ke 21 nanti, saat Gatra kembali meminta Arutala untuk menjadi kekasihnya jawaban iya pasti akan diterimanya. Gatra merasa optimis.
Banu sedang asik memotret di pinggir pantai ketika Gatra menghampirinya. Gatra memang memiliki rasa penasaran yang tinggi pada fotografer yang disewanya ini. Entah mengapa namun Gatra merasa sebenarnya Banu dan dirinya bisa berteman akrab. Tapi sudah lima hari mereka di sini, Banu seperti anti sekali dekat-dekat Gatra. Padahal Banu terlihat ramah dan murah tersenyum pada setiap orang. Hanya pada Gatra raut mukanya kembali menjadi ketat. Tidak bersahabat.
“Gimana Sumba?”
Banu tidak perlu memalingkan muka melihat siapa yang bicara.
“Seru” Jawabnya singkat.
“Udah kangen Jakarta belum?”
“Saya lebih kangen makhluk yang ada di Jakarta sih”
“Oh, pacar?”
“Bukan. Belum lebih tepatnya.”
“Sama sih saya juga kangen seseorang di sana.”
“Pacar?”
“Wah tumben saya ditanya balik. Hahaha. Mantan pacar lebih tepat. Yang inginnya sih dijadikan pacar lagi.”
Banu terdiam mendengar jawaban Gatra.
“Pak emm maksud saya Gatra. Seberapa besar rasa ikhlas kamu?”
Gatra menatap Banu. Pertanyaan aneh.
"Ikhlas dalam hal apa? Gue selalu dapatin apa yang gue mau sih. Jadi definisi ikhlas sendiri gue gak ngerti konteksnya gimana. Kenapa harus ikhlas kalau masih bisa gak dilepas. Ya kan?”